Pelajaran Hidup dari Monopoli


monopoli_rafi

Sebelum masuk SD, Rafi udah menemukan, dan memutuskan, bahwa hobinya adalah menggambar. Di satu sisi itu bagus, karena banyak orang yang sampe tua bangka juga nggak tahu hobinya apaan. Selain itu, menekuni hobi menggambar nampak jauh lebih jelas manfaatnya ketimbang main Angry Birds. 

Jeleknya, dia lantas menganggap pelajaran sekolah, khususnya aritmatika, nggak penting. 

(lebih…)

Pentingnya Casting


Kalo abis nonton film bagus, biasanya orang muji bintang filmnya, atau sutradaranya. Jarang banget yang muji castingnya. Padahal casting, alias proses pemilihan pemeran, gede banget perannya untuk membuat sebuah film nampak bagus atau jelek. Minimal, nampak pas atau aneh.

Misalnya aktor berikut ini:

(lebih…)

menikmati game arcade gratisan ala rafi


Pada suatu hari, Rafi ikut gue dan Ida pergi ke Plaza Semanggi. Waktu berangkat kami udah bilang sama dia, “boleh ikut tapi cuma liat-liat aja, nggak beli apa-apa”.

Sesampainya di sana, kebetulan kami lewat di sebuah game arcade. Itu lho, tempat mainan anak-anak yang isinya binatang-binatangan / mobil-mobilan yang bisa gerak maju-mundur dan naik-turun kalo diisi koin, bahasa Indonesianya apa sih tuh. Ya pokoknya itulah.

Mudah diduga, tempat semacam itu selalu efektif untuk bikin bocah balita manapun merengek-rengek. Tapi berhubung sebelumnya udah ada perjanjian untuk nggak beli apa-apa, ya kami biarin aja. Dia boleh berkeliaran di sana, tapi nggak beli koin.

Awalnya dia mencobai satu-satu mainan-mainan tunggangan berkoin. Naik ke yang satu, muter-muter setirnya atau mencet-mencet tombolnya, turun, naik lagi ke yang berikutnya. Sampe akhirnya dia nemu satu yang berbentuk benda favoritnya: kereta.

Entah karena kereta-keretaan itu lagi rusak, atau karena tempatnya bentar lagi mau tutup, atau penjaganya tadi denger waktu kami menolak permintaan Rafi untuk beli koin, mainan itu nggak dijaga. Padahal kalo liat dari tongkrongannya, mainan kereta-keretaan ini nampak cukup serius karena ada relnya segala. Maksudnya, bisa jalan betulan, bukan cuma naik-turun maju-mundur. Maka dengan riang gembira Rafi naik ke atas kereta-keretaan itu.

Berhubung mesinnya nggak dinyalain, ya tentu aja keretanya nggak jalan. “Kurang seru nih kalo main kereta-keretaan tapi keretanya nggak jalan,” mungkin gitu pikirnya. Maka dia turun lagi, dan… mulai mendorong kereta-keretaan itu mengitari relnya.


Dari ekspresinya sih nampak bahwa kereta-keretaan berbahan fiberglass tapi berangka logam itu lumayan berat, tapi dia senang-senang aja tuh. Heboh dorong kereta keliling rel sambil ketawa-ketawa sendiri, sementara orangtuanya yang kikir mengawasi dari jauh tanpa sedikitpun tergerak untuk membelikan koin.

Eh, dasar rejeki Rafi mah ada aja. Ulahnya ternyata menarik perhatian dua orang bocah kecil lainnya. Mereka mendekat, awalnya cuma nonton Rafi sibuk dorong kereta, dan akhirnya… ikutan berpartisipasi dorong!

Berhubung sekarang udah ada yang dorongin, tentunya Rafi segera memanfaatkan momentum dengan naik ke atas kereta…




Lumayan, nggak usah beli koin bisa naik kereta-keretaan gratis!