[sharing HRD] 6 “Jangan” menghadapi interview

Published by

on


jatuh pas interview kerja

Memang bener, kita nggak bisa menilai sesuatu cuma dari kemasannya doang. Tapi juga nggak bisa dipungkiri, benda yang sama bisa nampak lebih menarik, bahkan punya harga jual yang jauh lebih tinggi, karena kemasan yang beda. Contoh kasus: ketoprak; isinya toge-toge juga, tahu-tahu juga, bihun-bihun juga, tapi di pinggir jalan cuma 4 ribu, begitu dikemas di Spice Garden bisa jadi 14 ribu.

Gue akan skip beberapa faktor yang udah sering dibahas di tips2 lainnya seperti jangan telat dan pake baju yang rapi. Itu mah emang udah harus, dan mendasar banget. Di sini akan gue share beberapa hal yang sebaiknya jangan lo lakuin waktu lagi di-interview, yaitu:

1. Jangan ngomong mulu

Ngomong tanpa henti malah makin menunjukkan bahwa elo grogi, dan cepat atau lambat lo akan ngomongin hal2 yang akhirnya menjebak diri lo sendiri.
“Anda sekarang sudah bekerja, kenapa tertarik untuk melamar ke perusahaan ini?”
“Karena begini nih pak, dulu kan saya masuk sana tahun sekian, waktu itu perusahaannya masih kecil tuh pak, saya waktu itu diinterview langsung sama Pak Anu, bossnya. Kenal pak? Enggak ya? Ya udah, terus saya langsung diterima, blablabla… blablabla… blabla… sampe akhirnya saya pikir, ‘bosen ah kerja di belakang meja mulu…[GOTCHA!]
“Jadi Anda mudah bosan dengan pekerjaan di belakang meja? Pekerjaan yang Anda lamar sekarang ini juga di belakang meja terus, lho…”
Nah, abis itu dia bingung sendiri deh ngejelasinnya.

2. Jangan belagu

Di buku2 panduan interview memang sering disarankan agar kita tampil percaya diri saat interview. Sayangnya, banyak orang yang masih sulit membedakan antara PD dan belagu. Contoh kasus: Gue dan Landy mewawancara seorang kandidat. Di akhir wawancara, kami menjelaskan secara lebih detil pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya, ditutup dengan pertanyaan, “…jadi bagaimana, apakah anda tertarik dengan pekerjaan ini?”
Merespon pertanyaan kami, sang kandidat tersenyum angkuh, lantas mengembangkan kedua tangan sambil berkata, “Yah.. itu sih tergantung ya, tergantung berapa penawaran dari perusahaan ini… hahaha…” habis ngomong gitu, mungkin untuk menambah efek dramatis, dia nyender. Rupanya, kursi yang dia pake udah rada dol pernya, sehingga sandarannya jadi agak condong ke belakang saat menerima beban tubuhnya. Nggak sampe jatuh sih, cuma doyong doang, tapi rupanya dia jadi kaget setengah mati dan… latah. “Eee.. eeh… COPOT-COPOT..!!”
Perlu dicatat dua kondisi yang menyertai kejadian:
a. bahwa kandidat tersebut berjenis kelamin laki-laki, dan sudah tergolong mas-mas, sehingga sangat tidak pantes banget latah e-copot-e-copot.
b. bahwa salah satu gigi depan dalam keadaan ompong, sehingga kondisi butir a. di atas makin nggak pantes lagi.
Maka pesan moralnya, bedakan antara PD dan belagu, dan orang2 belagu punya probabilita lebih besar untuk apes dan menderita tengsin.

3. Jangan galak

Di mana2 juga orang dateng ke interview biasanya siap untuk ditanya-tanyain, eh gue pernah lho ketemu kandidat yang menjawab pertanyaan gue dengan “…itu kan udah saya tulis di CV! Baca aja tuh di situ!”

4. Jangan terburu-buru

Dalam hal apapun, baik ngisi formulir, menjawab pertanyaan, duduk, ambil minum, buka pintu… pokoknya apapun, jangan lakukan dengan buru-buru. Santai aja, tenang, tarik nafas. Kadang perlu buat ngomong sendiri dalam hati “ayo, tarik nafas, tenang…” agar nggak mengalami kejadian berikut ini:
Gue mewawancarai seorang kandidat yang pernah kerja di pabrik produsen 2 merek shampoo. Gue tanya, “Antara merek A dan B yang diproduksi di pabrik Anda, mana yang kualitasnya lebih baik?”
“Merk A pak!”
“Kenapa?”
“Karena kalo merek B, saya lihat seringkali bahan bakunya dibiarkan terbuka, sehingga bisa TERKONTANA… TERKONTINIMA… TERKONAMANA… TERKON… TERKON…”
Sebagai interviewer yang menjunjung tinggi profesionalisme, gue berhasil mempertahankan agar wajah tetap lurus dan tenang, “Terkontaminasi, maksud Anda?” walaupun udah sakit perut nahan ketawa.
“Iya betul Pak, atau dengan kata lainnya, maap-maap, TENGIK, pak…”
Kalo mau ngebayangin kayak apa potongan si kandidat itu, bayangin alm. Gepeng, anggota Srimulat. Persis kaya gitu, mulai dari kurusnya, botaknya, sampe medoknya.

5. Jangan sok centil

Selama pekerjaan yang lo lamar nggak mensyaratkan faktor “kecentilan”, jangan centil. Contoh kasus: gue lagi mewawancara sejumlah cewe untuk mengisi posisi sekretaris. Kandidat yang satu ini dari awal wawancara emang udah bikin senewen karena posisi duduknya berubah-ubah saban 1 menit sekali kaya cacing kepanasan, dan banyak melakukan gerakan2 gak perlu seperti mengelus-elus rambut(-nya sendiri, tentu), megang2 anting, narik2 kerah, mainan bolpen sampe bolpennya nggelinding jatuh dan jatuhnya di sudut yang nyelip, muter2 cincin, mengibas2 rambut seperti iklan shampoo, pokoknya resek deh.
Gue lega banget waktu wawancara menjelang selesai. Sebagai prosedur standar, wawancara, gue tutup dengan “Ada yang ingin ditanyakan?”
Cewe itu senyum2, miring2in kepala, muter2 bola mata, terus dengan spektakulernya berkata, “nggg.. ada sih pak, tapi pertanyaannya pribadi nih, boleh minta nomer HP bapak nggak, biar saya tanya langsung aja nanti, after office hours, gitu?”

6. Jangan nggak menjawab pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab

Biasanya yang suka begini nih para kandidat fresh-graduate; yang seringkali muncul di tempat wawancara tanpa persiapan mental yang matang.
“Saya baca di sini, Anda lulusan fakultas ekonomi ya…”
“iya pak…”
“Coba ceritakan, kenapa Anda tertarik untuk masuk fakultas ekonomi?”
“…(senyum-senyum doang)”
“…(nunggu sampai hitungan 15)”
“…(masih senyum-senyum)”
“(memutuskan untuk lanjut ke pertanyaan berikut)…”
beberapa saat kemudian…
“Anda juga pernah ikut kursus bahasa Inggris sampai level intermediate, ya?”
“betul pak”
“kenapa kok nggak dilanjutkan?”
“…(senyum-senyum lagi)” dan seterusnya.
Makanya biar impas, waktu terakhirnya dia nanya, “Pak, jadi kapan hasil wawancara ini keluar?”
Gue menjawab dengan senyum semanis madu.

Demikian beberapa poin yang perlu diperhatikan waktu wawancara. Jangan salah, poin2 ini mungkin bukan poin yang krusial dalam arti menentukan apakah elo akan diterima atau enggak. Tapi daripada interviewernya keburu bete liat elo dan akhirnya menimbulkan penilaian yang menjurus negatif, nggak ada salahnya diperhatikan, toh?

Buat kalian yang udah capek wawancara kerja melulu, gimana kalo pensiun dini aja? Dengan program bisnis yang tepat, kalian bisa menikmati waktu kerja yang fleksibel, penghasilan tanpa batas, dan pengembangan diri yang lebih maksimal lho!

39 tanggapan untuk “[sharing HRD] 6 “Jangan” menghadapi interview”

  1. landyok Avatar

    mbot said: “Eee.. eeh… COPOT-COPOT..!!”

    Hua…ha..hua…ha :LOL: Gue kalo inget ini selalu ketawa sendiri hua…ha… ha… Tapi hebatnya kita kok ngga ketawa di depan dia ya? kok bisa nahan ya, gue liat waktu itu muke elo tetep nggak berubah gung, sok serius gitu, tauk deh muke gue:D

    Suka

  2. kunyik Avatar

    mbot said: Memang bener, kita nggak bisa menilai sesuatu cuma dari kemasannyadoang. Tapi juga nggak bisa dipungkiri, benda yang sama bisa nampaklebih menarik, bahkan punya harga jual yang jauh lebih tinggi, karenakemasan yang beda. Contoh kasus: ketoprak; isinya toge-toge juga,tahu-tahu juga, bihun-bihun juga, tapi di pinggir jalan cuma 4 ribu,begitu dikemas di Spice Garden bisa jadi 14 ribu. Gue akan skip beberapa faktor yang udah sering dibahas di tips2 lainnyaseperti jangan telat dan pake baju yang rapi. Itu mah emang udah harus,dan mendasar banget. Di sini akan gue share beberapa hal yang sebaiknyajangan lo lakuin waktu lagi di-interview, yaitu: 1. Jangan ngomong muluNgomong tanpa henti malah makin menunjukkan bahwa elo grogi, dan cepatatau lambat lo akan ngomongin hal2 yang akhirnya menjebak diri losendiri. “Anda sekarang sudah bekerja, kenapa tertarik untuk melamar ke perusahaan ini?””Karena begini nih pak, dulu kan saya masuk sana tahun sekian, waktuitu perusahaannya masih kecil tuh pak, saya waktu itu diinterviewlangsung sama Pak Anu, bossnya. Kenal pak? Enggak ya? Ya udah, terussaya langsung diterima, blablabla… blablabla… blabla… sampeakhirnya saya pikir, ‘bosen ah kerja di belakang meja mulu…[GOTCHA!]””Jadi Anda mudah bosan dengan pekerjaan di belakang meja? Pekerjaanyang Anda lamar sekarang ini juga di belakang meja terus, lho…”Nah, abis itu dia bingung sendiri deh ngejelasinnya. 2. Jangan belaguDi buku2 panduan interview memang sering disarankan agar kita tampilpercaya diri saat interview. Sayangnya, banyak orang yang masih sulitmembedakan antara PD dan belagu. Contoh kasus: Gue dan Landymewawancara seorang kandidat. Di akhir wawancara, kami menjelaskansecara lebih detil pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya,ditutup dengan pertanyaan, “…jadi bagaimana, apakah anda tertarikdengan pekerjaan ini?”Merespon pertanyaan kami, sang kandidat tersenyum angkuh, lantasmengembangkan kedua tangan sambil berkata, “Yah.. itu sih tergantungya, tergantung berapa penawaran dari perusahaan ini… hahaha…” habisngomong gitu, mungkin untuk menambah efek dramatis, dia nyender.Rupanya, kursi yang dia pake udah rada dol pernya, sehingga sandarannyajadi agak condong ke belakang saat menerima beban tubuhnya. Nggak sampejatuh sih, cuma doyong doang, tapi rupanya dia jadi kaget setengah matidan… latah. “Eee.. eeh… COPOT-COPOT..!!”Perlu dicatat dua kondisi yang menyertai kejadian:a. bahwa kandidat tersebut berjenis kelamin laki-laki, dan sudahtergolong mas-mas, sehingga sangat tidak pantes banget latahe-copot-e-copot.b. bahwa salah satu gigi depan dalam keadaan ompong, sehingga kondisi butir a. di atas makin nggak pantes lagi. Maka pesan moralnya, bedakan antara PD dan belagu, dan orang2 belagupunya probabilita lebih besar untuk apes dan menderita tengsin. 3. Jangan galakDi mana2 juga orang dateng ke interview biasanya siap untukditanya-tanyain, eh gue pernah lho ketemu kandidat yang menjawabpertanyaan gue dengan “…itu kan udah saya tulis di CV! Baca aja tuhdi situ!”4. Jangan terburu-buruDalam hal apapun, baik ngisi formulir, menjawab pertanyaan, duduk,ambil minum, buka pintu… pokoknya apapun, jangan lakukan denganburu-buru. Santai aja, tenang, tarik nafas. Kadang perlu buat ngomongsendiri dalam hati “ayo, tarik nafas, tenang…” agar nggak mengalamikejadian berikut ini: Gue mewawancarai seorang kandidat yang pernah kerja di pabrik produsen2 merek shampoo. Gue tanya, “Antara merek A dan B yang diproduksi dipabrik Anda, mana yang kualitasnya lebih baik?””Merk A pak!””Kenapa?””Karena kalo merek B, saya lihat seringkali bahan bakunya dibiarkanterbuka, sehingga bisaTERKONTANA… TERKONTINIMA… TERKONAMANA… TERKON… TERKON…”Sebagai interviewer yang menjunjung tinggi profesionalisme, gueberhasil mempertahankan agar wajah tetap lurus dan tenang,”Terkontaminasi, maksud Anda?” walaupun udah sakit perut nahan ketawa. “Iya betul Pak, atau dengan kata lainnya, maap-maap, TENGIK, pak…”Kalo mau ngebayangin kayak apa potongan si kandidat itu, bayangin alm.Gepeng, anggota Srimulat. Persis kaya gitu, mulai dari kurusnya,botaknya, sampe medoknya. 5. Jangan sok centilSelama pekerjaan yang lo lamar nggak mensyaratkan faktor “kecentilan”,jangan centil. Contoh kasus: gue lagi mewawancara sejumlah cewe untukmengisi posisi sekretaris. Kandidat yang satu ini dari awal wawancaraemang udah bikin senewen karena posisi duduknya berubah-ubah saban 1menit sekali kaya cacing kepanasan, dan banyak melakukan gerakan2 gakperlu seperti mengelus-elus rambut(-nya sendiri, tentu), megang2anting, narik2 kerah, mainan bolpen sampe bolpennya nggelinding jatuhdan jatuhnya di sudut yang nyelip, muter2 cincin, mengibas2 rambutseperti iklan shampoo, pokoknya resek deh. Gue lega banget waktu wawancara menjelang selesai. Sebagai prosedurstandar, wawancara, gue tutup dengan “Ada yang ingin ditanyakan?”Cewe itu senyum2, miring2in kepala, muter2 bola mata, terus denganspektakulernya berkata, “nggg.. ada sih pak, tapi pertanyaannya pribadinih, boleh minta nomer HP bapak nggak, biar saya tanya langsung ajananti, after office hours, gitu?”6. Jangan nggak menjawab pertanyaan yang seharusnya bisa dijawabBiasanya yang suka begini nih para kandidat fresh-graduate; yangseringkali muncul di tempat wawancara tanpa persiapan mental yangmatang. “Saya baca di sini, Anda lulusan fakultas ekonomi ya…””iya pak…””Coba ceritakan, kenapa Anda tertarik untuk masuk fakultas ekonomi?””…(senyum-senyum doang)””…(nunggu sampai hitungan 15)””…(masih senyum-senyum)””(memutuskan untuk lanjut ke pertanyaan berikut)…”beberapa saat kemudian…”Anda juga pernah ikut kursus bahasa Inggris sampai level intermediate, ya?””betul pak””kenapa kok nggak dilanjutkan?””…(senyum-senyum lagi)” dan seterusnya. Makanya biar impas, waktu terakhirnya dia nanya, “Pak, jadi kapan hasil wawancara ini keluar?”Gue menjawab dengan senyum semanis madu.Demikian beberapa poin yang perlu diperhatikan waktu wawancara. Jangansalah, poin2 ini mungkin bukan poin yang krusial dalam arti menentukanapakah elo akan diterima atau enggak. Tapi daripada interviewernyakeburu bete liat elo dan akhirnya menimbulkan penilaian yang menjurusnegatif, nggak ada salahnya diperhatikan, toh?Gambar gue tilep dari sini.

    sumprit ini lucu bgt… g sampe cekikikan sendiri.alhamdulillah, sampe sekarang g blum pernah wawancara orang2 yang ajaib…hihihihi…..

    Suka

  3. narcissia Avatar

    mbot said: Memang bener, kita nggak bisa menilai sesuatu cuma dari kemasannyadoang. Tapi juga nggak bisa dipungkiri, benda yang sama bisa nampaklebih menarik, bahkan punya harga jual yang jauh lebih tinggi, karenakemasan yang beda. Contoh kasus: ketoprak; isinya toge-toge juga,tahu-tahu juga, bihun-bihun juga, tapi di pinggir jalan cuma 4 ribu,begitu dikemas di Spice Garden bisa jadi 14 ribu. Gue akan skip beberapa faktor yang udah sering dibahas di tips2 lainnyaseperti jangan telat dan pake baju yang rapi. Itu mah emang udah harus,dan mendasar banget. Di sini akan gue share beberapa hal yang sebaiknyajangan lo lakuin waktu lagi di-interview, yaitu: 1. Jangan ngomong muluNgomong tanpa henti malah makin menunjukkan bahwa elo grogi, dan cepatatau lambat lo akan ngomongin hal2 yang akhirnya menjebak diri losendiri. “Anda sekarang sudah bekerja, kenapa tertarik untuk melamar ke perusahaan ini?””Karena begini nih pak, dulu kan saya masuk sana tahun sekian, waktuitu perusahaannya masih kecil tuh pak, saya waktu itu diinterviewlangsung sama Pak Anu, bossnya. Kenal pak? Enggak ya? Ya udah, terussaya langsung diterima, blablabla… blablabla… blabla… sampeakhirnya saya pikir, ‘bosen ah kerja di belakang meja mulu…[GOTCHA!]””Jadi Anda mudah bosan dengan pekerjaan di belakang meja? Pekerjaanyang Anda lamar sekarang ini juga di belakang meja terus, lho…”Nah, abis itu dia bingung sendiri deh ngejelasinnya. 2. Jangan belaguDi buku2 panduan interview memang sering disarankan agar kita tampilpercaya diri saat interview. Sayangnya, banyak orang yang masih sulitmembedakan antara PD dan belagu. Contoh kasus: Gue dan Landymewawancara seorang kandidat. Di akhir wawancara, kami menjelaskansecara lebih detil pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya,ditutup dengan pertanyaan, “…jadi bagaimana, apakah anda tertarikdengan pekerjaan ini?”Merespon pertanyaan kami, sang kandidat tersenyum angkuh, lantasmengembangkan kedua tangan sambil berkata, “Yah.. itu sih tergantungya, tergantung berapa penawaran dari perusahaan ini… hahaha…” habisngomong gitu, mungkin untuk menambah efek dramatis, dia nyender.Rupanya, kursi yang dia pake udah rada dol pernya, sehingga sandarannyajadi agak condong ke belakang saat menerima beban tubuhnya. Nggak sampejatuh sih, cuma doyong doang, tapi rupanya dia jadi kaget setengah matidan… latah. “Eee.. eeh… COPOT-COPOT..!!”Perlu dicatat dua kondisi yang menyertai kejadian:a. bahwa kandidat tersebut berjenis kelamin laki-laki, dan sudahtergolong mas-mas, sehingga sangat tidak pantes banget latahe-copot-e-copot.b. bahwa salah satu gigi depan dalam keadaan ompong, sehingga kondisi butir a. di atas makin nggak pantes lagi. Maka pesan moralnya, bedakan antara PD dan belagu, dan orang2 belagupunya probabilita lebih besar untuk apes dan menderita tengsin. 3. Jangan galakDi mana2 juga orang dateng ke interview biasanya siap untukditanya-tanyain, eh gue pernah lho ketemu kandidat yang menjawabpertanyaan gue dengan “…itu kan udah saya tulis di CV! Baca aja tuhdi situ!”4. Jangan terburu-buruDalam hal apapun, baik ngisi formulir, menjawab pertanyaan, duduk,ambil minum, buka pintu… pokoknya apapun, jangan lakukan denganburu-buru. Santai aja, tenang, tarik nafas. Kadang perlu buat ngomongsendiri dalam hati “ayo, tarik nafas, tenang…” agar nggak mengalamikejadian berikut ini: Gue mewawancarai seorang kandidat yang pernah kerja di pabrik produsen2 merek shampoo. Gue tanya, “Antara merek A dan B yang diproduksi dipabrik Anda, mana yang kualitasnya lebih baik?””Merk A pak!””Kenapa?””Karena kalo merek B, saya lihat seringkali bahan bakunya dibiarkanterbuka, sehingga bisaTERKONTANA… TERKONTINIMA… TERKONAMANA… TERKON… TERKON…”Sebagai interviewer yang menjunjung tinggi profesionalisme, gueberhasil mempertahankan agar wajah tetap lurus dan tenang,”Terkontaminasi, maksud Anda?” walaupun udah sakit perut nahan ketawa. “Iya betul Pak, atau dengan kata lainnya, maap-maap, TENGIK, pak…”Kalo mau ngebayangin kayak apa potongan si kandidat itu, bayangin alm.Gepeng, anggota Srimulat. Persis kaya gitu, mulai dari kurusnya,botaknya, sampe medoknya. 5. Jangan sok centilSelama pekerjaan yang lo lamar nggak mensyaratkan faktor “kecentilan”,jangan centil. Contoh kasus: gue lagi mewawancara sejumlah cewe untukmengisi posisi sekretaris. Kandidat yang satu ini dari awal wawancaraemang udah bikin senewen karena posisi duduknya berubah-ubah saban 1menit sekali kaya cacing kepanasan, dan banyak melakukan gerakan2 gakperlu seperti mengelus-elus rambut(-nya sendiri, tentu), megang2anting, narik2 kerah, mainan bolpen sampe bolpennya nggelinding jatuhdan jatuhnya di sudut yang nyelip, muter2 cincin, mengibas2 rambutseperti iklan shampoo, pokoknya resek deh. Gue lega banget waktu wawancara menjelang selesai. Sebagai prosedurstandar, wawancara, gue tutup dengan “Ada yang ingin ditanyakan?”Cewe itu senyum2, miring2in kepala, muter2 bola mata, terus denganspektakulernya berkata, “nggg.. ada sih pak, tapi pertanyaannya pribadinih, boleh minta nomer HP bapak nggak, biar saya tanya langsung ajananti, after office hours, gitu?”6. Jangan nggak menjawab pertanyaan yang seharusnya bisa dijawabBiasanya yang suka begini nih para kandidat fresh-graduate; yangseringkali muncul di tempat wawancara tanpa persiapan mental yangmatang. “Saya baca di sini, Anda lulusan fakultas ekonomi ya…””iya pak…””Coba ceritakan, kenapa Anda tertarik untuk masuk fakultas ekonomi?””…(senyum-senyum doang)””…(nunggu sampai hitungan 15)””…(masih senyum-senyum)””(memutuskan untuk lanjut ke pertanyaan berikut)…”beberapa saat kemudian…”Anda juga pernah ikut kursus bahasa Inggris sampai level intermediate, ya?””betul pak””kenapa kok nggak dilanjutkan?””…(senyum-senyum lagi)” dan seterusnya. Makanya biar impas, waktu terakhirnya dia nanya, “Pak, jadi kapan hasil wawancara ini keluar?”Gue menjawab dengan senyum semanis madu.Demikian beberapa poin yang perlu diperhatikan waktu wawancara. Jangansalah, poin2 ini mungkin bukan poin yang krusial dalam arti menentukanapakah elo akan diterima atau enggak. Tapi daripada interviewernyakeburu bete liat elo dan akhirnya menimbulkan penilaian yang menjurusnegatif, nggak ada salahnya diperhatikan, toh?Gambar gue tilep dari sini.

    Nah ini HRDnya yang males baca, pasti…heheheheTapi masa iya sih ada yang galak kaya gitu!!! Trus responnya mas agung piye?

    Suka

  4. tianarief Avatar

    myshant said: telanjang menelanjangi

    iya, itu interviewer (laki, yang tampaknya sudah senior, terlihat dari ketuaannya) nanya macem² (tepatnya interogasi). jadi bener juga salah satu “klien” agung: harus berani galak pada pewawancara. terutama, berani menyetop wawancara saat kita harus melaksanakan sholat wajib. apa pun hasilnya, tidak diterima juga gpp.

    Suka

  5. nadnuts Avatar

    myshant said: telanjang menelanjangi

    pppsssttt…banyak anak kecil…

    Suka

  6. myshant Avatar

    nadnuts said: jd gak rugi walau ‘ditelanjangi’

    aih, nadiah sama mas tian ini kok wawancaranya syerempake’ acara telanjang menelanjangi gituh ..*garink*

    Suka

  7. nadnuts Avatar

    tianarief said: boleh dong curhat dari sisi orang yg diwawancara: paling kesel & sebel sama konsultan psikologi di klinik psi salemba, yang di-hire sebuah majalah. pernah dia, habis “menelanjangi” dan menjebakku, soal kelemahan²ku, sok akrab, lagi. udah gitu, wawancara sampe solat jumat telat (begitu datang, solat jumat udah bubar), gak keterima kerja, lagi. 😛

    iya ya? kok mereka bisa menyelam segitu dalamnya ya mas? padahal kan kita dites n wawancara cuma dalam itungan hari…kok mrk bisa tau semuanya…aku pernah juga untuk koran, diterima sih, hehehe (jd gak rugi walau ‘ditelanjangi’ aib2ku) tp aku malah gak bisa masuk ke sana krn habis kecelakaan…sebel!gung, boleh sharing soal ini juga dunk…

    Suka

  8. nadnuts Avatar

    myshant said: gara2 API nadiah jadi tambah lucu ya ?? 🙂

    hihhihi maca ciiih?eh kalo inget gepeng, inget tora sudiro krn dia ngefans banget ama gepeng, pernah bercita2 jadi gepeng…nonton gak di famous to famous?*maap melenceng*

    Suka

  9. pudz426 Avatar

    matiangin said: laen kali kasih aja nomor gua

    wah mau juga tuh.. kali aja ada pelamar pelamar yang lagi desperado.. ahahahaha

    Suka

  10. tianarief Avatar

    boleh dong curhat dari sisi orang yg diwawancara: paling kesel & sebel sama konsultan psikologi di klinik psi salemba, yang di-hire sebuah majalah. pernah dia, habis “menelanjangi” dan menjebakku, soal kelemahan²ku, sok akrab, lagi. udah gitu, wawancara sampe solat jumat telat (begitu datang, solat jumat udah bubar), gak keterima kerja, lagi. 😛

    Suka

  11. matiangin Avatar

    mbot said: boleh minta nomer HP bapak nggak

    laen kali kasih aja nomor gua

    Suka

  12. ghaya Avatar

    hahaha.. pengalamannya seru banget thx for sharing

    Suka

  13. myshant Avatar

    nadnuts said: yg kayak alm gepeng gak minta no hp juga?

    gara2 API nadiah jadi tambah lucu ya ?? 🙂

    Suka

  14. nadnuts Avatar

    mbot said: “nggg.. ada sih pak, tapi pertanyaannya pribadi nih, boleh minta nomer HP bapak nggak, biar saya tanya langsung aja nanti, after office hours, gitu?”

    duh gung, banyak godaan juga ya jadi HRD gitu?sabar ya gung…btw yg kayak alm gepeng gak minta no hp juga?;D

    Suka

  15. majesta Avatar

    wah ada om HR rupanya… boleh tanya dikit gak ? ;pkalau ditanya ” Kenapa anda melamar ke perusahaan kami ?” kira-kira ‘terjemahan’ nya apa ya ? Apakah dia ingin tau wawasan kita ttg perusahaan tsb atau pengen tahu motivasi pribadi kita (yang jelas ini lebih jujur hehehe)

    Suka

  16. sorayalannazia Avatar

    pudz426 said: ahahaha.. ngakak gw ngebaca satu satu..pengalaman interview ama HR emang banyak cerita..gw baru mendengar dari sisi HRnya sekarang..

    iya lucu bgt yah mas pujo. br tau ternyata org HRD kyk ngini yah!saya punya pengalaman pahit tuh sm org HRD pas mo bikin skripsi ttg produk perusahaan itu, ibu HRDnya galak n jutek bgt! moga2 mas mbot tdk galak n jutek yah;)

    Suka

  17. pipitta Avatar

    walah gung.. kok yang diwawancara pada aneh begitu ya? tapi… itu yang minta nomer telepon kelanjutannya gimana? hehehe…..

    Suka

  18. pudz426 Avatar

    ahahaha.. ngakak gw ngebaca satu satu..pengalaman interview ama HR emang banyak cerita..gw baru mendengar dari sisi HRnya sekarang..

    Suka

  19. myshant Avatar

    keknya kandidat yg pernah diinterview agung tuh asli spesies yg unik-unik deh. ha ha ha ha ..aduh..gue gak bisa brenti ketawa*untung sepagi ini blon ada yg dateng*

    Suka

  20. imazahra Avatar

    Ha ha ha… Mas… mas, ini mah asli lucu! Ternyata kerja di belakang sebagai HRD asik yah, banyak kisah unik, seru dan lucunya, bikin awet muda tuuch 😉 Sayang dulu saya gak ambil kuliah psikologi, jadi gak qualified deh 😉

    Suka

Tinggalkan Balasan ke myshant Batalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca