My Name is Khan


My Name is Khan Movie PosterSinopsis

Rizwan Khan (Shahrukh Khan) adalah seorang penderita sindroma Asperger. Setelah menghabiskan masa kecil dan remaja di kampungnya di India, dia disponsori oleh adiknya, Zakir (Jimmy Shergill) untuk tinggal bersamanya di Amerika. Di sana Rizwan ditugasi adiknya untuk bekerja sebagai salesman produk kecantikan. Ketika sedang bekerja menawarkan barang, Rizwan berkenalan dengan seorang pegawai salon bernama Mandira (Kajol – kesian amat ya, cantik-cantik namanya gini). Mudah ditebak, Rizwan akhirnya jatuh cinta kepada Mandira yang kebetulan adalah seorang janda beranak satu.

Akibat adanya serentetan tragedi yang menimpa Rizwan dan Mandira, akhirnya Rizwan menempuh perjalanan panjang untuk menemui presiden Amerika, Barack Obama.

Komentar gue:

Film ini sebenernya sangat – sangat – sangat berpotensi menjadi film yang buagus (bagus dengan imbuhan u = ekstra bagus). Dia berani mengangkat tema yang selama ini hanya jadi bisik-bisik orang, yaitu tentang diskriminasi SARA di Amerika terhadap kaum muslim, pasca tragedi WTC 9/11. Sampai kurang lebih 3/4 durasinya, film ini bener-bener OK. Sudut pandangnya berani dan nggak pasaran, penyampaian pesannya pun manis tanpa bertele-tele atau menggurui. Ambil contoh adegan saat Rizwan kecil mempertanyakan pemikiran-pemikiran bermuatan kebencian yang didengarnya dari para tetangga, ibunya mempu memberikan penjelasan yang sederhana tapi kena banget. Beberapa informasi tentang siapa sebenarnya Rizwan dan keunikan apa yang ada pada dirinya juga sukses dihantarkan kepada penonton tanpa penjelasan yang bertele-tele. Di 3/4 awal film ini, kalaupun ada yang mengganggu hanyalah penggunaan lensa wide angle yang menurut gue rada berlebihan. Gue menduga tujuannya adalah untuk menambah efek dramatis pada adegan, tapi karena kebanyakan rasanya jadi bikin capek juga.

Nah, menjelang bagian akhir, gue merasa film ini seperti masakan yang kokinya lagi merasa sok jago banget dan mulai membubuhkan bumbu secara gila-gilaan. Akibatnya film ini terasa sangat berlebihan, sedemikian rupa sehingga andaikan durasinya ditambah 20 menit lagi maka tokoh Rizwan akan bisa terbang, kebal peluru dan pergi bertempur melawan Godzilla. Pesan anti prasangka antar umat beragama yang disuguhkan secara manis dan natural di awal film, bergeser menjadi semacam ‘propaganda’ tentang betapa ‘superior’-nya Islam. Bukan berarti gue anti dengan film yang bercerita secara positif tentang Islam, tapi gue yakin film ini akan lebih mudah diterima semua kalangan kalau mengambil sudut pandang yang lebih netral. Selain itu, di bagian akhir film kayaknya sang sutradara rada sulit menahan diri untuk tidak memasukkan elemen-elemen tragedi secara berlebihan khas film India, plus beberapa adegan super dramatis yang kurang penting (misalnya adegan Shah Rukh Khan mengibaskan rambut di tengah derai hujan).

Akhir kata, terlepas dari sejumlah kekurangannya, gue salut sama film ini karena selain sukses menyuguhkan cerita yang nggak biasa, juga sukses secara finansial – termasuk di negara-negara yang mayoritas penontonnya non muslim.

Poster film gue pinjem dari wikipedia