
PENGUMUMAN:
Ternyata posting gue yang satu ini beredar luas di jagad maya lewat milis dan blog. Mau baca lebih lanjut? Klik di sini.
Stapler adalah benda berguna yang sering membantu kita. Mulai dari orang kantoran sampe tukang manisan, semua merasakan manfaatnya. Kalo sampe ilang serasa bencana Orang yang suka minjem stapler dan ga balikin, terancam sanksi sosial berupa dicuekin di kantin. Stapler memegang peranan penting dalam kehidupan. Tapi apa balasan kita? Boro-boro menghargai, ngasih nama yang jelas aja enggak.
Benda malang ini telah lama hidup dengan nama yang sangat ambigu. Kadang memang kita menyebutnya stapler, sesuai nama aslinya. Tapi nggak jarang kita telah melekatkan nama-nama yang kurang terhormat bagi pembantu setia ini. Sebut saja misalnya CEKREKAN, CEPRETAN, JEGREKAN, bahkan ada yang menyebutnya CEPROTAN. Keterlaluan sekali bukan?
Benda ini pasti punya nama resmi dalam bahasa Indonesia. Masalahnya, namanya apa?
Jawabannya gue temukan dari majalah Tempo edisi 6-12 Februari 2006, halaman 10, dalam kolom surat pembaca. Kutipannya adalah:
…imbauan kepada seluruh masyarakat untuk memperlakukan uang rupiah dengan baik, di antaranya dengan tidak melipat, mengokot (stapling)…
ternyata nama resmi untuk stapler adalah:
Seandainya gue jadi si stapler, mungkin gue lebih memilih dinamain cekrekan daripada pengokot – entah kenapa tapi yang terbayang di benak gue saat mendengar kata itu adalah sebuah benda lembek yang bau, berjamur, dan nyaris busuk – tapi ya sudahlah. Mari bersama-sama kita gunakan istilah resmi ini, untuk mempercepat proses penyerapannya dalam kehidupan bermasyarakat.Misalnya:
…di kantor: “Boss, ini reportnya perlu dikokot atau cukup dimasukkan ke map?”
…di tukang foto kopi: “Bang, gimana sih lu, masa mengokot aja nggak becus… kan jadi rusak fotokopian gue!”
…juga saat bercakap dengan teman: “Bawel banget sih jadi orang, lama-lama gua kokot juga bibir lu…!”

Tinggalkan Balasan ke harigini Batalkan balasan