“Don’t judge a book by its cover,” kata pepatah, alias jangan menilai buku dari sampulnya. Tapi ternyata dalam kebudayaan Jawa, kita bisa menilai burung dari sangkarnya. Minimal, tau jenis burungnya hanya dari menilai sangkarnya.
Satu lagi oleh-oleh dari perjalanan Tour de Jawa – Sumatera minggu ini, pengetahuan penting banget tentang sangkar burung. Gue dapet waktu lagi mampir ke Bantul, ke tempat usaha salah satu nasabah kantor gue, yang kebetulan jualan aneka perlengkapan pemeliharaan binatang untuk diternakkan dan untuk hobi – termasuk burung.
Pertanyaan di benak gue mulai timbul waktu di sela-sela obrolan ngalor-ngidul si ibu pemilik toko menunjukkan salah satu sangkar yang dijualnya, “…sangkar cucakrawa kayak gini, saya beli langsung dari perajinnya, mas….”
“Maksudnya, sangkar kayak gini hanya boleh diisi cucakrawa, gitu bu?”
“Oh iya!”
“Memangnya kalo saya isi burung lain, kenapa?”
“Ya salah mas… nggak wangun (=pantes, bhs Jawa).”
“Coba kalo saya punya burung perkutut, saya harus pake sangkar yang mana?”
“Yang itu, mas.”
“Burung dara?”
“Yang sana.”
“Burung puter?”
“Yang sebelah sananya lagi…”
Buset, ternyata untuk aneka jenis burung, ada ‘aturan’ nggak tertulis tentang model sangkar yang ‘pantas’! Tapi si ibu penjual itu juga bingung sendiri datang dari mana aturan-aturan tsb.
“Ya nggak tau mas, dari sananya memang sudah gitu kok aturannya…”
Nah, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu penjual sangkar burung, di sini gue mau berbagi penemuan penting ini dengan kalian. Tujuannya biar kalian jangan sampe salah taro burung dalam sangkar. Ingat, itu tidak pantas! Apalagi dengan tidak melupakan fakta bahwa tidak semua burung pantas ditaro dalam sangkar.
Cuma gue rada penasaran juga, kalo suatu hari nanti gue dateng ke toko ini dengan bawa burung kasuari, kira2 gue dikasih sangkar model apa ya?
Ini dia foto-foto aneka sangkar burung yang penting kalian cermati:
…kalo sangkarnya berbentuk segi empat, umumnya berukuran lebih besar dari sangkar burung jenis lain, dan dengan jenis ukiran yang lebih ‘anggun’ dari jenis burung lainnya…

…artinya ini sangkar burung cucakrowo.
…kalo sangkarnya warna-warni, ada hiasan gambar-gambar yang bernada ceria, bagian atasnya cenderung membulat dan tertutup seperti kubah (dugaan sementara gue kubah ini berguna untuk menguatkan efek suara ‘kung’ si burung)…

…artinya ini sangkar burung perkutut.
…kalo sangkarnya berbentuk membulat, dengan bagian atas sedikit lebih besar dari bagian bawahnya….

…artinya ini sangkar burung dara / merpati.
…kalo sangkarnya membulat, tapi tanpa bagian tertutup di atasnya dan nyaris tanpa hiasan sehingga terkesan lebih sederhana…

…artinya ini sangkar burung deruk / puter.
…kalo sangkarnya kotak seperti sangkar cucakrawa, tapi ukurannya lebih kecil dan tanpa ukiran…

…artinya ini sangkar burung kutilang.
…kalo sangkarnya keciiil sekali seperti kaleng marie regal…

…artinya ini sangkar burung kenari atau ciblek.
…kalo sangkarnya besar, buatannya kasar, terkadang bertingkat…

…artinya ini sangkar ayam.
Pesan moral apa yang bisa kita dapat dari peraturan persangkaran ini? Yaitu bila kita bisa membahagiakan orang lain seperti burung cucakrawa dan perkutut, maka kita akan dihargai dan mendapat tempat yang terhormat. Tapi membahagiakan orang lain tidak sama dengan membiarkan orang menginjak-injak harga diri kita, sebab dalam kasus seperti itu kita adalah ayam yang hidupnya harus berjejal-jejal dalam sangkar jelek, abis itu disembelih dan dimakan.
Sekian pelajaran persangkaran hari ini, semoga bermanfaat.
kalau ibu ibu sukanya burung suami dalam sarung
Wah, bisa, ya?
Hihihi, as usual, unik, ‘gak penting’ dan bermanfaat :-p
sangkar beo dan kakak tua ada gak ya…. soalnya adekku berkeras untuk masukin beo dan kakak tua di satu kandang…katanya biar mereka bisa saling tukar kosa kata…
klo burung garuda sangkarnya gmn ya ????
nah ini ane setuju banget,,
hihihihi….. kalo kita kasian sama burungnya, yg kebetulan kecil, trus kita masukin ke sangkar yg gedean, emang gak boleh?
wah baru tau aku mbot….penemuan mbot emang selalu bermanfaat:)
ckckck…dalemm bener. Dalemmm pelajaran hari ini..hehe
aku udah tau…emang beda sih…apalagi kalo ntar ada sangkar buat ayam cemani dll…wuih… macem2…
belum dan….jadi malah keinget sebelnya memelihara burung dalam sangkarkrn dulu waktu kecil punya burung nuri, trus tiap kasi makan pisang kepok dipatok mulu, …benci.akhirnya suatu hari gw putuskan untuk tidak menutup sangkarnya ,….setelah memberi makan .walaupun …rasanya sampe sekarang belum ada yang bilang ke nyokap bahwa peliharaannya hilang gara gara gue. oops….
deuh di kost ada burung bagus banget suka kasihan ngelihat mereka dalam sangkar..
pada dasarnya, dikasih sangkar sebagus apa, kita tetep merampas hak para burung untuk lepas di udara. Burung gak sepatutnya dikasih sangkar lagi.
dan ini filosofi sangkar burungnya
mas agung,harusnya itu dibikin kuis dulu….kira2 seminggu kemudian baru ditulis blog tentang jawaban yang benar,plus pemenangnya,hahahahaha…soalnya aku tau semua tentang sangkar2 itu,hihihihihi
Wah seru, tapi sekarang sangkar burung bukan hanya di pakai untuk burung loch, coba deh ke kawinan2 banyak yang pakai hiasan sangkar burung tapi isinya lilin atau bunga atau lampu sambil di gantung buat hiasan
pasti pas ibu2nya jelasin sangakar mana untuk burung apa, langsung sibuk motret deh..
interesting….ga perna kepikiran ada aturan seperti itu…seingatku papa perna punya cucakrawa ditaruh dikandang yang ada kubahnya itu..mungkin lain ladang lain belalang, mungkinkan peraturan seperti itu berlaku hanya di jawa?
lha…ini kerjaan aku dulu kecil Ri, bantuin bawa, trus Bapak yg nyantolin ke teras …sampe’ harus mbantu mbersihin eek burung di dasar sangkar..huek
sudah tahu dong aturan sangkar burung …secara bapakku miara puluhan burung, termasuk burung yg harganya juta-juta ….sangkarnyapun mahal-mahal ya bo’, ratusan ribu gitu
ga terlalu ngeh, tp aku bisa nebak 6 dari 7 sangkar diatas cocoknya untuk apa 🙂
cuman kalo main ke semarang malam2 jangan nyari ciblek ya.. laen nanti dapetnya he he
Jadi inget yang pelemnya dono: pak, burungnya pak!
hebat…bisa menangkap pesan moral yang begitu dalam….^_^
ada juga yang di dalam sangkarnya ditaruh batu buat pijakan kaki burung itu sepertinya sangkar anis kembang atau cucakrawa batu… uh lupa… unik juga tuh mas agung
wah baru tahu nih…
hehehe… gwe udah tau gung.. pakde gwe dulu pecinta burung perkutut, n paklek gwe punya hobby yg sama…
wah, bentar lg nulis buku psikologi burung neh 😀 ntar ditaronya di rak buku memasak
Mungkin memang disesuaikan psikologis dan ergonomis si burung itu sendiri……… (apa coba)
Baru tau tentang sangkar, makasih ja Mas Agung
kalo kakekku gak ngebolehin burung dikurung…skalipun sangkar emas…kasian…
fyi : deket rumah gue dulu tempat lomba burung kicau.kalom lagi lomba, percaya deh ga bakal ada orang yang bawa burung dengan sangkar burung kayak di atas deh.
wah… dulu depan rumah gue di solo waktu masih ada kakek…berjejalan sangkar burung perkutut yang setiappagi gue mesti ikut bantu mindahin dari dalem rumah ke teras… huhuw…i miss grandpa…
mas Agung lagi berkutat dg perunggasan’kah?*kemarin ayam sekarang burung, besok..bebek goreng?*
wah kok bisa ya mas agung…?saya sendiri yang orang jaawa ndak begitu tahu hehehetapi bagus juga infonya
Banyak juga jenis2nya ternyata 😛
^_^….. nice…. ^_^