Dongeng Anti Klimaks


uglyducklingcopy2

Ilustrasinya milikĀ blogger ini

Semalem Rafi minta didongengin lagi, dan kali ini gue memilih dongeng populer “Anak Itik yang Buruk Rupa” dari HC Andersen.

Gue ceritain lah kisah hidup menyedihkan Si Anak Itik yang di-bully itik-itik lainnya hingga akhirnya dia tumbuh besar dan menjadi seekor angsa.

Dan inilah pertanyaan Rafi: (lebih…)

[2012-029] Unsolved Mystery: Benarkah Cerita Film Click Jiplakan Legenda Asia?


Tahun 80-an dulu, majalah Kawanku adalah majalah anak-anak dengan misi pendidikan. Isinya antara lain biografi tokoh terkenal, dongeng dari manca negara, dan komik si Tomat. Nggak ada artikel semacam “The Art of Flirting” kayak gini:

majalah kawanku jaman sekarang

Salah satu dongeng yang gue inget sampe sekarang adalah dongeng dari sebuah negara Asia (gue lupa antara Cina, Jepang, atau Korea) yang kurang lebih ceritanya begini: (lebih…)

[2012-016] Snow White and the Huntsman


Snow White and the Huntsman Movie PosterNgeliat judulnya, bisa ditebak bahwa film ini adalah reka ulang dongeng Snow White. Bedanya, di film ini dunia Snow White jauh lebih gelap, monsternya lebih serem, dan nenek sihirnya lebih sadis. Untunglah yang main si cantik Charlize Theron.

Film dibuka dengan kilasan gambaran masa kecil Snow White sebagai putri raja yang berani dan baik hati. Lalu muncullah Ravenna (Charlize Theron) penyihir licik yang dengan segala tipu daya berhasil merebut tahta kerajaan dan mengurung Snow White di menara. Bertahun-tahun Snow White dikurung sampe dia tumbuh besar. Sebagaimana lazimnya orang yang lama dikurung sendirian, wajar kalo pas udah gede Snow White jadi datar gitu ekspresinya. Maka nggak heran peran ini dipercayakan pada Kristen Stewart yang kedataran ekspresinya udah teruji di rangkaian film Twilight. Coba aja perhatikan perbandingan foto berikut, mana yang ekspresinya lebih jelas?

(lebih…)

dongeng-dongeng sinting


dragonMasih dalam rangka perjalanan panjang mengumpulkan dongeng yang mendidik buat Rafi, belakangan ini gue banyak nyari-nyari sumber literatur, baik buku maupun website yang memuat kumpulan dongeng. Ternyata, semakin banyak gue baca tentang dongeng dan legenda, gue malah semakin bingung dengan apa sih yang ada di pikiran orang-orang yang menciptakan cerita-cerita itu?

Cerita Jaka Tarub dan 7 Bidadari, misalnya. Jaka Tarub berburu di hutan, kesasar sampe nemu telaga ajaib tempat bidadari mandi. Jaka Tarub ngintip bidadari mandi, kesengsem, lantas nyolong salah satu selendangnya. Tentunya dia berani melakukan ini karena tujuh-tujuhnya bidadari. Comot selendang yang mana aja udah pasti pemiliknya bidadari, jaminan mutu. Coba kalo misalkan komposisinya 3 bidadari dan 4 pegulat sumo, mungkin dia agak berpikir ulang dengan probabilita di bawah 50% tersebut (terlepas dari kondisi bahwa umumnya pegulat sumo tidak berselendang).
Singkat cerita, bidadari yang kehilangan selendang nggak bisa terbang balik ke kahyangan, Jaka Tarub tampil sok pahlawan lantas berhasil mengawini sang bidadari malang.Dia lantas hidup enak dengan fasilitas nggak perlu lagi menumbuk padi untuk makan nasi. Berkat kesaktiannya, nyonya bidadari bisa masak nasi sepanci penuh cukup dengan menaruh sebutir beras. Tapi karena Jaka Tarub penasaran buka-buka panci, kesaktian itu luntur dan sang bidadari harus kembali menumbuk beras seperti ibu-ibu lainnya.
Akhir cerita, sang bidadari berhasil nemuin selendangnya yang diumpetin Jaka Tarub, dan buru-buru cabut balik ke kahyangan.

Coba, dengan cerita semacam ini, pesan moral apa yang bisa gue turunkan kepada si bocah Rafi? Apakah…

  • …hati-hatilah memilih tempat mandi, agar tidak jadi korban tindak voyeurisme dan pencurian?
  • …kalo ketemu cewek yang lo mau, gunakanlah segala tipu daya agar bisa dapet – urusan lainnya belakangan?
  • …kalo habis melakukan kejahatan, segera singkirkan barang bukti agar gak ketahuan?

Dongeng aneh lainnya adalah dongeng Putri yang Sempurna. Ceritanya, seperti biasa, sepasang raja dan ratu pusing nyari calon istri yang sempurna untuk sang pangeran tampan yang karena satu dan lain hal nampak kurang pergaulan sehingga udah capek-capek jadi pangeran tampan masih aja susah cari jodoh sementara di luar sana banyak abang bajaj berbini tiga.
Akhirnya datanglah seorang putri yang dites harus tidur di atas 20 lapis kasur yang di lapis terbawahnya diletakkan sebutir kacang polong. Ternyata putri itu kesulitan tidur karena dia masih mampu merasakan kehadiran si kacang polong, maka dengan demikian raja, ratu dan pangeran tampan berkesimpulan bahwa dia adalah putri yang sempurna yang layak untuk menjadi istri pangeran.

Pesan moral?

  • Hidup seorang pangeran mungkin terlalu mudah dan datar sehingga dia merasa perlu untuk memperistri perempuan yang mampu mendeteksi kacang polong di balik 20 lapis kasur. Bayangin kaya apa rewelnya perempuan itu saat AC mati.

 

  • Penentuan kriteria sebaiknya dilakukan secara ekstra hati-hati karena perlu dipertanyakan relevansi antara kemampuan mendeteksi kacang polong dengan kesempurnaan menjadi putri.
  • Akal sehat juga bermanfaat saat mencari jodoh. Kalo gue jadi putrinya, dan tiba-tiba disuruh tidur di atas tempat tidur aneh dengan 20 kasur, maka secara nalar sederhana gue akan langsung curiga, pasti ada apa-apanya nih. Jadi begitu besok paginya gue ditanya bisa tidur nyenyak atau enggak, gue bilang aja enggak bisa tidur sekalipun kenyataannya semalem gue tidur sampe ngorok – langsung deh dapet pangeran tampan.

 

Berikutnya, dongeng Lara Jonggrang. Intinya dia dilamar oleh Bandung Bondowoso, cowok yang menurut dia ‘enggak level banget’. Bukannya pilih cara simpel dengan bilang ‘enggak’, dia malah ngajuin syarat yang menurut dia mustahil yaitu menggali sumur Jalatunda dan membangun 1000 candi sebelum fajar. Saat syarat pertama berhasil terpenuhi dan syarat ke dua nyaris berhasil juga, Lara Jonggrang panik dan main curang dengan cara mengerahkan kroco-kroconya untuk mensimulasikan situasi fajar dengan menumbuk lesung dan membangunkan ayam. Saat itu sudah jadi 999 candi. Akibatnya Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Lara Jonggrang jadi arca, melengkapi kompleks candi ciptaannya menjadi 1.000*.

Apa pesan moralnya?

  • Kejujuran itu berat, maka daripada repot berkata jujur, buatlah alasan yang mengada-ada?

 

  • Keselamatan yang utama, maka segala jalan boleh ditempuh asalkan selamat?
  • Kesaktian tanpa akal sehat tidak akan membawa hasil yang menggembirakan? Faktanya si Bandung ini cukup sakti, tapi bukannya menggunakan kesaktiannya untuk melet Roro Jonggrang, dia malah mengubahnya jadi arca. It’s a lose-lose solution, Man. Bandung, lu kelonin deh tuh arca.

 

Tapi semua cerita itu nggak bisa mengalahkan keanehan cerita berjudul Batu Panjang, dari Jambi. Ceritanya ada seorang putri yang tinggal bersama keluarga besarnya. Suatu malem, kakeknya pulang bawa ikan, dan si putri ini merengek minta ikan pada kakeknya. Kakeknya nyuruh dia minta sama neneknya. Neneknya nyuruh dia minta sama ayahnya, dan seterusnya hingga intinya si putri ini frustrasi karena cuma minta ikan sepotong aja birokrasinya berbelit amat.
Dia pergi ke luar rumah, naik ke atas batu, lantas nyanyi. Setiap kali selesai satu lagu, batunya terangkat dari tanah. Dia nyanyi lagi, batunya terangkat makin tinggi. Habis itu kayaknya dia nyanyi lagu yang cukup panjang, mungkin medley antara Bohemian Rhapsody dan November Rain, sehingga akhirnya batu itu sampai di bulan. Begitu sang putri berhasil mendarat di bulan, dia menendang batu itu balik ke bumi. Di bumi, batu itu nyangsang di sebuah bukit dan dikenal dengan nama “Batu Panjang”. Keluarga putri itu pun menyesal karena merasa kehilangan sang putri. Sedangkan sang putri nggak diceritakan, apakah dia senang atau enggak di bulan. Mungkin menyesal juga, karena di bulan mana ada ikan?

Apakah pesan moralnya?

  • Kalo anak minta ikan, udah lah kasih aja daripada dia nendang-nendang batu dari bulan. Iya kalo nyangsangnya di bukit kosong, kalo di komplek perumahan gimana? Bisa jadi urusan polisi.

 

  • Kalo mau tinggal di Indonesia, bersiaplah menghadapi birokrasi berbelit. Kalo nggak sudi, sono tinggal aja di bulan.

 

Kalo begini caranya, kayaknya memang bapaknya harus berupaya ekstra dengan bikin dongeng sendiri yang muatan pesannya lebih positif. Atau ada yang mau berbagi dongeng yang positif, tidak mengandung tipu-menipu maupun kutuk-mengutuk?

*Ngomong-ngomong, di Candi Sewu sebenernya cuma ada 250-an candi. Dekat pun enggak dengan angka 1.000. Pulau Seribu, ternyata cuma punya 11 pulau. Hewan berkaki 1.000 alias millipede (milli=1.000, pede=kaki) rata-rata cuma punya 36 – 400 kaki, walaupun ada satu spesies langka yang punya 750 kaki. Kesimpulannya? Sejak jaman dulu orang memang cenderung main mark-up, kalo ngeliat sesuatu yang rada banyak dikit langsung ambil angka gedean biar “bulet”. Makanya nggak usah banyak heran kalo denger orang bikin proyek senilai 250 juta, ngajuin anggarannya 1 miliar.

Referensi:

Gambar gue pinjem dari sini.

Dongeng untuk Rafi: Kisah Putri Jeruk


Seiring dengan pertambahan usianya, acara mendongeng untuk Rafi jadi semakin ‘menantang’. Dulu (baca: 5 bulan yang lalu), dongeng interaktif yang ceritanya seputar kehidupan sehari-hari udah cukup menghibur buat dia. Tapi sekarang, di tengah-tengah dongeng interaktif yang gue ceritakan sampe berbusa, dengan nggak sopannya Rafi sering memotong dengan, “Bapak, cerita yang lain aja…” pertanda dia nggak tertarik dengan ceritanya.

Maka, kembali bapaknya harus puter otak untuk menciptakan dongeng gaya baru buat Rafi, dan pilihan akhirnya jatuh pada dongeng anak-anak yang udah ada. Seperti pernah gue bilang, gue benci sama dongeng yang temanya dikejar-kejar raksasa, tipu-tipu si kancil, kutukan-kutukan jadi batu, dan putri raja kawin-mawin dengan pangeran. Maka gue memilih sebuah dongeng yang menurut gue rada lumayan ‘mendidik’ yaitu “Dongeng Putri Jeruk”.

(lebih…)