Ceramah Anti-Ngantuk

Published by

on


Ramadhan kali ini adalah Ramadhan pertama di kantor yang baru. Tahun lalu, berhubung kantor gue relatif kecil, acara ceramah Ramadhannya cuma diadain beberapa kali. Itupun cenderung begitu-begitu aja karena para pegawai di sana emang rata2 lebih ‘santun’. Yang rame malah ceramah nggak resminya, biasanya sekitar Ashar, di musholla.

Di kantor yang sekarang, berhubung sektor permodalan juga lebih kenceng, ada ceramah tiap hari. Dan baru kali ini gue liat hadirin berhasil memprovokasi penceramahnya.

Tema ceramah hari ini adalah “Konsep pendidikan dalam Islam” dibawakan oleh seorang uztadzah. Baru 5 menit duduk, gue udah mulai manggut-manggut fly.

“…jadi, saudara-saudara sekalian, baginda Rasulullah telah mengajarkan pada kita, bahwa pendidikan itu harus dengan tauladan. Percuma saja kita mengajarkan teori-teori, kalau tidak disertai dengan praktek. Rasulullah mengajarkan demikian, mencontohkan langsung perilaku yang baik, agar kita bisa mengikuti. Contohnya masalah sholat. Apakah kita sebagai orangtua telah memberikan teladan kepada anak2 kita dengan sholat 5 waktu? Apakah saat anak sholat kita memberikan perhatian? Apakah…”

“…..” para hadirin nampak terkantuk-kantuk. Gue juga. Man… this is so boring.

“…jangan-jangan anak malah belajar sholat dari tetangga, karena kita, orangtuanya, kurang memberikan teladan. Siang hari, saatnya sholat zuhur, anak main di rumah tetangga, kita tidak tahu apakah mereka sholat atau tidak…”

=duk= gue kejedot dinding akibat ayunan kepala yang terlalu drastis. Ngantuknyaaa….

“…demikianlah saudara-saudara sekalian, materi dari saya siang ini. Segala kekurangannya mohon dimaafkan. Sekarang kita masuki sesi tanya jawab. Silakan bila ada yang mau bertanya.”

“Saya bu.” seorang ibu mengacungkan jari.

“Silakan pertanyaannya.”

“Mengenai pendidikan anak ya bu, saya tertarik dengan blablabla… karena berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang ibu, blablabla….”

“Oh, begini ibu. Sebagaimana telah saya jelaskan tadi, konsep pendidikan dalam Islam mengatur bahwa blablablablablabla….” jawab ibu uztadzah, bersamaan dengan Ida lewat sambil bawa sepiring spaghetti saos jamur dan es teh manis sambil nanya, “kamu mau makan di depan tivi atau di meja makan?” dan gue jawab, “besok aja, sebab komputernya kan harus direstart dulu…” LOH…? Wah kayanya gue udah mulai ngimpi nih.

“Bagaimana, cukup jelas, ibu? Oke… ada pertanyaan lain?”

“Saya…” seorang bapak yang gue nggak tau dari divisi apa mengangkat tangan.

“Silakan, bapak yang di ujung sana…”

“Begini ya bu. Tadi kan ibu bilang kita harus meneladani Rasul ya bu. Nah saya ingin tanya bagaimana dengan teladan Rasul dalam hal poligami…”

Beberapa hadirin langsung berdiri kupingnya. Nah, ini baru seru…

“Memang kalo hadirinnya bapak-bapak pasti yang ditanyakan soal poligami. Baiklah saya coba jawab. Kita jangan cuma melihat poligaminya saja, tapi bagaimana agar dapat bersikap adil…” kemudian ibu uztadzah menjelaskan panjang lebar bahwa poligami memang boleh, tapi harus adil dan dengan niat untuk ibadah. Seperti Rasul, yang dikawini adalah janda-janda tua, yang ditinggal mati suami di medan perang. Tujuannya untuk melindungi, mengangkat harkat kehidupan para janda tersebut. “Nah, apakah bapak-bapak di sini mau mengawini janda tua?”

“…yah… asal masih kenceng sih…” celetuk seseorang entah siapa, disambut kikikikik hadirin.

“Tuh kan. Memang orang jaman sekarang yang dipikirkan syahwat melulu sih. Bagaimana mau adil. Niat awalnya hanya untuk cari kepuasan aja, kenal-kenalan sama perempuan di jalanan, di mall, lantas diam-diam kawin. Istri yang lama ditinggal. Bagaimana mau dibilang ibadah?”

“Dia tuh bu yang suka gitu.. saya mah enggak…” Ada lagi yang nyeletuk. Hadirin udah 100% melek, 85%-nya tersenyum lebar.

“Tanya bu” seorang bapak dengan jenggot lancip mengangkat tangan di tengah suasana yang mulai menghangat.

“Ya pak?”

“Berdasarkan statistik kan penduduk dunia sekarang udah makin nggak imbang bu. Rata-rata perbandingan laki-laki dan perempuan 1 : 8, bahkan di beberapa tempat 1 : 10 (entah dapet data statistik dari mana nih si bapak). Ini kan harus ada solusinya. Kita mah cuma mau nolongin aja, bener nggak bapak-bapak?”

Huahahaha…. hadirin pada ngakak tanpa sungkan-sungkan. Berhubung telat dateng, gue duduk di luar sehingga nggak bisa ngeliat gimana ekspresi ibu uztadzahnya, tapi dari nada suaranya kayaknya sih doi mulai panas.

“Itu data dari mana ya Pak. Satu banding delapan itu kan campur pak, termasuk di dalamnya ada ibu-ibu, nenek-nenek… tapi kalo bapak disuruh milih pasti nyarinya yang masih gadis aja. Bener kan? Lantas bagaimana dengan teladan Rasul untuk melindungi janda-janda yang sudah tua itu? Asal tahu aja nih pak, perempuan jaman sekarang lebih banyak dari laki-laki karena para laki-laki memang lebih cepat dipanggil Allah!!”

Ruangan serasa pecah oleh suara ketawa. Ini udah kaya shooting Bajaj Bajuri.

“Jelas aja kami cepet mati bu, kecapean meladeni yang satu banding delapan itu tadi…” Masih ada aja yang nyeletuk. Beberapa orang ibu sampe nutup muka pake sajadah saking nggak kuat nahan ketawa.

“Pokoknya begini ya Pak! Prinsipnya tuh pertama-tama harus atas dasar niat beribadah. Yang ke dua; harus adil. Seringkali terjadi, begitu punya istri baru, yang lama dilupakan! Mentang-mentang istri tuanya sudah beberapa kali melahirkan anak, bentuk tubuhnya sudah tidak bagus lagi, suami jadi lebih sering di tempat istri muda yang lebih cantik, pakaiannya lebih bagus, sering ke salon!!”

“Loh itu kan justru adil bu!”

“Adil dari mananya pak?!”

“Dulu waktu istri tua masih muda kan sudah pernah merasakan kita servis bu. Sementara yang muda ini kan belum pernah merasakan dibelikan barang mahal-mahal. Selain itu, kalo kita bicara inventaris, kan yang tua udah kena penyusutan bu, jadi wajar kalo harga turun…” Kayaknya bapak yang ini kerjanya di bagian Rumah Tangga Kantor. Beberapa hadirin sampe ada yang nungging saking ngakaknya. Belum sempat ibu uztadzah menjawab, udah ada yang angkat tangan lagi.

“Bu jangan didengerin bu. Dia emang kalo nanya ngaco. Saya mau nanya beneran nih, serius…”

“Iya, silakan pak.”

“Begini bu. Ya udah kalo memang di dunia ini sulit untuk menerapkan poligami. Harus niat ibadah, harus adil segala macem. Oke deh. Tapi saya ingin ada jaminan dulu: Nantinya di surga kita masing-masing dapat jatah bidadari berapa orang nih bu…?! Bukan apa-apa, kalo kurang biar kita nyicil dulu dari sekarang, gitu…”

“YANG BILANG BAPAK PASTI MASUK SURGA SIAPA PAK??!!” Ibu uztadzahnya udah sewot berat, sehingga langsung di-cut oleh moderator, “Rekan-rekan, berhubung waktu sudah tidak memungkinkan, saya cukupkan sampai di sini….”

Nggak lama kemudian nampak ibu uztadzah keluar dari ruangan dengan wajah bersungut-sungut, diikuti beberapa hadirin yang masih ketawa-ketawa kecil sambil mengusap air mata.

Acara ceramah terlucu yang pernah gue ikuti.

Image dari sini.

68 tanggapan untuk “Ceramah Anti-Ngantuk”

  1. ayahara1 Avatar

    baru kali ini saya baca MP yg lucu banget 🙂

    Suka

  2. niezniez Avatar

    huha..ha lucuu ,nisa ampe nungging-nungging ketawa.Bayangin ekspresinya ustazahnya,Kalo gue yg jadi ustazaah tubapak-bapak dan gue lempar pake Mic..ha..ha ^_^

    Suka

  3. maryamilyas Avatar

    mbot said: tips kalo mau dapet banyak pengunjug di MP-nya: angkatlah isu poligami :-))

    Ho-oh, ini hot button buat banyak orang keknya.

    Suka

  4. mbot Avatar

    maryamilyas said: Mas Agung, baru baca niy, ada yang nge-link. Lucu dan seru Mas! 😀 😀 Lumayan buat ngendorin suasana, lagi ada perdebatan seru soal poligami di sini. Makasih Mas…

    tips kalo mau dapet banyak pengunjug di MP-nya: angkatlah isu poligami :-)) akan lebih seru lagi kalo penulis journalnya mengambil sikap (setuju / nggak setuju) thd poligami, wah pasti replynya rameeee deh.

    Suka

  5. maryamilyas Avatar

    Mas Agung, baru baca niy, ada yang nge-link. Lucu dan seru Mas! 😀 😀 Lumayan buat ngendorin suasana, lagi ada perdebatan seru soal poligami di sini. Makasih Mas…

    Suka

  6. fraumaulana Avatar

    gubraaaxxxxxxxxxxx

    Suka

  7. ratnaz Avatar

    he he he…persis ama pengajian minggu lalu di kantor gw, btw, ustadzah gw sih lebih jago n’ kalem + lucu, trus kata beliau sih, klo sebaik2nya istri tuh yang ikhlas karena Allah , untuk dimadu, tapi sebaik2nya suami adalah yang nisa menahan sahwatnya buat punya lebih dari satu karena Allah, nah suami yang kaya’ gini bakalan dapet ” 72 BIDADARI + bininya di dunia “, di sorga kelak, n’ para istri jga gak boleh semena2 ama suaminya ntar di musuhin ama bidadari2 ituh he he he he…;p

    Suka

  8. ardho Avatar

    HAHAHAHAHHAA… lucu banget!!!*telat ya?*

    Suka

Ada komentar?

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca