Telenovela di The Sims 3 + World Adventure


Coba deh perhatiin cara seorang balita bermain dengan sebuah benda: dia akan memegangnya, menggeserkannya di lantai, membenturkannya ke benda lain, membolak-balikkannya, kadang menjilatnya sekalian. Intinya mereka berusaha menjawab pertanyaan: “benda ini bisa diapain aja sih?”

Game ini kayaknya dibuat dengan semangat yang sama. Tanpa adanya satu titik akhir permainan, pemain ditantang untuk mengeksplorasi dunia The Sims dengan seluas-luasnya. Mau bikin para simnya sukses di karir, atau ngumpulin pacar banyak, atau beranak sebanyak-banyaknya, atau jadi kolektor mobil, sah-sah aja.

Gue pernah baca wawancara dengan developer game The Sims di salah satu website. Di sana dia kurang lebih bilang, “Tantangan terbesar kami dalam menciptakan game ini bukanlah memikirkan fitur apa lagi yang akan kami tambahkan di dalamnya, melainkan bagaimana menghentikan diri kami untuk tidak terus-terusan menambah fitur (yang berakibat game ini menjadi terlalu besar dan sulit dijual)”. Ngeliat fitur-fitur baru yang ada di The Sims 3 ini, gue percaya kata-kata itu karena memang banyak banget kemampuan tambahan para Sims yang bikin pemainnya semakin nagih, antara lain:

  • Open World: sekarang para Sim bisa keluyuran ke rumah tetangga, bahkan kalo mau bisa jalan kaki ke kantor! Ini mungkin satu fitur yang paling banyak direquest oleh para penggemar The Sims dan akhirnya jadi kenyataan di seri ke 3 ini. Bukan cuma itu: kehidupan seluruh Sims juga tersinkronisasi, sehingga seluruh teman-teman Sims kita bisa mengalami penuaan dan kematian dalam kurun waktu yang sama
  • Pilihan untuk memancing dan berkebun semakin banyak, dengan opsi memanfaatkan ikan-ikan yang kita tangkap untuk memupuki tanaman di kebun, atau sebaliknya memancing dengan memanfaatkan buah-buahan sebagai umpan
  • Sims yang udah mati bisa dihidupkan lagi. Ini fitur yang paling kocak menurut gue, karena Sims yang balik dari kubur itu akan bergentayangan di rumah kita dalam bentuk bayangan setengah transparan, tapi tetep dalam kendali penuh kita. Jadi mereka tetep bisa mandi, makan dan berolahraga seperti Sims biasa, cuma para Sims yang berada di sekitar mereka suka terkaget-kaget ngelihat ada hantu… hehehe

Game ini akan makin seru dengan tambahan expansion pack “World Adventure”, yang memungkinkan para Sims berwisata ke China, Mesir atau Perancis. Di negara-negara asing itu mereka bisa belajar kebudayaan setempat, makan makanan lokal bahkan memancing ikan-ikan eksotis yang ada di sana… termasuk buaya!

Gue sendiri lebih tertarik mengeksplorasi hubungan sosial antar para Sims dengan bikin kehidupan mereka mirip cerita telenovela. Gue mulai dengan sebuah Sims bujangan bernama Christopher Steele, yang kerjanya di laboratorium. Christopher punya boss bernama Susan, yang udah punya suami bernama Boyd. Christopher lantas membuat affair dengan Susan sehingga akhirnya Susan menceraikan Boyd. Sesudahnya Christopher mendatangi Boyd dan meledeknya sehingga akhirnya Boyd mengusir Christopher dari rumahnya.

Hasil perkawinan antara Christopher dan Susan adalah seorang anak perempuan bernama Sarimun. Sarimun ini gue buat punya kharisma luar biasa mirip pelet pengasihan sehingga siapapun yang ketemu dengan dia pasti naksir. Akibatnya Sarimun berhasil membuat beberapa suami menceraikan istrinya, dan dia sendiri melahirkan dua anak dari dua laki-laki yang berbeda, yang dua-duanya tidak dia nikahi. Karena ternyata mengurus dua anak itu repot, akhirnya Sarimun memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tugasnya khusus untuk mengurus anak – sementara Sarimun sendiri mengejar karir sebagai musisi… 🙂

Gimana dengan Sims kalian, punya skandal yang lebih gila?

salah satu alasan mengapa kawin itu baik


Terus terang, dulunya gue itu males kawin. Kalo mau cari kambing hitam, mungkin gue akan menunjuk pengalaman sejumlah orang yang gue kenal, yang mendadak hidupnya ‘berakhir’ setelah mereka memutuskan untuk kawin.

Nggak usah terlalu jauh sampe kasus kekerasan rumah tangga atau perceraian, dulu itu gue melihat bahwa banyak orang yang tadinya bahagia, punya kehidupan sosial yang aktif, bisa bersenang-senang membelanjakan duit yang didapat dengan kerja kerasnya, tiba-tiba nampak stress karena dilarang bergaul oleh pasangannya, penampilannya berubah karena pasangannya nggak rela dia tampil terlalu menarik, yang bajunya tadinya keren-keren dan modis mendadak harus beli barang obralan karena duit udah keburu abis buat membiayai rumah tangga.

Kalo kasusnya kayak gitu, buat apa sih membelenggu diri dengan kawin?

Tapi di sisi lain gue juga mengakui adanya orang-orang yang berkembang menjadi lebih baik setelah kawin. Yang tadinya norak dan ndeso jadi tampil elegan berkat didikan dari pasangannya, yang tadinya resah pecicilan nggak jelas jadi tenang dan dewasa setelah punya seseorang yang mengurusi. Maka gue berkesimpulan, kawin ternyata bisa membuat seseorang menjadi orang yang lebih baik. Maka itulah yang gue tanamkan di benak gue: gue akan kawin, bila perkawinan itu bisa membuat gue menjadi lebih baik.

Semalem, gue kembali mendapatkan satu lagi alasan (dari banyak hal yang udah gue temukan sebelumnya) mengapa lewat perkawinan ini gue bisa belajar menjadi orang yang lebih baik. Karena gue bisa belajar bagaimana semangat pantang menyerah – lewat cara yang benar – bisa membawa seseorang mencapai sesuatu yang buat banyak orang mustahil dicapai.

Selamat buat istri atas keberhasilannya mencapai level Senior Manager Oriflame. I always believe you have what it takes, and I’m so proud of you!

bsmr = belajar sampe mati rasa


Sebagai lulusan psikologi, sebuah bidang ilmu yang kurang nyambung dengan dunia perbankan, plus bidang kerja di bidang desain dan komunikasi, boleh dibilang selama 4 tahun terakhir gue adalah pegawai bank gadungan. Statusnya doang kerja di bank, tapi praktis gue nyaris nggak tau apa-apa tentang teknis perbankan. Jadi gue selama ini cuma merasa perlu tau hal-hal yang berkaitan langsung sama kerjaan gue, seperti ukuran kertas, urusan cetak – mencetak, dan lay-out. Sementara yang namanya kliring, agunan, dokumentasi, dan segala tetek bengek lainnya hampir blas nggak ngerti sama sekali.

Makanya gue merasa apes banget ketika beberapa bulan yang lalu dapet surat perintah untuk ikutan uji sertifikasi BSMR (Badan Sertifikasi Management Risiko). Jadi rupanya Bank Indonesia mewajibkan setiap pegawai bank untuk punya sertifikat BSMR ini. Tujuannya tentu aja mulia, yaitu memastikan agar semua praktisi perbankan ngerti soal risiko duit orang yang dititipkan di tangan mereka, lebih bertanggung jawab, dan nggak ugal-ugalan main spekulasi yang buntutnya bisa bikin repot masyarakat luas.

Kantor gue rupanya udah mengantisipasi adanya orang-orang sebego gue, maka sekitar bulan Oktober lalu gue dikirim ikutan training persiapan ujian BSMR. Dengan sangat terpaksa dan ogah-ogahan, gue pun berangkat ke tempat training karena merasa akan total mangap seharian saking nggak mudeng dengan materinya.

Di luar dugaan, ternyata training sehari itu cukup menarik buat gue. Awalnya emang iya gue bengong denger istilah-istilah ajaib seperti solvency, systemic risk, on dan off balance sheet, sampe sovereign risk dan option contract. Tapi berhubung trainernya nampak bersemangat dan antusias menjelaskan istilah-istilah ajaib itu, akhirnya gue ketularan juga. Kalo ngeliat cara dia membawakan, kayaknya dunia risiko perbankan sama menariknya dengan petualangan Indiana Jones. Saking parahnya gue ketularan antusiasme sang trainer, sepulang training gue dengan sok taunya memasang target dapet nilai 100 di ujian nanti. Apa susahnya sih, pikir gue. Trainingnya waktu itu di bulan Oktober akhir, ujiannya tanggal 12 Desember. Masih banyak waktu untuk belajar, kan?

Secara teoritis sih iya, waktu belajarnya banyak buanget. Tapi biasalah, tiap kali terlintas niat untuk belajar, terdengar bisikan setan, ‘ngapain belajar sekarang, ntar malah lupa lagi. Waktunya kan masih banyaaak… udahlah santai aja’ Begitu seterusnya sampe tau-tau aja waktu ujian tinggal 2 minggu lagi dan gue belum belajar sama sekali!

Parahnya, di sisa waktu yang tinggal 2 minggu itu tiba-tiba gue ketumpukan banyak banget kerjaan sampe pulang malem hampir tiap hari, bahkan pernah pulang pagi jam 6 teng… akibatnya sampe detik-detik terakhir menjelang ujian diktat BSMR gue masih licin mulus nggak pernah dibuka. Salah seorang temen yang juga dijadwalkan ujian bareng gue tanggal 12 Desember malah udah memutuskan mau WO aja. “Percuma gung, gue dateng ujian juga nggak akan lulus… orang nggak belajar sama sekali…”

Denger dia ngomong gitu terus terang gue sempet tergoda juga untuk ikutan bolos. Apalagi dia udah jauh lebih lama jadi banker ketimbang gue, dengan bidang kerja yang 100% nyambung dengan perbankan – bukan tukang desain lay-out kaya gue. “Dia aja yang jauh lebih ngerti soal perbankan nggak PeDe, apalagi gue, ya?” pikir gue waktu itu.

Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, kalopun gue memutuskan untuk nggak ikutan ujian, di kesempatan berikutnya juga belum tentu lulus, kan? Padahal perusahaan cuma ngasih kesempatan ngulang 1 kali. Kalo sampe 2 kali gagal ujian, percobaan ke tiga harus bayar sendiri, yaitu sejumlah 1,5 juta perak. Waiks!

Akhirnya dengan modal nekad dan secara drastis menurunkan target nilai, yang tadinya mau ngincer nilai 100 sekarang cuma berharap dapet nilai asal lulus doang yaitu 66, gue semaleman belajar BSMR. Kebetulan ada beberapa temen yang ngasih contoh latihan soal plus hasil browsing di internet, jadi gue belajar dengan nyoba ngerjain soal-soal itu. Setelah ngerjain soal gue buka kunci jawaban dan ternyata nilai gue adalah… 20! Ida bolak-balik ngeledekin gue yang belajar sambil berulang-kali ketiduran berselimutkan diktat, “Mana nih yang katanya mau belajar, kok tidur melulu dari tadi?” Yah, gimana ya… faktor U (=umur) ternyata sangat berpengaruh dalam ketahanan begadang…

Tanggal 12 Desember pagi, gue dateng ke ruang ujian dengan target yang kembali menurun, dari 66 ke nilai berapapun deh asal jangan sampe 0. Setelah menempuh waktu ujian kurang lebih 1 jam yang dijaga ketat kayak ujian pendaftaran masuk CIA, gue akhirnya legaaa karena BSMR sial itu berlalu sudah. Lulus nggak lulus bodo amat deh, yang penting gue mau bayar utang tidur!

Seminggu kemudian, tanggal 19 Desember 2009, gue malah udah lupa sama sekali sama yang namanya BSMR sampe tiba-tiba seorang temen kirim message di HP, “BSMRnya lulus nggak, hari ini pengumuman lho!” Waduh, iya juga. Untung ada yang ngingetin . Buru-buru gue buka website bsmr.org, dan ternyata nilai gue masih kosong, belum diupdate. “Jangan-jangan webmasternya nggak tega nginput nilai gue saking jeleknya”, pikir gue.

Tanggal 19-20 gue coba terus masuk situs bsmr tapi tetep aja nilai gue blank, sampe akhirnya hari Senin tanggal 21 temen gue ngasih tau bahwa nilai bsmr juga bisa dilihat lewat SMS. Maka gue kirimlah sms ke nomer yang dia kasih, dan ini dia jawabannya:

“Nomor ID Anda adalah sekian-sekian, nilai ujian Anda tanggal 12 Desember 2009 adalah 76 (LULUS)”

Asal tau aja, nomor ID itu ada 16 digit, jadi pelan-pelan gue baca ulang sms itu, takut salah baca… eh ternyata bener. Jadi gue lulus…! Cihuy!

Entah ya, apakah para pegawai bank lain yang ‘beneran’ ngerti soal perbankan akan segirang gue lulus ujian BSMR, tapi yang jelas gue super duper girang. Akhirnya… setelah 4 tahun kerja di bank ada selembar sertifikat yang mengukuhkan kompetensi gue di bidang perbankan, hehehe…

Apakah selesai sampe di sini? Sayangnya, belum. BSMR ada 5 level, dan semakin tinggi jabatan seseorang di bank, semakin tinggi juga level sertifikasi BSMR yang harus dimilikinya. Yang jelas, hikmah yang bisa gue tarik dari pengalaman ini adalah:

  1. Kalo ngasih training, berusahalah tampil antusias. Walaupun materinya garing, kalo dibawakan dengan antusias pesertanya pasti ikut ketularan.
  2. Waktu sebulan itu ternyata cepat sekali berlalu.
  3. Orang yang nampak lebih ngerti dari kita belum tentu lebih PeDe
  4. Jangan menyerah sebelum berperang, karena siapa tau musuhnya jauh lebih jiper ketimbang kita
  5. Never ever underestimate kemampuan mental kita sendiri, terutama dalam situasi-situasi kepepet 🙂

BSMR… siapa takut?

kadang facebook juga bikin miris…


Gue sebenernya nggak kenal secara pribadi dengan Rika. Gue cuma tau namanya, dan status bahwa dia adalah salah satu Unit Manager (Kepala Cabang Pembantu) di kantor gue.

Beberapa bulan yang lalu, gue denger Rika sering sakit. Berulang kali dia memeriksakan diri ke rumah sakit, tapi dokter gagal menemukan sumber penyakitnya. Gejalanya adalah sering pusing sampai hilang kesadaran. Rika juga diganggu ‘mimpi’ aneh berupa sosok-sosok menyeramkan yang mendatanginya di tengah malam. Konon kata selentingan, kesehatan Rika merosot drastis sejak dia diminta menjadi saksi dalam sebuah kasus penggelapan uang yang dilakukan nasabahnya. Sebagai UM, Rika mewakili kantor gue berhadapan dengan pihak nasabah nakal. Apakah penyakitnya yang tidak bisa dideteksi secara medis itu adalah hasil ‘kiriman’, wallahualam bi shawab. Yang jelas, di wall-nya, Rika sempat menulis,
Ya Allah sadarkanlah mereka..kematian bukan ada di tangan mereka..berikan aku kekuatan ya Allah menghadapi semuanya..berikan kesabaran untuk suami dan keluargaku tuk terus mendampingiku..Amin


Pertengahan Juni 2009, Tuhan akhirnya berkehendak untuk memanggil Rika pulang. Misteri tentang apa sebenarnya penyebab penyakit Rika turut terkubur bersama jasadnya. Dan hari ini tiba-tiba aja sistem facebook memunculkan link berikut di home gue…

Terkadang facebook memang suka bikin miris.
Selamat jalan Rika, semoga tenang di rumah barunya yang kekal.

andai semua orang mikir sepositif itu…


Semalem gue nonton film yang gue beli secara iseng, “Godzilla against Mechagodzilla”, di DVD. Setting ceritanya tahun 1999, di mana Jepang lagi-lagi disatronin sama Godzilla setelah kunjungan Godzilla terakhir pada tahun 1954. Seperti biasa, segala jenis persenjataan mulai dari tank, rudal, sampe ‘maser beam’ nggak berhasil mengalahkan monster ini, sehingga orang-orang Jepang membuat ‘Mechagodzilla’, robot yang bentuk dan ukurannya mirip Godzilla. 

Pas robotnya baru jadi, pas Godzillanya datang. Maka Godzilla bertarung lawan Mechagodzilla sambil menginjak-injak gedung-gedung. 

Awalnya, Mechagodzilla mengeluarkan senjata-senjata jarak jauh seperi maser beam dan rudal, tapi Godzilla mendekat dan memaksakan pertarungan jarak pendek. Kedua mahluk raksasa berduel rapat, saling cakar dan saling tinju…

…dan komentar Rafi adalah, 

“Bapaaak… liat! Dia pelukaaan! Dia sayang ya, Bapak?”

Andaikan semua orang berpikir sepositif itu, di dunia ini nggak akan ada perang kali ya. 

salah satu pertanda keseringan online


Hari ini gue menghadiri acara siraman salah satu kerabat. Menjelang acara dimulai, sang MC mulai bersiap membacakan urutan para sesepuh yang nanti akan menyirami mempelai. Kebetulan MC-nya berdiri dekat gue, lagi berkasak-kusuk dengan salah satu anggota keluarga. Gue, seperti biasa nguping sepotong-sepotong.

“…setelah itu, saya panggil Ibu Mujilah ya? Ibu Mujilah siapa nama lengkapnya?”

“Waduh, saya juga kurang tahu…”

“Kalau bisa dengan nama lengkapnya, biar lebih sopan. Ibu Mujilah siapa sih? Bisa tolong tanyakan?”

“Sebentar ya… Mbak… mbak… Ibu Mujilah itu siapa sih nama belakangnya?”

…dan gue nggak bisa menahan diri untuk mencoba menjawab, walaupun hanya berbisik:

“FIREFOX…” 

jangan bugil di depan kamera… ever!


Kantor gue lagi dilanda sedikit kehebohan. Ada seorang pegawai perempuan, sebutlah namanya si A, berpacaran dengan seorang lelaki bernama B, yang bukan pegawai kantor gue. Rupanya tidak terjadi kecocokan antara A dan B sehingga akhirnya mereka putus, dan kemudian A nikah dengan C, yang kebetulan juga pegawai kantor gue. Setelah nikah, A resign dari kantor gue.

Eh, nggak taunya diam-diam si B masih menyimpan rasa kesel karena ditinggal oleh A, sedemikian rupa sehingga kemudian dia membuat sebuah account di gmail yang seolah-olah milik A, lantas menggunakan account itu untuk menyebarluaskan video dan foto adegan syur antara A dan B kepada orang-orang di kantor gue. Bukan cuma itu, si B ini juga membuat beberapa account di situs2 jejaring sosial dan memposting foto-foto tsb di sana. Tentunya dengan cermat dia memilih foto-fotonya sedemikian rupa sehingga hanya wajah A yang tampil, sementara wajah dia sendiri aman tersembunyi. Sekarang urusan konyol ini udah sampe ke kuping direktur, dan kebetulan gue yang tadi siang ditugasi menginvestigasi udah sampe di mana laju penyebaran foto dan video tersebut. Masalahnya, baik di sebaran email maupun di account jejaring sosial, terpampang dengan jelas nama kantor gue termasuk alamat dan nomor teleponnya segala. 

Kasus kaya gini emang boleh dibilang mulai basi, tapi toh kejadian lagi dan lagi. Gue nggak kebayang apa yang terjadi di tengah rumah tangga A dan C sekarang, karena namanya foto dan video yang udah kadung nyebar di internet ya susah untuk direm. Pesan gue buat kalian yang lagi dilanda asmara di luar sana, jangan – jangan – jangan pernah sekalipun mendokumentasikan aktivitas ranjang kalian dalam bentuk apapun, khususnya di media digital. Mungkin kalian merasa aman karena yakin partner kalian bisa dipercaya, alat yang dipake juga milik sendiri – bukan pinjeman dari orang, dan rasanya seru, sexy dan kinky untuk merekam adegan saru kalian sendiri, tapi…

  • …selalu ada kemungkinan HP / kamera yang kalian pake dicuri orang dan kita nggak bisa mencegah malingnya untuk bertindak kreatif dengan file-file di dalamnya. 
  • …bisa aja kalian butuh duit dan memutuskan untuk menjual HP / kamera berisi adegan seru tersebut tanpa mendeletenya sebelumnya.
  • …atau kalian udah mendelete filenya, tapi dengan bantuan aplikasi yang sangat sederhana, semua file digital yang pernah dihapus bisa direcover lagi!

Saran gue, buat yang belum pernah melakukan, udahlah jangan iseng. Sedangkan yang udah pernah melakukan, saran gue adalah…

  •  …kalo file video / gambarnya ada di memory card (SD card, micro SD, CF, dsb) atau flashdisk sebaiknya copot tuh memory card, bakar sampe rada meleleh, trus buang. Memang konon dengan memformatnya beberapa kali maka file akan hilang selamanya tanpa bisa direcover, tapi buat apa sih ambil resiko. Lagian hari gini harga memory card udah murah, nggak akan sebanding dengan harga diri kalian kalo isinya nyebar di internet.
     
  • … kalo ada di CD, nggak cukup dengan dirusak dengan cara digores. Patahin CD-nya jadi dua, atau bakar.
     
  • … kalo ada di harddisk, nah ini rada repot. Memang rada nyesek kalo kalian harus ngebakar harddisk, jadi minimal yang bisa kalian lakukan adalah memformatnya, mengisi dengan file2 lain sampe penuh, format lagi, isi lagi sampe beberapa kali. Dan banyak-banyak berdoa jangan sampe harddisk tersebut sampe dicolong orang. 

Intinya, ingatlah bahwa setiap kali kalian mendokumentasikan kebugilan diri sendiri, selalu ada resiko ditonton oleh orang lain. Dan belum tentu kebugilan kalian tersebut mampu menghibur penontonnya. 

Aa Gym tadi siang: “semua ini hanya topeng”


Apa kabar, Aa Gym? Setelah di tahun 2006 mengumumkan keputusannya untuk berpoligami, jaringan bisnisnya mengalami kemunduran. Seperti diberitakan dalam salah satu posting di Gatra.com, pengunjung Daarut Tauhid berkurang drastis. Bahkan Warta Kota juga pernah memberitakan bahwa perusahaan televisi miliknya juga ikut-ikutan bangkrut dan terpaksa mem-PHK puluhan karyawan. Habis itu nama Aa Gym seperti tenggelam. TV – TV swasta yang dulu rebutan menampilkan Aa Gym di bulan Ramadhan, sekarang seperti alergi dengan sosoknya.

Hari ini, dalam rangka memperingati Isra Mi’raj, kantor gue mengundang Aa Gym untuk mengisi forum kajian mingguan. Maka terus terang kunjungan gue ke acara pengajian kali ini lebih untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang kabar si Aa ketimbang untuk menambah pengetahuan agama… hehehe… Aa Gym hari ini hadir berkemeja lengan panjang warna merah, tanpa sorban ciri khasnya. Kok sorbannya nggak dipake, A’?

“Ah sudahlah, nggak pake ini juga kita tetap bisa diskusi. Semua ini kan hanya topeng…” kata Aa. Iapun menampik saat asistennya mendekat sambil membawakan sorbannya, sebelum ceramah dimulai.

Secara keseluruhan, memang terasa ada yang beda pada dirinya sekarang, dibandingkan 3 tahun yang lalu. Kalo dulu dia nampak lebih ceria, banyak senyum, sekarang seperti tersirat nada-nada getir dalam materi yang dibawakannya.

“Tiga tahun yang lalu saya ceramah cuma bisa ngomong saja, sekarang saya sudah merasakan sendiri yang namanya ‘badai’,” kata Aa, mengisyaratkan pada keputusan berpoligaminya yang banyak mengundang komentar negatif dari masyarakat. “Dan demi Allah, saya bersyukur dengan keadaan yang saya rasakan sekarang, karena saya bisa belajar banyak sekali.”

Seperti bisa membaca pikiran para hadirin yang sebagian masih aja penasaran dengan latar belakang keputusannya berpoligami, dengan cerdik Aa Gym malah memasukkannya sebagai bagian dari ceramah. Dia kayaknya tahu, kalo dia bersikap menutupi, atau menganggap peristiwa itu nggak pernah terjadi, dia akan makin dikejar dengan pertanyaan. Maka sekalian aja dia berulangkali merujuk pada keputusan poligaminya, walau hanya dalam bentuk kiasan atau sentilan yang bernada ‘tahu sama tahu lah’.

Misalnya waktu mengulas masalah takdir dan jodoh, Aa bertanya,

“Akhwat di sini, ada yang belum menikah? Ini cuma nanya doang, BUKAN MAU NYARI LAGI KOOOK!!

Atau saat membahas tentang hidup berumah tangga, Aa dengan santai bilang,

“Jadi buat ibu-ibu di sini, saya kasih tahu aja ya… jangan buru-buru senang kalau suami tiba-tiba banyak memuji. Kalau suami banyak memuji, biasanya itu ada maunya…. Kenapa, PADA MAU BILANG ITU PENGALAMAN PRIBADI AA?

Gue menangkap Aa Gym sedikit banyak masih menyimpan rasa kecewa pada orang-orang yang pernah menghujatnya, terutama kalangan media. “Orang bisa belajar lebih banyak dari cacian ketimbang dari pujian. Dulu saya dipuji-puji, disanjung-sanjung, tapi sesudahnya mereka juga yang mencaci saya… saya tahu betul bagaimana direktur-direktur televisi itu memblow-up berita poligami saya… padahal dulunya mereka itu…” kata Aa sambil membiarkan kalimatnya menggantung.

Intinya, Aa Gym berpesan bahwa dalam situasi sulit, satu-satunya solusi terbaik adalah dengan evaluasi diri dan bertobat. “Jangan menyalahkan orang yang menghina kita, jangan kesal karena orang mencaci kita, lebih baik kita introspeksi apa saja dosa yang telah kita perbuat. Guru Aa yang mengajarkan, lebih baik Aa banyak bertobat. Dan saat itu Aa disadarkan, betapa banyak dosa yang telah Aa buat. Dulu sibuk aja ngurus bisnis, jarang ketemu dengan anak-anak. Di majalah difoto bareng keluarga, kelihatan bahagia, tertawa, tapi itu cuma di foto saja. Aa boncengan naik sepeda (dengan istri) biar kelihatan harmonis, cuma untuk tujuan publisitas. Aa berkunjung ke rumah yatim, tangan Aa mengelus anak yatim tapi muka sadar kamera, karena niat Aa bukan tulus untuk menyantuni tapi untuk publikasi. Kalau Aa ingat semua itu, ya Allah, betapa banyak dosa Aa…”

Entahlah, versi Aa Gym yang baru ini memang jauh nampak lebih manusiawi ketimbang citra dirinya 3 tahun lalu yang serba putih, suci dan ideal. He’s only human, like the rest of us. Memang dia nggak sefenomenal dulu, tapi ngeliat keberaniannya memikul konsekuensi atas pilihan pribadinya, kita justru bisa belajar banyak. Walaupun sampe detik ini belum tertarik untuk berpoligami, tapi gue setuju dengan pandangan orang yang bilang, “kenapa kita mencela orang yang berani berterus terang mengumumkan dirinya punya lebih dari satu perempuan yang HALAL untuk melayani di ranjang, tapi malah toleran terhadap orang-orang yang selingkuh sama entah berapa perempuan nggak jelas?”

Hmm.

Oh iya, hampir lupa. Sebelum acara ceramah dimulai, Aa ngobrol-ngobrol santai dengan segelintir hadirin yang udah ada dan mengajak berdiskusi, “ayo, mumpung kita sudah ada yang kumpul di sini, ada yang mau ditanyakan nggak? Ayo kita berdiskusi!”

Seorang mas-mas menyambut ajakan itu dengan mengajukan pertanyaan soal bom hari Jumat minggu lalu. “Aa, bagaimana pandangan Aa tentang pemboman yang sekali lagi dikaitkan dengan kaum muslim… bukankah ini mencoreng citra kaum muslim A… padahal dalam agama kita kan nggak pernah diajarkan untuk berbuat zalim seperti ini… bagaimana kita harus bersikap menghadapi pandangan negatif masyarakat, A?”

Lantas Aa Gym menjawab secara umum yang kurang lebih intinya, “…ya tidak ada jalan lain kecuali dengan bersikap sebaik-baiknya dan membuktikan bahwa Islam tidak mengajarkan hal-hal seperti itu…

“OK. Siapa lagi yang mau tanya?”

Semua pada diem, kelamaan. Maka daripada sepi gue angkat tangan.

“Aa… saya mau tanya…”

“Yak silakan, mau tanya apa?”

“Aa… PERNAH KETEMU AA JIMMY NGGAK? Itu loh, pemain sinetron yang suka niruin Aa…”

Aa Gym nampak agak shock mendengar penurunan kualitas pertanyaan yang begitu drastis, sementara beberapa hadirin lain menghela nafas dengan tampang males. “Yah, pernah sih… dia waktu itu datang ke rumah saya, diantar orangtuanya… Ada pertanyaan lain?”

“Trus waktu itu… NGOBROL APAAN AJA, A’?

“ADA PERTANYAAN LAIN???!!”

 

SMS: akan ada 4 bom lagi? 8 bom lagi? 100 bom lagi?


Seperti yang udah-udah, setiap kali baru terjadi bencana, langsung bermunculan SMS-SMS nggak jelas yang memberitakan akan ada bencana susulan segera terjadi. Seperti pernah gue bahas di posting yang ini, ada aja orang iseng yang menciptakan SMS meresahkan, dan repotnya masih banyak juga orang yang cukup dogol untuk menyebarluaskannya sehingga teror semakin menyebar.

Entahlah, tapi kayaknya diem-diem kita berharap sebuah bencana nggak berhenti sampai di situ. Bencana kita anggap seperti film box-office: harus ada lanjutannya. Dan cukup banyak orang yang memilih untuk percaya bahwa lanjutannya memang betula-betul akan ada.

Sekarang gini aja deh guys, gue tanya sama kalian: Adakah di antara kalian yang pernah menerima peringatan via email / SMS tentang adanya bencana tertentu (entah tsunami atau bom) dan belakangan memang betulan terjadi bencana tepat pada lokasi, tanggal, dan jam yang disebutkan dalam email / SMS tersebut?

Kalo sampe ada, mungkin memang kita harus lebih memperhatikan SMS – SMS sejenis, tapi coba bayangin: kalo kita adalah seorang tukang bom, yang udah menghabiskan waktu sekian jam / sekian hari untuk merakit bomnya, dengan harapan saat meledak nanti akan memakan sebanyak mungkin korban, MUNGKINKAH KITA LANTAS ISENG MUNGUT HP DAN MENGIRIMKAN SMS PERINGATAN YANG AKAN MEMBUAT BOM TERSEBUT SIA-SIA?

Yang udah terjadi adalah, bom selalu meledak di waktu dan tempat yang sama sekali nggak terduga.

Gunakan sedikit akal sehat, guys, dan berhentilah mengedarkan SMS-SMS bodoh yang meresahkan masyarakat.

motret apaan sih oom?


Di koran Kompas terbitan beberapa hari yang lalu, gue nemu sebuah iklan produk wadah plastik. Tadinya sih gue nggak terlalu tertarik sama iklan itu, tapi… rasanya kok ada yang aneh, ya?

Ini dia iklannya:

Nemu apa yang aneh dari iklan ini?

Yak… posisi jari si tokoh bapak waktu motret!

Dia megang kamera dengan posisi menghadap ke belakang, maksudnya untuk motret dia dan keluarga di depan gedung opera Sydney. Masalahnya, sepanjang yang gue tau tombol shutter kamera umumnya ada di sebelah kanan, sedangkan dia megang kamera di sisi kirinya.

Kalo dia mau megang kamera dengan cara seperti itu, seharusnya dia menggunakan tangan kiri. Atau, kalo mau pake tangan kanan, harusnya telapak tangannya juga menghadap ke belakang sehingga dia bisa mencet tombol shutter dengan jari kelingking atau jari manis. Tapi konsekuensinya kamera jadi nggak tertangkap di foto iklan ini, karena tertutup telapak tangannya.

Kemungkinan lainnya, bisa juga dia set auto-timer dulu sebelum megang kamera dengan posisi seperti ini. Tapi tentunya lebih gampang motret dengan tangan kiri, kan?

Demikian ulasan kurang kerjaan edisi malam ini. Terima kasih atas perhatiannya.

rafi: tante ari itu…


Saat ini Rafi lagi latihan menggunakan kosa kata baru, yaitu “apa” dan “siapa”. Beberapa hari yang lalu gue denger dia lagi tanya jawab sama dirinya sendiri:

“Bapak itu SIAPA? Bapak itu Agung…”
“Bunda itu SIAPA? Bunda itu Ida…”

Abis itu dia mikir-mikir, kira-kira siapa lagi ya yang bisa gue bahas, mungkin gitu pikirnya.

Tau-tau dia nanya:

“Bapak… tante Ari itu APA?”

Tentunya gue jawab dengan bijak, “Rafi, tante Ari itu manusia juga seperti kita, walaupun mungkin tingkahnya seringkali rada aneh…”

Rafi manggut-manggut maklum.

foto: Rafi dan tante Ari di talkshow si mbot di Jogja.

berita duka: account menhariq dihack!


Pagi tadi gue dikabarin sama Eriq bahwa account multiply, gmail, dan yahoo-nya dihack orang. Pelakunya berhasil mengganti password, bahkan security question pengingat passwordnya. Bukan cuma itu, dia juga mengganti headshot mp eriq dengan gambar porno, dan mengirimkan pesan2 ajaib lewat yahoo messengernya. Jadi kalo ada yang nerima pesan2 aneh dari eriq di YMnya, abaikan aja ya. Parahnya lagi, dia juga menghapus sebagian besar posting yang pernah dibuat eriq di MPnya.

Untuk mencegah pelakunya berbuat kerusakan lebih besar, eriq telah mendisable account MPnya dengan harapan nanti bisa dihidupkan lagi lewat admin. Mudah2an berhasil.

Buat semuanya, perlu lebih hati-hati lagi menyimpan password. Jangan pernah gunakan layanan online untuk menyimpan password, seperti misalnya salah satu add-on firefox yang bisa mengintegrasikan password. Begitu layanan itu kena hack, maka seluruh password yang kita simpan di sana bisa jadi mainan orang gila.

Semoga eriq bisa merebut kembali account-accountnya yang dicuri.

Transformers: revenge of the fallen


Tanpa gue sadari, ternyata selama ini gue ngefans sama Michael Bay. Baru beberapa hari yang lalu gue tau bahwa dialah sutradara dari sejumlah film yang menurut gue bagus. Transformers, Bad Boys I & II, The Rock, Pearl Harbour, Armageddon, bahkan The Island yang jeblok di box-office pun menurut gue keren, dan semuanya disutradarai oleh Bay. Dan tahun ini, muncullah karya Bay yang terbaru: Transformers: Revenge of the Fallen (selanjutnya gue singkat TROTF).

Satu hal yang gue suka dari film-filmnya Bay adalah; selain adegan-adegan actionnya gila-gilaan, nggak sayang buang-buang duit untuk bikin adegan yang seru, juga punya cerita yang lumayan berbobot. Minimal nggak asal tembak, tonjok dan meledak; ada sisi-sisi kemanusiaan yang ikutan terangkat ke layar. Makanya waktu denger dia lagi ngegarap sekuel Transformers, ekspektasi gue lumayan tinggi. Toh udah terbukti Bad Boys II nggak kalah seru dibanding Bad Boys pertama.

Eh ternyata, kali ini Michael Bay jadi korban salah pergaulan.

Resiko yang harus ditanggung sebuah film sekuel adalah mau nggak mau penonton akan membandingkannya dengan film pertamanya. Masalahnya, film Transformers pertama itu bagus. Ada sejumlah plot paralel yang menceritakan tokoh Mayor Lennox yang kebingungan menghadapi serbuan robot asing di Qatar, dan Sam yang kebingungan ngeliat mobil barunya bisa ngabur sendiri dari garasi. Belum lagi ada unsur salah paham dari pihak pemerintah yang sempat menyandera Bumblebee, sementara para Decepticons yang seharusnya ditangkep malah bebas berkeliaran merencanakan serbuan pembebasan sang Megatron. Penonton dibikin gregetan dan harap-harap cemas. Sedangkan di TROTF, Autobots dan pemerintah udah berteman baik. Bumblebee udah jadi piaraan Sam. Mayor Lennox udah naik pangkat dan hidup makmur (kayaknya, soalnya dia jadi rada gendutan). Belum-belum film ini udah kehilangan sejumlah elemen penting yang sempet menyumbang ketegangan di film pertamanya. Dan untuk mengkompensasinya, Michael Bay melakukan kesalahan yang sama dengan banyak sutradara film sekuel lainnya: menambah karakter.

Coba inget dari serial Lethal Weapon, Batman pasca Tim Burton – pra Batman Begins, X-Men, dan Spiderman: bertambahnya angka di judul film diiringi oleh bertambahnya jumlah tokoh, dan berkurangnya kekuatan cerita. Secara statistik bego-begoan aja, kalo sebuah film dengan durasi 120 menit bercerita tentang 2 orang tokoh, maka rata-rata setiap tokoh kebagian jatah waktu 60 menit. Kalo film tersebut dibuat sekuelnya, dan ditambahi 3 tokoh baru sementara durasinya tetap 120 menit, udah jelas jatah waktu untuk menceritakan tokoh-tokohnya akan berkurang drastis. Akibatnya, para tokoh jadi terkesan numpang lewat, dan cerita filmnya jadi terkesan kurang solid.

Plot utama TROTF sangat terasa diada-adainnya: sejak petualangannya di film Transformers pertama, rupanya Sam kemasukan sejumlah informasi dari Allspark (kubus ajaib yang jadi rebutan antara kubu Autobots dan Decepticons). Akibatnya, di kepala Sam tersimpan informasi tentang The Matrix, yaitu… benda ajaib lainnya yang akan jadi rebutan antara Autobots dan Decepticons! Sementara plot pendukungnya yaitu tentang pengalaman Sam masuk kuliah terasa kurang kuat, dan cuma buat alasan untuk menampilkan adegan-adegan konyol dari kedua orangtuanya (nangis secara berlebihan, dan mabok brownies ganja di kampus).

Sedangkan robot-robot barunya, yah secara special effect pastinya nggak perlu dikomentarin lagi. Udah pasti canggih dan mulus, walaupun di beberapa adegan pengambilan super close-up malah bikin penonton kesulitan nangkep adegannya. Tapi yang paling mengganggu adalah karakterisasinya itu lho, maksa banget. Bumblebee yang di akhir film Transformers 1 diceritain udah bisa memulihkan suaranya sehingga nggak perlu ngomong lewat siaran radio lagi, di TROTF tiba-tiba kembali gagu. Trus tiba-tiba ada salah satu anggota Decepticons yang bisa nyamar jadi manusia. Padahal sejak film Transformers 1 digambarkann bahwa para robot itu cuma bisa meniru manusia dalam bentuk hologram yang duduk di belakang setir untuk menyamarkan fakta bahwa mereka bisa keluyuran sendiri tanpa supir. Itupun hologramnya nggak sempurna, kadang masih kedip-kedip gitu. Kalo memang mereka bisa menyamar jadi manusia, ngapain capek-capek nyamar jadi mesin giling yang gampang ketahuan? Belum lagi kemunculan 2 robot kembar, Mudflaps dan Skid yang bertingkah kenegro-negroan dan cekcok melulu biar nampak agak lucu, tapi malah jadi norak. Mereka mengingatkan gue pada tokoh konyol Jar-Jar Blinks di film Star Wars episode I, yang abis-abisan dicaci-maki para fans setia Star Wars dan secara mengenaskan langsung nggak pernah nongol lagi di episode II dan III. Asal tau aja, George Lucas, sutradara Star Wars, adalah teman sekaligus mentor panutan Michael Bay. Makanya gue bilang, kali ini Michael Bay jadi korban salah pergaulan. Untuk urusan ide-ide memunculkan tokoh lucu, kayaknya George Lucas bukanlah mentor yang baik.

Abis itu Megan Fox, yang pamornya melejit di Transformers pertama sebagai cewek super hot, di sini tampil mati-matian untuk menjadi lebih hot. Dulu, posenya yang lagi nungging di depan kap mesin Bumblebee jadi salah satu adegan yang paling dikenang orang dari film Transformers. Di TROTF, Bay berusaha mengulang hal yang sama dengan membuat Megan Fox kembali nungging, kali ini di atas motor. Gue nggak akan heran kalo di film Transformers 3 diceritakan pembatunya Megan Fox lagi mudik sehingga dia terpaksa kembali nungging untuk ngepel rumah. Tapi yang jelas, salah seorang temen gue berkomentar sebagai berikut: “Adegan paling keren dari TROTF adalah waktu Megan Fox lari slow motion, cuma pake tanktop, dan dadanya gondal-gandul seperti mau melarikan diri keluar.” Andaikan Bay denger komentar ini, mungkin dia akan jedot-jedotin kepala ke aspal setelah menghabiskan budget 200 juta dollar untuk bikin aneka special effect tapi yang diinget penonton cuma 2 onggok lemak gondal-gandul.

Akhir kata, film ini seru, keren, canggih, tapi sebelum film mulai tolong matikan dulu otak kalian. Atau minimal, kurangi kepedulian kalian pada cerita, dan fokuslah pada special effectnya.

Mau jadi Presiden MP? Ini dia syaratnya…


Sejak Vina memposting soal “Presiden MP”, mendadak topik ini mengemuka lagi. Bener seperti apa yang ditulis Vina di postingnya, bahwa mungkin nggak sedikit orang yang ingin juga ‘menduduki’ jabatan sebagai presiden MP. “Gimana sih caranya jadi presiden MP? Gue juga mau!”

Buat yang mengira bahwa Presiden MP adalah sejenis jabatan kehormatan, mirip ketua kelas atau ketua OSIS atau ketua gank, yang menandakan bahwa pemegangnya adalah seseorang dengan privilese lebih, paling keren dan top di jagad MP ini, kalian baru setengah benar. Fakta setengahnya lagi adalah bahwa untuk mendapat pengakuan masyarakat sebagai presiden MP, ada banyak (banget) hal yang harus kalian lakukan, sebagian besar di antaranya sangat nggak enak, melelahkan, ngga hore maupun funky, dan butuh komitmen besar.

Berminat jadi presiden MP? Silakan nilai diri kalian masing2, apakah mau dan mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Punya stamina dan mobilitas tinggi, sehingga bisa mengikuti proses persiapan sebuah acara yang terkadang saling berjauh-jauhan lokasi. Kuat bergadang beberapa hari tanpa tepar.
  • Punya ketegasan untuk memilah mana pendapat yang benar-benar berasal dari pemikiran mendalam, dan mana yang cuma berasal dari isi perut yang salah jalur keluar.
  • Rela berkorban materi. Mulai dari nombokin dana kegiatan yang suka mepet di detik-detik terakhir, hingga yang kecil-kecil seperti untuk beli pulsa sehingga bisa ber-SMS dan bertelepon dengan seabrek anggota panitia dalam rangka persiapan acara. Sebaliknya, juga punya ketelitian dan transparansi untuk mengelola dana sumbangan pelaksanaan kegiatan yang nggak sedikit jumlahnya.
  • Punya memori kuat untuk menghafal ribuan user di balik user id MP, sehingga dalam event kopdar akbar bisa jadi fasilitator untuk saling memperkenalkan para peserta. Selain itu pengenalan terhadap para anggota MP juga penting untuk pengerahan sumber daya saat pembentukan panitia, agar bisa menerapkan prinsip “the right man on the right place”.
  • Punya fleksibilitas untuk dapat diterima oleh berbagai golongan di jagad MP.
  • Punya kesabaran untuk mendengar komplen sebagian peserta kegiatan yang nggak tahu menahu soal persiapannya, tiba-tiba muncul pas hari H dan nyeletuk, “acaranya kok gini doang sih, panitianya nggak profesional banget!”.
  • Bersedia mengorbankan waktu dan pikiran untuk mengurus rakyat MP tanpa imbalan apapun, sementara di luar MP pastinya masih banyak hal lain yang juga menuntut untuk diurusin.
  • Punya koneksi luas dengan berbagai pihak, mulai dari media massa, perusahaan sponsor, hingga komunitas lain sehingga bisa mendukung kegiatan besar MP.
  • Mau menyediakan waktu untuk menengahi, minimal memperhatikan, apabila terjadi perselisihan nggak penting antar anggota MP.
  • Mau memperhatikan isi posting para anggota MP, supaya bisa merespon aspirasi para anggota dalam bentuk tindakan nyata. Banyak orang yang senang kalo postingnya dibaca, tapi untuk senang membaca posting orang lain (yang terkadang kurang penting dan kurang menarik) butuh kepedulian tersendiri.
  • Punya kemampuan memotivasi orang lain, karena semua kegiatan MP adalah kegiatan sosial yang tidak mendatangkan keuntungan material apapun bagi para panitianya.

Nggak perlu pemilu-pemiluan, nggak perlu daftar-daftaran, selama tindakan nyata kalian membuktikan bahwa kalian memiliki semua poin-poin di atas, dengan sendirinya kalian akan jadi presiden MP. Yang menentukan apakah kalian pantas untuk disebut “presiden MP” adalah para penghuni jagad MP.

Sanggup?

Einstein, Hawkings, minggir kalian semua!


Malam ini gue merasakan sensasi yang luar biasa, heboh, menggetarkan, sehingga terasa dengkul gue lemes, mata gue berkunang-kunang, dan jantung gue berdebar-debar… Bukan, bukan karena abis naik Kopaja yang lagi dibuntuti oleh Kopaja lain bernomor sama, tapi karena baca e-mail berikut yang entah gimana nyasar ke inbox gue:


Bayangin, cuma dengan ikut seminar sehari doang, kita bisa naik kecerdasannya 500%! Itu artinya, kalo IQ kita sekarang = 100 (kategori average alias rata-rata menurut skala Wechsler, skala yang umum dipake untuk mengukur intelegensi), maka setelah mengikuti seminar kita bisa punya IQ = 500! Padahal untuk bisa dikategorikan sebagai “GENIUS” dalam skala Wechsler, kita “cukup” punya IQ lebih dari 130. Dan seminar ini mampu memberikan IQ = 500 atau lebih! Bayangin jika yang ikut seminar adalah orang jenius yang punya IQ = 140, misalnya, maka setelahnya dia akan punya IQ = 700!! Edan! Coba bayangin kalo gue ikut seminar ini waktu jaman kuliah dulu, maka gue nggak akan lulus dengan IPK ngepas 2.55, melainkan… hmmm… entahlah, 12.75 mungkin? Artinya, IPK gue akan cukup untuk nalangin 2 orang lainnya dan kami bertiga akan lulus Summa Cum Laude! Itupun masih ada kembalian 0.75 yang bisa gue sedekahkan. Bayangin juga dengan IPK 12.75, bisa-bisa dosen yang membacakan nilai ujian gue akan menjerit seperti lagi kejepit ritsleting,
“Agung Nugroho, dengan nilai… AAAA!!”
(A-nya ada 4, soalnya)

Email dahsyat ini juga dilengkapi dengan testimoni dari sederetan tokoh, baik yang terkenal, agak terkenal, hingga yang dikit lagi punya kenalan, yaitu:

Luar Biasa! Saya senang sekali mengikut-sertakan ponakan saya ke Training Super Great Memory ini.. Nilainya meningkat dari rata-rata 5 jadi 8!! Attitudenya juga jadi lebih baik, lebih rajin, tidak takut dan tidak stress bila pergi ke sekolah. Dahsyatnya lagi, setelah ikut Training SGM ke 2 kali kemarin, Andrew jadi lebih bertanggung jawab & lebih disiplin. Terima kasih Mr. SGM..

Isabella – 0813-8339-xxxx (Tante dari Andrew)

Saya puas karena membantu saya mengingat sesuatu dan training ini sangat berguna untuk menghafal pelajaran

Sni Adelia Qur’ansah, 2 SMP School of Universe

Setelah menyaksikan mas Irwan mendemonstrasikan metode daya ingat ini, saya sangat terkesan. Alangkah beruntungnya saya – dan ribuan remaja lainnya – bilamana mempunyai kemampuan seperti mas Irwan

Alyssa Soebandono, Artis / Pelajar kelas 12 Global Jaya

Kalian pasti bertanya-tanya, seminar sekeren ini, pasti pembicaranya juga bukan orang sembarangan. Yak, kalian benar, nama pembicaranya adalah singkatan:

Mr. SGM

yang merupakan kepanjangan dari

Super Great Memory

Gue serius. Nama pembicara yang tertulis memang begitu, cuma “Mr. SGM” doang, tanpa keterangan nama aslinya siapa, sekolahnya di mana, atau sekarang kerja di mana. Jangan-jangan saking geniusnya, pembicara ini bisa berubah menjadi minuman sehat bagi balita bila diseduh air panas.

Yang jelas, si Mr. SGM ini telah mengukir prestasi sebagai berikut:

  • Pemegang Rekor Pertama Daya Ingat MURI (Museum Rekor Indonesia)
  • Penulis buku Super Seller ”Super Great Memory” (SGM)
  • Di-apresiasi oleh Menteri, Kepala Sekolah, Guru, Pelajar se-indonesia
  • Telah teruji dan dipraktekkan oleh lebih dari 10.000 orang se-Indonesia selama lebih dari 5 tahun

Perhatikan butir terakhir: telah dipraktekkan oleh lebih dari 10 ribu orang di Indonesia selama lebih dari 5 tahun. Artinya selama 5 tahun terakhir negara ini telah memiliki 10 ribu warga negara yang ber-IQ 500 atau lebih. Pada ke mana ya mereka? Atau jangan-jangan mereka mengikuti seminar ini dengan IQ 20, sehingga setelah lejitan 500% hasilnya cuma mentok di angka 100?

Akhir kata, gue sangat menyarankan agar para juragan warung se-Indonesia juga berbondong-bondong mengikuti seminar ini. Tujuannya untuk mengatasi para pengutang yang sering mendadak amnesia kalo utangnya jatuh tempo, seperti contoh kasus berikut:

“Bu Onah, minggu lalu udah janji lho, hari ini mau bayar utang yang 17.400…”
“Ah, masa sih saya janji begitu?”
“Iya bu, tanggal 14 Mei jam 09.14, ibu dateng ke warung ini pake daster merah kembang-kembang kuning dan sendal jepit ijo, nenteng dompet kecil warna coklat, beli kemiri dua bungkus, terus mengaku baru inget kalo dompetnya belum diisi duit dan berjanji akan membayarnya seminggu kemudian digabung dengan utang-utang terdahulu, yang mana totalnya adalah 17.400…”

Juara ngutang manapun akan mati kutu. Dijamin!

*jurnal yang ditulis sambil geleng2 takjub ngeliat betapa brutalnya strategi marketing jaman sekarang…