Cerita sebelumnya: bagian 1
Dalam rapat dengan Fitri dan Danang, gue mengajukan ide untuk membungkus game outing dalam sebuah tema besar. Tujuannya untuk menjaga supaya para peserta tetap merasa terlibat dengan seluruh rangkaian game yang dimainkan. Mereka setuju. Tapi, temanya apa?
Tahun lalu tema besarnya adalah ‘rally’ – jadi kelompok-kelompok peserta berlomba ngumpulin poin untuk duluan sampai di titik finish. Tahun ini pastinya harus baru dan beda. Berdasarkan hasil ngelamun sambil ngerokok di tangga, gue dapet ide: tema perang antar kerajaan.
Prinsip dasarnya sederhana aja: peserta dibagi jadi empat ‘kerajaan’ yang memperebutkan lahan tanah di sebuah wilayah berbentuk bujur sangkar. ‘Lahan tanah’-nya tentu cuma sebuah peta imajiner yang difotokopi ke atas kertas A0. Wilayah bujur sangkar tadi gue bagi dalam 37 kapling, masing-masing punya harga yang berbeda-beda. Setiap kerajaan punya titik start yang berbeda, yaitu bagian atas, bawah, kanan dan kiri wilayah. Mereka hanya boleh beli kapling secara bertahap, dimulai dari kapling yang berbatasan langsung dengan titik startnya. Pada akhir permainan, kerajaan yang punya total nilai tanah termahal akan memenangkan pertandingan. Karena temanya kerajaan, maka gue asal aja nyontek legenda ‘romance of the three kingdoms’ yang kondang sebagai film dan game – tapi karena kerajaannya ada 4 ya jadi ‘romance of the four kingdoms’
Kalo tujuan permainannya adalah menguasai tanah, trus darimana kerajaan-kerajaan itu dapet uang untuk beli kapling? Dapet uangnya dari hadiah sejumlah ‘tantangan’. Kalo dulu waktu Tujubelasan di kantor lama gue cuma punya 9 game, kali ini stok gamenya udah berkembang jadi sekitar 20-an game, apalagi ditambah dengan masukan game dari Danang dan Fitri.
Salah satu gamenya ‘memanfaatkan’ kecelakaan yang baru menimpa salah satu peserta.

Tinggalkan Balasan ke moorcyhans Batalkan balasan