Lanjutan dongeng untuk Rafi (bagian 2)

Setelah membaca masukan kalian di posting sebelumnya, gue pun melanjutkan dongeng dadakan untuk Rafi ini.
Ini dia ceritanya:

Penduduk desa berkumpul untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dengan pohon raksasa tersebut. Ada yang bilang, sebaiknya pohon itu ditebang aja. Tapi ada yang nggak setuju, karena takut kalau pohonnya tumbang nanti bisa menimpa rumah orang. Jadi lebih baik pohonnya dipanjat aja, supaya bulan yang terjerat bisa dilepaskan. Lalu gue menyerahkan pada Rafi, dia mau pilih yang mana.

“Dipanjat aja, Bapak!”


Maka Jack sebagai orang yang merasa menanam pohon itu mengajukan diri untuk memanjatnya.

“Tapi kamu jangan pergi sendiri, Jack. Ajak satu orang untuk membantu kamu. Ayo pilih, kamu mau mengajak Andy yang besar, kuat, tapi lamban, atau Billy yang kurus, lemah, tapi gesit?” Kata kepala desa.

“Andy aja!”

“Kenapa?”

“Karena nanti kalau udah sampai di bulan perlu orang yang kuat untuk menyingkirkan ranting-rantingnya.”

Masuk akal.

Maka berangkatlah Jack dan Andy memanjat pohon. Di tengah jalan, mereka melihat sebuah bayangan yang sangat besar, sebesar mobil. Mereka tidak tahu benda apa itu. Apakah sebaiknya mereka mendekatinya untuk melihat lebih jelas, atau sembunyi saja?

“Sembunyi aja,” kata Rafi dengan nada tegang.

Bayangan itu mendekat, semakin dekar, dan ternyata itu adalah…

“Apa, apa?”

Seekor anjing! Bayangkan, anjing sebesar mobil! Besar sekali kan? Untung karena Jack dan Andy sembunyi, anjing itu tidak melihat dan dia segera pergi.

“Fiuh”

Jack dan Andy melanjutkan perjalanan dan semakin dekat dengan bulan. Ok ceritanya bersambung.

“Aaah! Nggak mau!”

Abis itu dia lari ke kamar Ida dan 2 menit kemudian muncul Ida menggandeng Rafi yang lagi bercucuran air mata sambil ngomong, “makanya gak usah denger-dengerin dongeng Bapak segala!”

13 comments