[outing 2008] bagian 5: celana buat ke sawah

Cerita sebelumnya:

Hari H, 20 Desember 2008

Sabtu pagi, gue dan sebagian peserta ngumpul di kantor dalam rangka mau berangkat bareng ke lokasi outing. Menjelang waktunya berangkat, gue ngecek bawaan dan baru menyadari bahwa gue lupa bawa celana cadangan. Gue telepon Ida, minta dikirimi celana via tukang ojek langganan. Maka gue bilang ke beberapa peserta yang mau semobil sama gue, “Eh tunggu dulu bentar ya. Gue mau minta dikirimin celana ekstra nih dari rumah. Sebentar kok, rumah gue kan deket.”

“Cuma nginep sehari kok butuh celana ekstra sih?” tanya beberapa peserta yang curiga.

“Yah kan takutnya nanti setelah game lomba nangkep kodok di sawah, celananya kotor kena lumpur jadi nggak bisa buat sholat…”

“HAH?! Acaranya pake acara nyemplung ke sawah segala nih?”

“Ups. Keceplosan. Oh iya, ada lomba merayap di tanah juga lho. Ups. Keceplosan lagi.”

Hehehe… padahal nggak ada rencana game sampe ke sawah-sawah atau merayap-rayap segala, gue cuma asal aja ngarang. Perang urat syaraf, biar makin pada penasaran.

“Ini mau outing atau latihan MENWA sih…” gerutu seseorang penuh kecemasan.

Tip outing:
bangkitkan rasa penasaran calon peserta sejak sebelum acara dimulai.

Walaupun udah ngebut sebisa-bisanya, gue baru sampe di lokasi sekitar jam 11 lewat. Danang dan Fitri ngerjain ‘PR’ mereka dengan sangat rapi, walaupun harus pake begadang sampe jam 2 pagi: seluruh perlengkapan game udah rapi jali, dipisah-pisah per game dan ditempelin label sesuai nama gamenya. Itu termasuk 5 buah ember yang diculik paksa dari 5 buah kamar mandi terdekat.

Seperti umumnya outing-outing lain di seluruh dunia, acara dibuka secara ngaret karena para peserta kelamaan makan siang plus Boss Baru, penggantinya Mbak Boss, dateng telat ke lokasi karena MAIN GOLF DULU. Doooh.

Sesaat sebelum mulai, gue briefing terakhir bareng Danang dan Fitri.

“Inget ya, kalo sampe ada sesuatu yang berjalan di luar rencana, dan udah pasti AKAN ADA sesuatu yang berjalan di luar rencana, jangan panik, jangan bingung, jangan putus asa. Kita improvisasi aja, OK?”

Terus terang gue sendiri nggak terlalu yakin peserta akan mengikuti acara dengan antusias, soalnya gue juga relatif baru kenal dengan para pesertanya. Beda dengan outing tahun lalu bareng tim yang lama, yang para anggotanya kayak kelebihan energi iseng. Kalo dibiarin nganggur dikit tanpa acara, mereka dengan penuh inisiatif sibuk cari kegiatan sendiri. Salah satu kegiatan favorit mereka adalah: gali-gali pasir dan ngubur salah satu temennya sampe leher, abis itu berkreasi membentuk gundukan pasir yang membungkusnya menjadi aneka bentuk asusila…

…seperti ini.

Selain itu, gue sendiri harus mengakui bahwa game tahun ini relatif rumit dan banyak aturannya. Misalnya, masing-masing kerajaan nggak bisa sembarangan beli tanah, harus yang berbatasan langsung dengan tanahnya sendiri. Selain itu ada aturan lelang kalo lebih dari satu kerajaan berminat beli lokasi tanah yang sama. Plus ada juga aturan buat saling memperebutkan tanah kerajaan lain. Waktu gue ketik, aturannya permainannya jadi 4 halaman A4 dengan font 11. Padahal, syarat mendasar game outing yang sukses adalah: seluruh peserta harus ngerti betul gimana aturan permainannya.

Akhirnya problem ini gue siasati dengan menjelaskan aturan permainan secara bertahap. Di putaran pertama cuma gue jelasin tujuan umumnya, yaitu beli tanah sebanyak-banyaknya. Di putaran ke dua baru gue jelasin mekanisme lelang kalo ada lebih dari 1 kerajaan mau beli tanah yang sama. Di putaran ke tiga gue jelasin tentang mekanisme perebutan tanah antar kerajaan, dan seterusnya.

Tip outing:
aturan permainan yang kompleks bisa disiasati dengan memecah informasi ke dalam bagian-bagian yang mudah dipahami.

Setelah berdoa (dengan sangat khusyuk), game dimulai. Dan Ata, salah satu biang kerok outing dari tahun ke tahun, kembali beraksi.

[bersambung]

Foto: gue briefing terakhir bareng Danang dan Fitri sebelum acara mulai.

23 comments