
Sore tadi, gue dan sejumlah temen terjebak di kantor nggak bisa pulang gara-gara ujan deras. Perut lapar, tapi mau jajan di depan kantor nggak bisa karena, lagi-lagi, ujan deras. Maka kami memutuskan untuk pesan pizza.
Pizza dateng, dan langsung diganyang rame-rame. Nggak lama kemudian, muncullah si boss dari ruangannya. Rupanya dia abis meeting kecil dengan beberapa orang kroconya (baca = orang-orang senasib dengan gue).
“Wah… wah, ada pizza ya… kok nggak bilang-bilang sih?” kata boss.
“Abis tadi kayaknya lagi serius, jadi takut ganggu,” kata gue.
“Trus gue masih kebagian nggak nih?”
“Yah, mudah-mudahan ya… siapa cepat, dia dapat…”
Untungnya boss masih kebagian sepotong, dan sambil ngunyah pizza dia tiba-tiba dapet inspirasi untuk berfilsafat.
“Gini ya gung, gue kasih tau nih pepatah kuno. Boss itu, ibarat perut. Coba lu pikir, semua anggota badan kita kan tujuannya satu, yaitu mengisi perut, kan? Tangan mengambil makanan, masuk ke mulut, dikunyah oleh gigi, masuk perut. Kalo makanannya jauh, maka kaki harus kerja. Dia jalan ke tempat makanan, supaya tangan bisa kerja memasukkan makanan ke perut. Mata, telinga, hidung, tugasnya seperti radar, mencari makanan untuk masuk ke dalam perut. Otak bertugas mikir, gimana caranya dapat makanan untuk diisi ke dalam perut. Kalau perut kenyang, terisi dengan makanan yang baik, siapa yang senang? Tangan, kaki, mata, hidung, semuanya senang, semua kebagian jatah yang dibagikan oleh perut.
Nah, boss itu juga seperti itu. Tugas kalian menyenangkan boss, kalo boss senang, pasti kalian juga senang. Salah satu caranya adalah dengan mengambilkan pizza buat boss saat boss lagi meeting.”
“Oh gitu ya boss. Seluruh anggota tubuh tugasnya mengisi perut, ya? Lalu bagaimana dengan pantat, boss? Tugas dia kan mengosongkan perut, bukan mengisi perut?”
“Bener juga. Ya deh, ya deh gue ralat. Tugas seluruh anggota tubuh adalah menjaga kesejahteraan perut, itu termasuk mengisi dan mengosongkan. Kalo diisi terus tapi nggak dikosongkan kan perutnya bisa sakit. Nah di situlah peran pantat…”
“Tapi kadang ada perut yang suka nggak tau diri boss. Udah dijaga kesejahteraannya, tapi tangan dan kaki masih belum sejahtera. Itu gimana tuh boss?”
“Ya itu artinya perut nggak tau diri. Ya udahlah pokoknya pepatahnya gitu,” jawab si boss mulai males.
“Trus gimana dengan bulu-buluan seperti rambut, alis, kumis, jenggot… itu kan nggak ada kontribusinya terhadap upaya menjaga kesejahteraan perut, boss? Mereka cuma terima enaknya aja, dapet pembagian dari perut. Padahal nggak kerja apa-apa, cuma numpang hidup.”
“Ya ada dong. Kan kalo kita cari makan kita harus jaga penampilan yang rapi dengan mengurus rambut, kumis, jenggot…”
“Atau mungkin rambut, kumis, jenggot melambangkan pemegang saham kali ya boss. Nggak usah kerja tinggal nerima hasilnya doang.”
“Hhhh… makasih pizzanya. Mari kita pulang.”

Tinggalkan Balasan ke myshant Batalkan balasan