Sebuah Kisah Penelusuran Nirfaedah


Semalem lagi scroll2 Twitter dan nemu capture IG story seorang celebgram berinisial RV yang nagih pembayaran sebuah tas dari orang bernama MZ. Tapi kemudian ada capture lain dari RV yang menyatakan MZ sudah bayar tasnya dan kasus dinyatakan selesai.

Eh scroll lagi, nemu capture IG story dari orang bernama CK yang juga merasa belum dibayar oleh MZ. Gue sebagai orang yang jarang mengikuti dunia perartisan bertanya-tanya siapakah CK ini, apakah bintang film, penyanyi atau komedian. Maka gue cek Google, dan ketemulah biodata ringkasnya bahwa dia adalah pemain sinetron bersuamikan orang bernama RA.

Nah nama RA ini rasanya mengingatkan pada sebuah berita yang viral baru-baru ini, tapi lupa apaan. Maka gue googling nama RA dan ketemulah berita bahwa dia baru dituntut pertanggungjawaban dari seorang perempuan bernama WA yang mengaku pernah dihamili oleh RA.

Untuk lebih mendalami kasus, gue beralih ke YouTube dan mencari pemberitaan tentang WA dan RA. Ketmulah sebuah acara wawancara gosip di mana WA membeberkan kedekatannya dengan RA sejak tahun 2012. “Bahkan waktu RA kecelakaan motor tahun 2012, saya yang pertama kali dia telepon,” kata WA.

Lalu muncul cuplikan reportase waktu RA kecelakaan motor tahun 2012, teman-teman artisnya datang menjenguk, dan salah satunya Agnes Monica.

Nah, ini bagian serunya.

(lebih…)

Yang Terjadi Pada Bahu Ayah Ini Bikin Netizen Kejengkang!


Jadi ceritanya kan tanggal 12 November adalah Hari Ayah Nasional ya. Lalu Tribunwow.com, seperti umumnya media online yang lagi nggak terlalu punya bahan, bikin berita dengan materi paling gampang sedunia: rangkuman posting medsos.

(lebih…)

Sepinter-pinternya Sistem, Pasti Bego Juga


Para blogger pasti ingin semua tulisan yang pernah dipostingnya dibaca orang. Pasti. Kalo ada blogger yang bilang “gue sih nggak peduli ya, orang mau baca tulisan gue atau enggak” – pasti bohong. Karena kalo dia nggak perduli, dia nggak akan nyimpen tulisannya di blog. Dia akan simpen di hard disk-nya sendiri atau kalo takut hilang ya upload ke Dropbox.

Begitu juga dengan webmaster situs-situs berita: mereka ingin semua berita yang udah susah payah mereka tulis dibaca orang. Semuanya, bukan cuma sebagian. Tapi kenyataannya, hanya berita tertentu aja yang rame dibaca orang. Solusinya: mereka memperbanyak internal link, yaitu hyperlink yang menghubungkan satu posting dengan posting lainnya di blog/website yang sama – seperti ini. Tentunya agar pembaca nggak bingung, internal link yang kita pasang di sebuah posting sebaiknya menuju posting dengan topik yang mirip.

Nah, berhubung sekarang zaman canggih, apa-apa bisa serba otomatis, maka para programmer mengembangkan sistem untuk menambahkan internal link secara otomatis. Sistem ini akan ‘membaca’ kata kunci apa saja yang ada di sebuah posting, lantas menambahkan internal link ke posting lain dengan kata kunci yang sama. Situs berita yang nampaknya menggunakan sistem internal link otomatis ini adalah Tempo.co. Kelihatannya cukup berhasil, kecuali untuk sebuah berita yang nggak sengaja gue temukan dua minggu lalu.

Beritanya tentang seorang cewek bernama Rara yang bikin konferensi pers karena merasa telah di-PHP-in Zulfikar, anak Wagub Jabar Deddy Mizwar.

ScreenShot2015-02-07at113518

Soal bener apa enggaknya gue nggak terlalu tertarik. Yang bikin gue ngakak setengah mampus justru internal link yang bermunculan di berita tersebut.

(lebih…)

sebelum dilempar, siapa pemasoknya?


Hari ini beredar berita yang cukup menarik perhatian gue:


Inti beritanya, ada puluhan orang berunjuk rasa di depan kedutaan besar Malaysia. Tapi unjuk rasa yang satu ini cukup “istimewa” karena dilengkapi dengan “bonus” berupa… pelemparan kotoran manusia! Berita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan gue terkait berita ini:

1. Siapa anggota unjuk rasa yang bertugas mengumpulkan “materi” untuk dilempar?

Kebayang suasana rapat persiapan unjuk rasa menjelang hari H…

“Malaysia ini sudah keterlaluan! Kita harus unjuk rasa!”
“Betul! Betul!”
“Mari kita tegakkan kedaulatan RI!”
“Mari! Mari!”
“Untuk itu, kita perlu melempari kedutaan mereka dengan t**!”
“Setuju! Setuju!”
“Ok, bagian logistik, bisa atur pengadaannya?”
“Ummm…”
“Kenapa ragu-ragu? Ini demi kedaulatan bangsa! Ok, kau Yanto, kau bertugas menyediakan materinya!”
“Saya? Kenapa saya?”
“Karena waktu buka puasa tadi kau makan paling banyak!”

Satu jam kemudian…
“Yanto! Sudah?”
“Belum boss… anu… belum pengen…”
“Panggil tukang rujak! Pesen satu porsi, cabenya 12!

2. Bagaimana cara membawanya ke lokasi unjuk rasa?

“Sudah kumpul semuanya?!”
“Sudah boss!”
“OK! Cek perlengkapan! Spanduk, ada?”
“Siap!”
“TOA, ada?”
“Mantap!”
“T**, ada?”
“Ada boss…”
“Kenapa lemes, Yanto?”
“Anu boss… rujaknya semalem pedes bener, semaleman udah 5 kali nih, bolak-balik… sampe kekurangan cairan…”
“Bagus! Artinya materi kita banyak, kan! Ok semuanya, kita berangkat! Ingat pembagian mobil semalem ya. Tim satu naik truk, tim dua naik metro mini carteran!’
“Saya ikut di mana, boss?”
“Kamu kan pembawa materi, kamu cari kendaraan sendiri. Kalo perlu jalan kaki!”
“Tapi boss…”
“Nggak ada tapi! Ini demi kedaulatan bangsa! Awas, bawanya hati-hati ya. Kalo sampai tumpah di jalan, kamu harus setor penggantinya di lokasi. Ngerti!?”

3. Bagaimana cara melemparkannya?

“Ganyang Malaysia, ganyang Malaysia!”
“OK, sekarang kita keluarkan senjata rahasia! Yantooo!!”
“Ini boss…”
“Heh! Ngapain kamu kasih saya? Udah sana lempar!”
“Caranya gimana boss?”
“Terserah! Masa semuanya harus saya yang mikirin sih!”

Sepuluh menit kemudian…

Swingggg…. -PLOK-

“Hore… berhasil, berhasil, berhasil!”
“Yanto!”
“Berhasil bos, berhasil!”
“Ya, tapi siapa yang kasih ijin kamu untuk tepuk-tepuk punggung saya?!

Usul: Penulisan Berita Banjir yang lebih Akurat dan Kontekstual


Mulai musim hujan, mulai juga musim banjir.
Seperti yang udah-udah, berita tentang banjir mulai bermunculan di media massa.

Satu hal yang mengganggu gue adalah, seringkali berita-berita itu menggunakan ukuran banjir yang kurang akurat.

Contoh:

Banjir di kelurahan anu telah mencapai ketinggian sebetis orang dewasa…

Kecamatan anu terendam banjir setinggi dada orang dewasa…

Jalan anu terendam banjir setinggi perut orang dewasa…

Ini, menurut gue, nggak jelas banget. Tinggi orang dewasa kan berbeda-beda?

Coba aja bayangin: Shaquille O Neal dan Sonny Tulung, misalnya (sekedar ilustrasi tanpa bermaksud mendiskreditkan tinggi badan pihak tertentu) – keduanya sama-sama orang dewasa, tapi kan tinggi badannya terpaut jauh banget?

Untuk itu, gue menyarankan agar pemberitaan banjir menggunakan ukuran-ukuran yang lebih akurat / seragam agar tidak menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat. Lebih bagus lagi, kalo ukuran yang digunakan konteksnya sesuai dengan urusan banjir itu sendiri.

Jadi, gimana kalo pemberitaannya ditulis sbb:

Banjir di kelurahan anu telah mencapai ketinggian setara dengan kumis Fauzi Bowo…

atau

Perumahan anu direndam banjir setinggi 2 Fauzi Bowo bila ditumpuk tegak ke atas…

Biar gak bosan, bisa juga menggunakan variasi yang telah umum diketahui masyarakat seperti

Daerah anu sejak kemarin dilanda banjir setinggi ahlinya tata kota yang sekarang jadi gubernur DKI…

atau

Kelurahan anu kebanjiran setinggi lehernya si abang yang tempo hari nyuruh kita lapor kemacetan sama Tuhan…

Biar pemberitaannya berimbang, bisa juga pake ukuran lain yang juga akurat dan kontekstual seperti:

Banjir mencapai ketinggian yang sama dengan tinggi bemper mobil dinas mewah anggota DPRD DKI…

Gimana, ada media massa yang tertarik menyerap usulan gue?