Sore ini tumben-tumbenan obrolan di sela-sela kubikel rada ilmiah dikit. Topiknya adalah:
“Boss yang baik itu seperti apa sih?”
Ada macem-macem pendapat:
“…yang deket sama anak buahnya.”
“…yang pinter, jadi anak buahnya bisa belajar dari dia.”
“…yang tegas, jadi anak buahnya nggak bingung.”
“…yang bisa bikin seluruh anggota timnya kompak.”
Sedangkan menurut gue, sebenernya “level boss yang baik” dapat diringkas dalam matriks seperti ini:

Manusia memang punya banyak dimensi. Tapi di lingkup kantor, yang dianggap paling relevan biasanya hanya 2: personal dan profesional. Dimensi personal menyangkut aspek-aspek emosional seseorang: pertemanan, perasaan, dan keakraban. Dimensi profesional menyangkut aspek-aspek fungsi kerja seseorang: jabatan, karir, dan kompetensi. Kecuali kalo kantornya di bidang agensi model ya, dimensi visual justru mungkin dianggap paling penting. Tapi di sini kita ngomong yang umum-umum aja dulu yak.
Kalo kedua dimensi itu dihubungkan dalam bentuk matriks, maka kita akan melihat ada 4 tipe boss berdasarkan dimensi mana yang jadi fokus perhatiannya karena dianggapnya penting, yaitu:
Tipe 4: Kartu Mati
Ini boss yang nggak pedulu pada dimensi personal maupun profesional para bawahannya. Jadi maunya nyuruh kerja, kalo perlu lembur, pelit naikin gaji apalagi pangkat, dan kalo ada anak buah minta cuti bibirnya lancip. Boss tipe 4 ini bisa dikenali dari arus pergantian anak buahnya cepet banget. Orang baru masuk sebentar udah resign, rekrut baru lagi, resign lagi, dan seterusnya. Ya iyalah, siapa yang betah kerja sama orang model gini?
Tipe 3: Kartu Ucapan
Ini adalah tipe boss yang biasanya langsung dapat cap “baik” pada perkenalan pertama. Orangnya ramah, dekat sama anak buahnya, senang ngobrol dan berhandai-handai. Kalo dapet undangan dari anak buahnya, baik itu ulang tahun, kawinan, atau kelahiran anak, pasti dateng dan bawa oleh-oleh. Dia bahkan dengan senang hati ikutan acara nongkrong bareng anak buahnya di luar jam kantor. Jangan heran kalo boss tipe ini tiba-tiba ngasih kado ulang tahun buat lu dalam kotak yang dibungkus rapi dan ditempeli kartu yang ditandatangani langsung olehnya.
Seperti kartu ucapan keluaran Hallmark, hidup bersama boss tipe ini sungguh manis. Kenapa? Karena dia sangat mengutamakan dimensi personal saat berinteraksi dengan bawahan. Dia mau hubungannya dengan bawahan selalu harmonis, hangat, dekat dan akrab. Ibaratnya, hubungan antara boss dan anak buah udah seperti keluarga.
Dan justru di sinilah celakanya.
Karena boss tipe ini mengharapkan hubungan yang sedekat keluarga, maka dia sulit nerima kondisi-kondisi yang ‘kurang kekeluargaan’, seperti anak buah resign, misalnya. Dia melihat anak buah yang resign sebagai ‘pengkhianat’ karena telah meninggalkan keluarga.
Kondisi lainnya yang kurang disukai boss tipe ini (dan memang sering luput dari perhatiannya) adalah perkembangan karir anak buahnya. Kalo ada anak buahnya yang dapet kesempatan promosi di tim lain, dia cenderung berat ngelepas. Karena dia sangat mementingkan harmoni, dia nggak suka perubahan – termasuk perubahan karir anak buahnya. Dia nggak merasa terganggu kalo anak buahnya bertahun-tahun cuma mengerjakan hal yang sama, nggak ada kemajuan. Akibatnya, boss tipe ini biasanya ditinggalkan anak-anak buah yang berorientasi karir, karena mereka mengejar kesempatan yang lebih baik di tempat lain.
Kelemahan lain dari boss tipe ini adalah: biasanya mudah jadi mangsa para carmuker (-pencari muka). Karena dia mementingkan hubungan personal, maka anak buah yang punya kedekatan emosional dengannya otomatis diistimewakan. Tipe-tipe anak buah yang kurang berprestasi tapi doyan bawain tas atau bukain pintu mobil demen banget ketemu boss tipe ini.
Tipe 2: Kartu Absen
Boss tipe ini biasanya nampak seperti robot: nggak bisa ngomongin hal lain di luar kerjaan. Orangnya mungkin nampak kaku, bahkan cenderung galak dan penuntut. Nggak ada kompromi, persis kartu absen.
Sikapnya begitu akibat dia fokus pada dimensi profesional anak-anak buahnya. Dia mungkin nggak hafal ulang tahun anak buahnya, tapi dia bisa menjabarkan kelebihan dan kekurangan anak buahnya secara detil dan akurat. Otaknya dipenuhi rencana-rencana training biar anak buahnya tambah pinter, dan sibuk cari cara biar anak buah yang statusnya masih kontrak bisa segera diangkat jadi pegawai tetap. Dia punya sederetan rencana pengembangan untuk timnya, dan dia berharap seluruh anggotanya siap dengan keahlian yang sesuai untuk mendukung rencana itu.
Konflik dengan boss tipe ini biasanya muncul di kondisi-kondisi yang membutuhkan fleksibilitas, seperti saat anak buah sakit, misalnya. Kalo ada anak buah yang nelepon minta izin nggak masuk karena sakit, biasanya boss tipe ini akan jawab dengan “Ya kalo elu masih kuat nelepon artinya masih kuat ngantor dong. Buruan minum Bodrex, gue tunggu di sini selambatnya 1 jam lagi.”
Kelemahan boss tipe ini adalah, biasanya kurang jago membentuk tim yang solid. Karena tuntutannya ke masing-masing personil tinggi, maka mereka berkembang jadi individualis.. Boro-boro kerja sama, sesama anak buah bisa saling bersaing merebut prestasi yang paling gemilang di mata boss.
Anak-anak buah yang pergi dari boss tipe ini adalah mereka yang merasa diperkuda kantor, dan ingin punya keseimbangan hidup yang lebih baik.
Tipe 1: Kartu As
Ini boss ideal, yang mungkin cuma ada segelintir di dunia. Dia bisa menyeimbangkan dimensi personal dan profesional anak buahnya. Hubungannya dekat dengan anak buah, tapi nggak sungkan rewel untuk urusan kerjaan. Anak buah yang dipimpin boss model begini biasanya loyal. Kalopun resign biasanya justru atas rekomendasi dari si boss itu sendiri, karena dia melihat peluang karir yang lebih baik di tempat lain untuk anak buahnya.
Boss tipe ini punya kharisma yang kuat di kalangan anak buahnya, sehingga masih dihormati bertahun-tahun setelah lepas dari timnya. Anak buah yang meninggalkan boss seperti ini biasanya akibat khilaf dan nyesel setengah mati di kemudian hari.
Gimana, tipe yang manakah boss kalian sekarang? Atau pertanyaan yang lebih penting lagi: boss tipe apakah kalian?



Ada komentar?