[Herbalife Diary 008] Jangan mau dikibulin timbangan

timbanganGue pernah nonton iklan sebuah produk pelangsing di TV yang mengklaim mampu menurunkan berat badan secara instan. Untuk membuktikannya, seorang model yang secara kebetulan adalah gadis cantik berbikini ditimbang, lalu menggunakan produk tersebut. Produknya berbentuk mirip tenda kecil yang membungkus tubuh si model dari kaki hingga leher. Di dalam tenda tersebut ada alat yang menyemburkan uap panas, jadi mirip sauna portabel gitu deh.

Setelah beberapa menit nongkrong dalam tenda sauna, sang gadis cantik keluar dan kembali ditimbang. Ajaib, beratnya susut beberapa ons! Penonton bertepuk tangan, dan pembawa acara mengumumkan kesahihan khasiat si tenda ajaib untuk menurunkan berat badan.
Ah, yang bener?
Faktanya, berat badan kita berfluktuasi setiap hari lebih cepat dan lebih drastis dari yang kita kira. Lah gimana enggak, wong sekitar 66% dari badan kita adalah air. Namanya juga air, jadi memang sifatnya untuk sering mondar-mandir keluar masuk sel dan pori-pori kulit dan mengubah-ubah bobot kita. Jadi kalo gue yang bobotnya 84.5 kg ini (sekalian update bobot terbaru gue minggu ini, haha) dikeringkan sampe bebas dari unsur air sama sekali, maka yang tersisa tinggal 29 kilo-an; bisa dikirim pake TIKI dengan ongkos nggak sampe 150 ribu ke Bali.
Kembali ke contoh kasus si mbak di tenda sauna, jelas penurunan bobotnya terjadi karena air di tubuhnya terperas keluar lewat keringat akibat suhu panas. Andaikan setelah keluar dari tenda sauna dia minum air sebanyak keringat yang dia keluarkan, ya bobot yang hilang akan langsung balik lagi.
Ini juga menjelaskan mengapa orang-orang yang habis sakit diare parah biasanya langsung nampak jauh lebih kurus. Bukan nggak mungkin saat ditimbang bobotnya susut 5-6 kilo dalam tempo 1 – 2 hari, karena air dalam tubuhnya baru terperas habis-habisan. Atau bisa juga akibat makan makanan yang bikin beser, pipis melulu. Bahkan tanpa proses yang aneh-aneh, lagi duduk anteng sekalipun, bobot kita bisa turun sendiri lewat proses penguapan di permukaan kulit dan pernafasan.
Selain gampang hilang, bobot kita juga gampang naik. Kita seringkali nggak sadar, betapa beratnya makanan yang kita telan setiap hari. Misalnya saat makan siang kita makan sepiring nasi, sebotol air minum ukuran sedang, dan ditutup dengan es campur, maka sedetik setelah makan bisa-bisa bobot kita naik lebih dari 1 kilo. Berat 1 liter air = kurang lebih 1 kilogram, jadi sebotol air ukuran 500ml udah pasti akan menaikkan bobot kita setengah kilo. Belum lagi nasi dan es campurnya. Contoh lainnya, buat yang nggak pernah minum Herbal Aloe Concentrate dan buang air besarnya kurang lancar, misalnya hanya dua hari sekali, maka bukan nggak mungkin bobotnya naik 3-4 kilo dalam dua hari, dan setelah ‘permisi sebentar’ ke belakang langsung susut 3-4 kilo.
Poin gue adalah; kalau kita tidak menyadari seberapa jauh dan cepatnya bobot kita berfluktuasi, akibatnya kita bisa terlalu cepat puas atau malah frustrasi saat lagi menjalani program pelangsingan. Kalo ada orang ngadu “berat gue naik 2 kilo dalam seminggu nih!” atau justru lagi berbangga hati karena “berhasil turun bobot” maka biasanya gue akan tanya balik: timbang beratnya di waktu yang sama nggak?
Saran gue, timbanglah berat pagi-pagi saat baru selesai ‘setor’ ke belakang dan sebelum makan / minum apa pun. Itu adalah bobot kita yang paling stabil dan bisa dipercaya – dan relatif bebas dari tipu daya si timbangan. Selama penimbangannya masih dilakukan di waktu yang berbeda-beda, hasilnya sulit dipercaya sebagai bukti keberhasilan / kegagalan program pelangsingan kita.

22 comments


  1. wib711 said: Dengan cara mengurangi makan nasi, *ngikutin cara winda* gw dalam 2 bulan cm bisa turun 2kg, berarti kalo cara diatas ngurangin minum juga kali ya hehe *kesimpulan ngawur*

    iya, dan kalo bisa diare tiap hari. *muka lempeng


  2. etika said: apalagi kalo timbangannya rusak ya, jgn percaya hasilnya…

    salah satu cirinya, kalau timbangan yang pake jarum, diketuk sedikit landasannya. Kalo jarumnya bergeser dan nggak balik ke posisi awal, kemungkinan besar pengukurannya nggak akurat lagi.


  3. sarahutami said: Wah anget ternyata postingannya. Mas Agung, parameterku bukan hanya timbangan tapi celana jeans semasa gadis muat gak? Fyi, celana jeans jaman gadis adalah 28, dan setelah ngelahirin 32. Jadi nomor celana harus balik lagi ke semula.

    ya, parameter dari ukuran juga penting diperhitungkan. Karena bisa aja bobot nggak turun tapi ukuran mengecil karena massa otot bertambah dan massa lemak berkurang


  4. mylathief said: Kalo pas puasa, menjelang mgrib, it adalh saat berbhagia untk timbng bdan

    iya, itu bobot teringan setelah seharian dehidrasi dan nggak kemasukan makanan apapun 🙂


  5. Wah anget ternyata postingannya. Mas Agung, parameterku bukan hanya timbangan tapi celana jeans semasa gadis muat gak? Fyi, celana jeans jaman gadis adalah 28, dan setelah ngelahirin 32. Jadi nomor celana harus balik lagi ke semula.


  6. mbot said: timbanglah berat pagi-pagi saat baru selesai ‘setor’ ke belakang dan sebelum makan / minum apapun.

    That’s exactly what I did so far, Mas.*mbuh opo artine.cuma mo sok Inggris aja.Sembari pura-pura enggak baca kalimat dalam link yang dikasih tanda kutip. Ketimbang pengen moles pake ulekan.