Jadi ceritanya kan tanggal 12 November adalah Hari Ayah Nasional ya. Lalu Tribunwow.com, seperti umumnya media online yang lagi nggak terlalu punya bahan, bikin berita dengan materi paling gampang sedunia: rangkuman posting medsos.
Ini linknya.
Salah satu posting yang muncul dalam tulisan itu menarik perhatian gue.
Isinya potongan syair lagu “Titip Rindu Buat Ayah”-nya Ebiet G Ade:
Bahumu yang dulu kekar
Legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkus
TERBUNGKUS?
Gue cek di Yotube, di video klipnya, kata di bagian itu adalah TERBUNGKUK
Link youtubenya.
Kalo didengerin lagunya juga kata yang dimaksud adalah “terbungkuk” kok. Tapi anehnya, memang bukan baru seakarang gue denger ada kata “terbungkus” di lagu itu.
Para pengamen, kalo lagi bawain lagu “Titip Rindu Buat Ayah” juga rata-rata pake “terbungkus”. Barusan gue cek dengan keyword “kini kurus dan terbungkus” nemu banyak banget blog yang nulis begitu.
Pertanyaannya gue sederhana aja sih:
Okelah mungkin orang salah denger lirik lagu itu.
Tapi masa nggak ada sedikit rasa penasaran sih, misal:
- bahu yang terbungkus itu kayak apa sih?
- bahan apa yang bisa kita gunakan khusus untuk membungkus bahu doang?
- mengapa hanya orang-orang tua yang perlu dibungkus bahunya?
- di usia berapa seseorang dinilai cukup tua untuk dibungkus bahunya?
Gue mencoba membayangkan, dan mungkin ini jadinya…
…bahu kurus yang terbungkus.
Bungkus kado.
Bebas.
Tagnya gak kuku: senewen
Senewen atas nggak terganggunya orang2 pada sesuatu yg mengganggu
Biar rima nya pas, kurus-terbungkus 😀
Kalo gitu harusnya kurus dan terendus aja ya, berima dan lebih gampang bayanginnya