[outing 2008] bagian 7: skandal kaos kaki (tamat)

Cerita sebelumnya:

Sekitar jam 5 sore, rangkaian game siang selesai. Lumayan banyak stamina terkuras, harus teriak-teriak di ruang terbuka gitu. Untung gue teringat tip YM Ibu Presiden MP waktu siaran promo buku OGOL dulu, yaitu gunakan suara perut untuk menambah volume suara tanpa harus sakit leher. Fitri yang malemnya abis begadang bahkan sempet ketiduran setelah Maghrib.

Berdasarkan rencana, rangkaian game malam akan dibuka dengan satu game yang bersifat fisik, baru diteruskan dengan adu pengetahuan umum. Game fisik yang akan dimainkan adalah sumbangan dari Fitri, namanya Socks Battle. Peraturannya, setiap kelompok diwakili oleh 4 orang pemain dengan komposisi 1 jadi ‘raja’ dan 3 lainnya jadi ‘prajurit’. Setiap orang mengenakan kaos kaki di kaki kiri dan sepanjang permainan harus dalam posisi merangkak (nggak boleh berdiri). Tujuan permainannya adalah merebut kaos kaki milik raja kelompok lawan. Kelompok yang rajanya udah kehilangan kaos kaki dinyatakan gugur. Dengan demikian kelompok yang rajanya bisa mempertahankan kaos kakinya hingga akhir permainan dinyatakan sebagai pemenang. Jadi tugas para prajurit adalah bertahan – melindungi agar rajanya jangan sampe kehilangan kaos kaki, dan menyerang – merebut kaos kaki raja lawan.

Sejak masih dirancang di meja rapat, emang udah kebayang game ini akan seru banget. Fitri juga uah excited banget nunggu saatnya game ini akan dimainkan. Tapi pas seluruh peserta udah ngumpul di ruangan dan peralatan lagi disiapkan, baru ketahuan bahwa… kaos kakinya banyak yang hilang!

Jadi waktu game ‘Blind Bakiak Race’ digelar, banyak peserta yang mengeluh kakinya kesakitan terjepit bakiak yang buatannya kasar. Fitri lantas meminjamkan beberapa kaos kaki yang tadinya untuk game ‘Socks Battle’. Setelah rangkaian game siang bubar, datang petugas kebersihan membereskan arena dari sampah, dan keliatannya kaos kaki yang habis dipake peserta bakiak ada yang ikutan terbuang!

Gawat. Kalo satu kelompok diwakili 4 orang yang make kaos kaki sebelah, dan ada 4 kelompok yang bermain, maka seharusnya dibutuhkan 16 buah kaos kaki. Tapi kondisinya sekarang cuma ada 8 kaos kaki. Repotnya lagi, Fitri udah membeli 16 kaos kaki dala 4 warna, untuk membedakan kelompok. Sekarang cuma ada 8 kaos kaki dengan warna ngacak. Fitri nampak merengut.

“Kok bisa ilang siiiih… kaos kakinyaaa!!!” kata Fitri sebel.

“Ya abis gimana, mungkin kebuang sama mas-mas yang tadi bersih-bersih. Sekarang coba kita pikirin gimana caranya bisa tetep main dengan 8 kaos kaki ini.”

“Tauk ah. Aku bete banget nih,” kata Fitri sambil ngeloyor ke luar.

Nah lo. Tinggal gue dan Danang kebingungan. Waktu terus berjalan. Salah satu peserta bahkan ada yang udah mulai ngeluarin HP yang bisa nangkep siaran TV dan… mulai ngajak temen-temennya nonton bola bareng. Peserta lainnya ada yang mulai duduk bergerombol di pojokan, ngerumpi. Apalagi saat seksi konsumsi dateng bawa sekantong besar cemilan, wah tambah rusak suasana. Orang-orang pada sibuk ngemil sambil selonjoran di karpet. Harus ada solusi segera.

Memang kalo lagi kepepet suka ada aja akal muncul. Di detik-detik kritis gue teringat kertas 4 warna yang selama ini dipake untuk nandain posisi masing-masing kerajaan di peta. Kertas-kertas kecil itu masih tersisa cukup banyak. Maka gue dan Danang langsung bergerak cepat: menempelkan potongan-potongan kertas berwarna tadi di 8 kaos kaki yang tersisa dengan lakban, masing-masing warna ditempel di 2 kaos kaki. Dengan demikian setiap kelompok nanti hanya akan diwakili oleh 2 peserta. Peraturan permainan gue modifikasi: nggak ada raja-rajaan, tujuan permainan hanya menyerang dan bertahan. Kelompok pemenang adalah yang bisa bertahan paling akhir di arena. Trus gue tambahkan peraturan baru: pemain yang terdorong keluar dari arena dinyatakan gugur. Peraturan ini gue tambahkan untuk mempercepat tempo permainan, karena startnya molor cukup lama akibat skandal kaos kaki.

Untungnya walaupun dengan peraturan yang dimodifikasi dadakan ini, ‘Socks Battle’ tetep berlangsung seru. Penonton ketawa sampe histeris saat tersisa 2 kelompok di arena, hijau vs pink, bertempur mati-matian memperebutkan kaos kaki. Ari si anggota seksi perlengkapan mewakili tim pink melawan Agus si ketua seksi perlengkapan mewakili tim hijau. Dua-duanya ngotot merebut kaos kaki lawan hingga tau-tau posisinya jadi mirip adegan kuncian gulat dalam Ultimate Fighting Championship. Dengan gigih keduanya bertarung tapi yak, Ari berhasil mencopot kaos kaki Agus lebih dulu dan kelompok pink berhasil memenangkan ‘Socks Battle’!

Setelah pertandingan, Ari ngos-ngosan duduk di pinggir ruangan sambil ngedumel, “Gila nih panitianya bikin game kaya gini, sinting…”

“Nah, siapa suruh milih gue jadi panitia acara, kapok kan?” jawab gue.

Sesuai dengan konsep outing sukses versi gue, salah satu ukuran keberhasilan sebuah outing adalah kalo bisa bikin para anggotanya lebih akrab dan saling mengenal. Makanya deretan game sesudahnya didominasi oleh game-game yang hanya bisa dimenangkan oleh peserta yang paling kenal dengan peserta lainnya.

Salah satunya adalah game ‘Pasangan Kantor’. Dua orang dari setiap kelompok gue minta maju sebagai wakil. Kepada wakil kelompok ini gue ngasih sebuah kertas bertuliskan nama 2 orang dari divisi gue. Tugas mereka adalah memperagakan kedua orang ini sehingga peserta lainnya bisa nebak siapa orang yang dimaksud. Ini tantangan baik buat yang memperagakan maupun buat yang nebak, karena untuk bisa memainkan game ini mereka harus betul-betul kenal ciri khas dari orang-orang yang diperagain. Hasilnya adalah tingkah konyol para peraga karena ujug-ujug para bapak harus memperagakan temennya yang cewek, dan ada juga ibu hamil yang harus memperagakan seorang cowok. Ucup, salah satu peraga, harus memerankan seorang cewek bernama Andien. Hasilnya malah mirip Tessy nyasar.

Selain itu juga ada game ‘Tebak Wajah’ berupa potongan foto ala babak bonusnya ‘Berpacu Dalam Melodi’. Lewat slide power point yang disorotin ke dinding, gue menayangkan potongan-potongan wajah para peserta mulai dari bagian terkecil seperti hidung atau mulut. Ari kembali menyumbangkan poin untuk tim pink saat berhasil mengenali hidung Agung Sby di layar. Tapi ironisnya saat foto jenggotnya sendiri yang muncul, Ari cuma terbengong-bengong pangling.

Game “Apa Kata Trini” yang menampilkan rekaman video Trini lagi ngomong sambil bermasker bikin para peserta frustrasi karena nggak bisa nangkep sepatah katapun pesan yang diomongin. Boss Baru menebak asal-asalan dengan, “Kata Trini Boss Baru ganteng banget”. Yang gue jawab dengan, “Sorry, yang diminta dalam game ini adalah jawaban ya, bukan cita-cita.”

Rangkaian game Romance of the Four Kingdom ditutup jam 10 malam. Seluruh peserta kembali berkumpul di depan peta, melakukan pembelian lahan yang terakhir. Tercatat kelompok hijau memimpin dengan lahan tanah senilai 4100 kepeng, sementara tim pink menyusul tipis di belakangnya dengan 4000 kepeng. Dua tim lainnya, oranye dan bir tertinggal agak jauh dengan lahan senilai 3000-an kepeng. Ata nampak udah mau mulai merayakan kemenangan saat gue membacakan baris terakhir dari list pesanan kelompok pink yaitu: tantangan battle merebut tan
ah bintang milik kelompok hijau senilai 1000 kepeng!

Berdasarkan undian, tugas yang harus dijalankan kelompok pink untuk merebut tanah yang diinginkannya bernama ‘Airshow’. Tugasnya cemen banget: menerbangkan salah satu dari 3 pesawat-pesawatan kertas yang disediakan panitia selama mungkin. Jadi yang pesawatnya terbang paling lama, menang. Game battle menggunakan peraturan ‘best of 3’, jadi maksimal dilakukan 3 kali penerbangan. Kelompok yang berhasil menang 2 kali dari 3 penerbangan, berhak memiliki tanah yang diperebutkan. Ternyata… baru dua kali percobaan dua-duanya dimenangkan oleh… kelompok pink! Dengan demikian skor kelompok pink menjadi 5000 kepeng dan aset kelompok hijau melorot menjadi tinggal 3100 kepeng. Untuk pertama kali dalam sejarah outing divisi, kelompok Ata gagal memenangkan rangkaian game. Selepas pengalungan ‘medali’ (yaitu tali rafia yang dihiasi aneka coklat batangan), Trini, Ari, dan seluruh anggota kelompok pink berdiri di depan kelompok hijau dan secara berbarengan mengucapkan salam, “JANGAN SEDIIIHH…”

Mengomentari kekalahan pertamanya ini, Ata bilang “Memang dari awal gue udah nggak sreg tuh sama aturan battle-nya. Tapi sebagai orang yang bertanggung jawab kepada kelompok, di detik-detik yang menentukan gue memutuskan untuk turun langsung ikutan main game ‘Air Show’ brengsek itu. Ibarat Michael Jordan, biasanya kan di detik-detik terakhir turun langsung ke lapangan…”

“Iya tapi kalo Michael Jordan turun langsung, timnya jadi menang. Sementara elu…”

“Ya itulah yang membedakan kenapa Michael Jordan sekarang jadi orang kaya dan terkenal sementara gue masih aja jadi orang kantoran…”

Secara umum, alhamdulillah outing tahun ini berjalan lancar dan keliatannya sih cukup berkesan buat para peserta. Masih inget soal kotak-kotak teh yang berisi potongan tulisan sifat-sifat positif? Benda itu jadi kenang-kenangan yang terus dibicarakan setelah acara gamenya selesai.

Selepas acara jam 10 malem, para peserta yang masih kelebihan energi jalan-jalan ke pemandian air panas Ciater yang nggak jauh dari lokasi. Sementara para panitia seperti gue dan Fitri memilih untuk tidur buru-buru memulihkan stamina yang terkuras, sambil berharap semoga tahun depan nggak kepilih lagi jadi panitia outing…

Foto: gue, Fitri, Danang di depan papan permainan seusai acara.

18 comments


  1. thefool said: Lah, kalau sesukses ini sih, Gung, naga-naganya bakalan dipilih lagi.

    kan sekarang udah ada 2 orang lainnya yang turut merasakan. mereka pasti kompak untuk nolak, jadi ada suara pendukung 🙂