Pocong 2

Maya (Revalina S Temat) adalah seorang asisten dosen yang hanya hidup berdua dengan adiknya, Andin (Risty Tagor). Karena duit pas-pasan, Maya dengan dibantu oleh pacarnya, Adam (Agus Ringgo) mencari kost2an murah. Berdasarkan info dari iklan di koran, Maya menemukan sebuah apartemen yang disewakan dengan harga super murah. Maya memutuskan tinggal di sana, dan belakangan stress karena diganggu pocong gentayangan.

Begitulah inti cerita dari film Pocong2. Sebenernya gue nggak terlalu banyak berharap dari film ini, mengingat misi utamanya hanyalah untuk menutup kerugian ongkos produksi akibat film Pocong 1 dilarang beredar. Tapi setelah gue tonton, eh ternyata film ini punya beberapa plus points seperti:

  • Akting para pemerannya lumayan bagus, terutama Risty Tagor; sukses meranin ABG resek yang susah diajak ngomong.baik-baik.
  • Scriptnya, dalam arti susunan dialog, juga lumayan. Dialog-dialog yang muncul informatif dan nggak terdengar ‘maksa’. Nggak heran, penulisnya adalah salah satu jagoan naskah Monty Tiwa.
  • Alur ceritanya nyaman diikuti, ada keterkaitan logis antara satu adegan ke adegan lainnya.

Nah, kalo gitu, kenapa gue cuma kasih bintang 2?

Itu karena adanya sejumlah kelemahan yang menurut gue cukup fatal, yaitu:

**SPOILER ALERT**

  • Entah karena film ini memang mempersiapkan diri untuk segera nyemplung di layar kaca atau ada alasan lainnya, sering banget adegan super close-up di mana layar diisi oleh muka semua. Kalo di layar kaca emang lumrah teknik pengambilan gambar kaya gini (sering ditemui di sinetron2 kan?), tapi kalo untuk format bioskop lumayan bikin pusing juga.
  • Pocongnya banci tampil, sering banget muncul jelas di layar. Padahal biasanya setan2 di film horror lainnya hanya muncul sekilas-sekilas biar makin serem dan bikin penasaran.
  • Pocongnya nggak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa nongol di sana sini dengan berbagai pose (termasuk pose duduk nyender di tangga). Bandingkan dengan Kuntilanak yang bisa nyulik orang, kan jauh lebih sangar tuh.
  • Banyak adegan yang “terinspirasi” (gue nggak bilang jiplak lho ya, masih sopan nih) dari film2 horror Asia terutama The Eye, misalnya setan lidah panjang yang hobinya jilat-jilat. Bahkan ada adegan penampakan di restoran bakmi, luar biasa miripnya dengan salah satu adegan The Eye (gue tetep nggak bilang jiplak lho ya).
  • Yang paling fatal adalah penjelasan di akhir film tentang kemunculan pocong-pocong itu. Penjelasannya adalah, 4 tahun yang lalu ada sebuah keluarga yang dibunuh dengan cara dibakar dalam rumah. Salah satu anggota keluarga itu, Wisnu, selamat tapi jadi rada ‘aneh’ Dia jadi dendam kesumat karena adik kesayangannya dibunuh dan diperkosa orang. (di bagian sini gue rada kurang mudeng deh, jadinya gimana sih, adiknya diperkosa dulu terus dibakar di rumah beserta anggota keluarga lainnya atau gimana?) Wisnu kemudian ikutan mati waktu mau balas dendam pada pembunuh adiknya, lantas arwahnya penasaran. Nah di sini mulai seru:
    • Arwah Wisnu lantas menciptakan apartemen ‘virtual’ untuk menjebak Maya dan Andin dengan tujuan menculik Andin. Jadi, apartemen murah yang ditempati Maya dan Andin itu sebenarnya nggak pernah ada, itu hanya tanah kosong berisi pepohonan – cuma dalam penglihatan Maya, Andin, dan Adam bentuknya adalah apartemen. Pertanyaan gue; kalo selama ini Maya dan Andin tinggal di tanah kosong, lantas gimana mereka masak nasi goreng, nge-charge HP, mandi, dan nonton DVD? Listriknya dari mana?
    • Wisnu mengincar hendak menculik Andin karena dendam telah kehilangan adiknya. Kalo dia dendam karena adiknya dibunuh orang, kenapa lantas jadi ngincer untuk membunuh adik orang lain?
    • Kalo memang arwah Wisnu sedemikian saktinya sehingga bisa bikin apartemen virtual segede gitu, kenapa juga harus repot2 melibatkan Maya dan Adam? Kenapa nggak langsung aja nyulik si Andin waktu lagi cengok nunggu jemputan di depan sekolah?
    • Kenapa arwah Wisnu bisa mengecoh Maya, Andin, dan Adam yang melihat tanah kosong itu sebagai apartemen besar tapi nggak bisa mengecoh temen2nya Andin yang nganter pulang sehabis dugem?
    • Kalo memang seluruh lingkungan apartemen itu hanyalah ciptaan arwah Wisnu, lantas darimana munculnya para pocong yang konon hadir untuk memberikan peringatan? Seandainya gue jadi si Wisnu, gue akan bikin apartemen ciptaan gue aman dari berbagai gangguan supaya para penghuninya nggak curiga.
    • Kalo memang yang gentayangan hanyalah arwahnya Wisnu, kenapa waktu nyulik Andin dia harus repot2 bungkus Andin pake kain kafan dan macul2 tanah? Apa iya arwah bisa macul?
    • Yang paling parah adalah: KALO MEMANG APARTEMEN ITU NGGAK BETULAN ADA, KENAPA IKLANNYA BISA MUNCUL DI KORAN???

Itulah sebabnya, cukup bintang 2 untuk film ini. Mudah-mudahan di film Pocong 3 mas Rudi Soedjarwo bisa punya penjelasan cerita yang lebih logis, minimal logis untuk ukuran dunia film horror…

66 comments


  1. knp agus ringgo jd setan maupun org bnran ttp aja rambutnya berantakan…yg lucu masa rambut masih acak2an tp dia bilang rapi pas kencan ma revalina? trus pd awal film siapa yg d bungkus kafan & di kubur sama wisnu??


  2. agah said: other flaws, imho:1. dialog “filosofis” antara sang dosen dan maya…sangat tidak berbobot. seperti dialog dua orang anak sma yang baru membaca “introduction to sartre”2. cukup menggelikan melihat seorang asdos mata kuliah filsafat yang (mustinya) skeptis dan kritis akhirnya jadi percaya dengan dunia roh dan bersedia dibuka mata batinnya setelah bertemu dengan seorang dukun yang (menurut saya) tampak sangat tidak meyakinkan, untuk pertama kalinya.

    can’t be more agree..!


  3. ladydhy said: Huaaaaaaaa jadi bingung nih, nonton ga yaaa??? Tadinya niat banget nonton, tp mlm minggu kemaren kehabisan tiket :(Eh taunya Mas Agung review cuma dikasih 2 bintang, huhu…

    nonton aja, lumayan kok filmnya. lagian selera film orang kan beda, biar gimana namanya review film pasti ada unsur subyektifnya 🙂


  4. dianlantinga said: Saya hanya bisa baca aja Reviewnya Mas Agung aja, nontonnya nggak bisa musti ke Indonesia dulu.Selamat Tahun Baru ja Mas Agung & Mbak Ida serta adik Rafi.

    selamat tahun baru juga… nanti kalo kapan2 pulang ke indo sempetin nonton film indonesia ya!


  5. prajuritkecil said: seinget gw, baru film mendadak dangdut yang gak dibantai agung ya…terakhir, kuntilanak yang abis di”kritisi”, bukan dihina dina lo ya….

    film realita cinta dan rock n roll juga gue puji2 kok…


  6. molegh said: mas agung….aku lebih nyaranin nonton Night at the Musium-nya Ben Stiller kali yaa…kayaknya masih lebih menghibur deh, khan tayangnya hampir barengan tuh…

    ya, denger2 tuh film lumayan lucu. belum sempet nonton tapi.


  7. thebrightone said: hebaaat…ada hantu bisa bikin apartemen…kira2 mereka bisa bikin gedung perkantoran gak yaa??….

    mungkin nanti di pocong 3, jadi tokoh ceritanya merasa diterima kerja di sebuah perusahaan padahal tiap hari dia ngantor di kuburan :-)))


  8. agah said: 1. dialog “filosofis” antara sang dosen dan maya…sangat tidak berbobot. seperti dialog dua orang anak sma yang baru membaca “introduction to sartre”

    hehehe… iya. tapi kayaknya untuk sebagian besar penonton udah cukup impresif (menurut sutradaranya)


  9. myshant said: eh, nonton pelem ini sama sapa ?apa iya ida mau diajakin nonton ? 🙂

    sama ida. agak dijebak sih sebenernya. awalnya diajak jalan2 ke BSM dulu, trus pas sampe sana “nonton yuk…?”hehehe… di adegan2 yang ada pocongnya dia tutup mata melulu 🙂


  10. myshant said: kenapa siy pelemnya hantu-hantuan mulu ?dari kuntilanak, hantu jeruk purut, bangku kosong, pocong …duh duh duh …kan gue ogah nonton 😀

    soalnya bikin film horor itu paling gampang. kalo bikin film cinta2an, selera penonton kan sulit ditebak. kadang menurut sutradaranya udah romantis, menurut penonton norak. mau bikin film sci-fi, mahal di special effect. sedangkan bikin film horror cuma butuh musik ngagetin dan editing yang pas udah jadi deh. plus di indonesia banyak setan2 legendaris yang potensial diangkat ke layar perak 🙂


  11. spinkage said: hey siapa tau para pocong udah melek teknologi gung.. hahahaha.si pocong minjem properti elektronik sesama pocong buat mengecoh para tokoh utama.. 😛

    atau mungkin barang2 elektronik yang udah mati berubah jadi setan juga, jadi ada setan tv, setan dvd player, dll dll… 🙂


  12. mbot said: Apa iya arwah bisa macul?

    bikin apartemen aja bisa.. macul mah keciiill… :Dbtw, berarti si wisnu itu arsitek ya? trus kerja rangkap ya? desain apartemen ampe macul tanah sendiri, pocong heubatt! hehehe. piss, mas agung!


  13. other flaws, imho:1. dialog “filosofis” antara sang dosen dan maya…sangat tidak berbobot. seperti dialog dua orang anak sma yang baru membaca “introduction to sartre”2. cukup menggelikan melihat seorang asdos mata kuliah filsafat yang (mustinya) skeptis dan kritis akhirnya jadi percaya dengan dunia roh dan bersedia dibuka mata batinnya setelah bertemu dengan seorang dukun yang (menurut saya) tampak sangat tidak meyakinkan, untuk pertama kalinya.


  14. bearahmat said: Apa Mas Agung pernah menyampaikan hasil tontonan Mas Agung ke Sutradara film dkk ?

    kalo secara langsung belum pernah, wong nggak kenal sutradara manapun 🙂 tapi mudah2an aja ada di antara mereka yang sudi mampir ke mbot’s hq 🙂


  15. rauffy said: hihihi….awal artikel, film ini di review cukup bagus dan lumayan bikin melambung….tapi setelah itu ‘dibanting’ dengan telak ke minus=))

    yah memang begitulah perasaan gue waktu nonton film ini, awalnya sempet muncul harapan cerah, eh jebule endingnya kaya gitu… parah…


  16. Hihihihi…begitulah Indonesia..masalah biasanya terletak pada dua kata: tidak jeli. Tidak jeli dalam penulisan naskah dan penggambaran cerita, tidak jeli dalam continuity set waktu shooting dan yang paling parah, tidak jeli kalau di masyarakat..banyak lho yang nonton film bener2 sampe memperhatikan detil sekecil2nya..dikirannya orang kita itu bodo2…yang disuguhi film apapun bertitel “horor” pasti teriak tanpa mikir..hehehehe.

Tinggalkan Balasan