doomsday

Tadinya gue nggak mau bikin review film ini, karena gue kira dia udah turun dari bioskop di Indonesia. Eh taunya hari ini gue liat dia muncul di ‘Now Playing’-nya 21cineplex.com. Aneh, film ini kan udah dirilis sejak Maret 2008? Mudah2an gue nggak salah liat ya.

Yang bikin gue tertarik nonton film ini adalah karena bintang utamanya Rhona Mitra. Gue ‘terkesan’ sama perannya di film “Hollow Man” (Kevin Bacon, th 2000). Nah, kalo ada yang merasa nggak pernah liat Rhona Mitra di film itu, artinya kalian nonton “Hollow Man” di bioskop :-). Selain itu, kakak gue yang udah nonton duluan juga merekomendasikan film ini sebagai “seru, sadis banget”. Hmmm… gabungan antara kesadisan dan Rhona Mitra terdengar menarik!

Ringkasan cerita:
Latar belakang cerita film ini mungkin mengingatkan penonton pada “I Am Legend” (Will Smith, 2007) yaitu tentang virus dadakan yang membunuh banyak banget orang dan bikin sebuah daerah jadi terisolasi. Bedanya, kalo di filmnya Will Smith orang yang terkena virus jadi zombie, sedangkan kalo di film ini ya langsung mati aja gitu, dengan keadaan yang mengenaskan. Akibat wabah ini, pemerintah memutuskan untuk mengisolasi Skotlandia. Seluruh daerah disegel dengan dinding baja, nggak ada orang yang boleh masuk atau keluar dari sana.

Setelah pembukaan, cerita lompat ke kurun waktu hampir 30-an tahun kemudian di mana beberapa kasus korban Reaper Virus yang pernah menjangkiti Skotlandia juga mulai ditemukan di London. Pada saat yang bersamaan, satelit militer merekam adanya aktivitas manusia dalam zona Skotlandia, padahal seharusnya sejak disegel nggak ada lagi manusia yang bisa hidup di sana. Maka diutuslah sepasukan yang dipimpin oleh Eden Sinclair (Rhona Mitra) untuk masuk ke zona Skotlandia dan menemukan Dr. Kane, seorang dokter yang terakhir kali diketahui lagi melakukan riset untuk menemukan vaksin Reaper Virus.

Komentar gue:
SPOILER ALERT
Bagian awal hingga tengah film cukup seru, sesuai dengan ekspektasi gue. Sadis banget, sampe ada adegan orang dibakar hidup2 segala. Tapi pelan-pelan semua mulai berantakan dengan beberapa elemen yang kayaknya kejauhan deh ngehayalnya. Misalnya, ternyata Dr. Kane memang betulan masih hidup dan dia sekarang jadi ‘kepala suku’ sebuah masyarakat yang bergaya abad pertengahan. Itu termasuk main kuda-kudaan, panah-panahan, dan membangun kastil ala abad pertengahan juga. Padahal nggak jauh dari lokasi mereka juga ada sekelompok survivor lainnya yang tetep bisa mondar-mandir naik mobil dan berdandan ala punk – mirip dalam film Mad Max. Trus kendaraan lapis baja yang ditumpangi Eden cs konon tahan peluru, bahkan tahan ledakan, tapi kaca depannya ditimpuk batu aja pecah. Udah gitu, menjelang akhir film di mana Eden cs udah kepepet karena diuber-uber penjahat, dia masuk ke sebuah gudang tua dan nemu sebuah mobil Bentley mulus dalam keadaan siap nyala, berdekatan dengan tong berisi bensin. Padahal tuh mobil udah ngejogrok diem selama hampir 30 tahun. Mobil gue aja dulu cuma didiemin 5 tahun bannya pada lengket ke tanah.

Tapi lubang plot terbesar dalam film ini terasa di bagian akhirnya, waktu Eden gagal membawa Dr. Kane ke London, dan sebagai gantinya menyerahkan beberapa orang survivor sambil bilang, “mereka yang selamat berarti kebal terhadap virusnya, jadi darah mereka bisa dijadiin vaksin”.

Itu memang pertanyaan yang langsung terlintas di kepala gue waktu Eden ditugasi nyari Dr. Kane berdasarkan laporan adanya survivor. Kalo tujuannya untuk bikin vaksin, ngapain harus repot nyari dokternya? Orang-orang yang selamat dari virus artinya kebal, dan darahnya bisa dijadiin vaksin. Jadi nggak usah repot mikirin penelitinya, langsung aja culik beberapa survivornya, kan beres.

Penilaian akhir: walaupun di bagian awal menjanjikan, tapi berhubung plotnya payah banget ditambah dengan adegan2 abad pertengahan yang norak itu, maka cukup bintang 2 aja dari gue.