sebelum dilempar, siapa pemasoknya?

Hari ini beredar berita yang cukup menarik perhatian gue:


Inti beritanya, ada puluhan orang berunjuk rasa di depan kedutaan besar Malaysia. Tapi unjuk rasa yang satu ini cukup “istimewa” karena dilengkapi dengan “bonus” berupa… pelemparan kotoran manusia! Berita lengkapnya bisa dibaca di sini.

Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan gue terkait berita ini:

1. Siapa anggota unjuk rasa yang bertugas mengumpulkan “materi” untuk dilempar?

Kebayang suasana rapat persiapan unjuk rasa menjelang hari H…

“Malaysia ini sudah keterlaluan! Kita harus unjuk rasa!”
“Betul! Betul!”
“Mari kita tegakkan kedaulatan RI!”
“Mari! Mari!”
“Untuk itu, kita perlu melempari kedutaan mereka dengan t**!”
“Setuju! Setuju!”
“Ok, bagian logistik, bisa atur pengadaannya?”
“Ummm…”
“Kenapa ragu-ragu? Ini demi kedaulatan bangsa! Ok, kau Yanto, kau bertugas menyediakan materinya!”
“Saya? Kenapa saya?”
“Karena waktu buka puasa tadi kau makan paling banyak!”

Satu jam kemudian…
“Yanto! Sudah?”
“Belum boss… anu… belum pengen…”
“Panggil tukang rujak! Pesen satu porsi, cabenya 12!

2. Bagaimana cara membawanya ke lokasi unjuk rasa?

“Sudah kumpul semuanya?!”
“Sudah boss!”
“OK! Cek perlengkapan! Spanduk, ada?”
“Siap!”
“TOA, ada?”
“Mantap!”
“T**, ada?”
“Ada boss…”
“Kenapa lemes, Yanto?”
“Anu boss… rujaknya semalem pedes bener, semaleman udah 5 kali nih, bolak-balik… sampe kekurangan cairan…”
“Bagus! Artinya materi kita banyak, kan! Ok semuanya, kita berangkat! Ingat pembagian mobil semalem ya. Tim satu naik truk, tim dua naik metro mini carteran!’
“Saya ikut di mana, boss?”
“Kamu kan pembawa materi, kamu cari kendaraan sendiri. Kalo perlu jalan kaki!”
“Tapi boss…”
“Nggak ada tapi! Ini demi kedaulatan bangsa! Awas, bawanya hati-hati ya. Kalo sampai tumpah di jalan, kamu harus setor penggantinya di lokasi. Ngerti!?”

3. Bagaimana cara melemparkannya?

“Ganyang Malaysia, ganyang Malaysia!”
“OK, sekarang kita keluarkan senjata rahasia! Yantooo!!”
“Ini boss…”
“Heh! Ngapain kamu kasih saya? Udah sana lempar!”
“Caranya gimana boss?”
“Terserah! Masa semuanya harus saya yang mikirin sih!”

Sepuluh menit kemudian…

Swingggg…. -PLOK-

“Hore… berhasil, berhasil, berhasil!”
“Yanto!”
“Berhasil bos, berhasil!”
“Ya, tapi siapa yang kasih ijin kamu untuk tepuk-tepuk punggung saya?!

52 comments


  1. tadi udah mau baca malah komputerku mati, belum sempat baca deh…sekarang dah rampung.kesimpulan: edan! hehe…usul: untuk persiapan waktu lain: harusnya tai ditembakkan dengan meriam atau ketapel. Tapi itu material harus dimodif dikitlah…


  2. Yanto penganut one step distribution rupanya.mana sekaligus jadi produsen pula.padahal dalam rantai distribusi yang panjang itu kan justru menggerakkan ekonomi makro. makin banyak yang berusaha makin banyak bayar pajak.ini semua dihandle Yanto sendiri. Profit yang mestinya terbagi2 pada pelaku usaha dalam rantai distribusi dimakan Yanto sendiri.Untung Yanto kayaknya WNI. Kalau dia produsen asing kan profit taken full mengalir keluar.


  3. idachairunnisa said: huahahaha….*lagi2 sambil mbekep mulutaku yg udah kena insomnia jd tambah melek byak abis baca tulisan ini 😀

    mungkin kalo ngebayangin benda2 yang dilempar tidurnya malah bisa lebih nyenyak….