tekken

Kalo elu adalah seorang pembuat film, dan lu dikasih kesempatan untuk ngomong langsung kepada para calon penonton dalam rangka mempromosikan film lu, apa yang akan lu katakan?

Mungkin kalo lu pembuat film adaptasi dari novel, lu akan bilang “Nonton deh, kalian akan melihat langsung adegan-adegan yang selama ini cuma bisa kalian bayangin!”

Mungkin kalo lu pembuat film adaptasi dari komik, lu masih bisa bilang. “Nonton deh, adegan-adegan yang selama ini cuma berupa gambar diem, sekarang bisa gerak lho!”

Nah sekarang kebayang repotnya memposisikan film adaptasi video game kepada para calon penonton. Mau nawarin penyajian gerak? Lha di dalam gamenya pun para tokohnya udah bisa bergerak-gerak dengan jurus yang sangat spektakuler, apalagi didukung dengan teknologi animasi komputer yang makin canggih.

Aspek yang paling potensial untuk digarap sebenernya adalah penambahan latar belakang cerita di balik jurus-jurus saling bunuh yang selama ini tersaji dalam versi video gamenya. Celakanya, justru di urusan cerita lah film Tekken ini mengalami kedodoran yang paling parah.

Mengambil setting di dunia masa depan, cerita mengikuti sepak terjang Jin Kazama, seorang anak muda petualang yang nyari duit dengan menyelundup keluar masuk kota Tekken yang dijaga ketat dan dikelola oleh Tekken corporation.

Setiap sekali setahun, Tekken corporation menggelar pertandingan bela diri bernama Iron Fist Tournament yang mempertarungkan para jagoan dari 8 perusahaan besar, plus satu wakil dari kalangan rakyat jelata. Termotivasi oleh kematian ibunya, Jin mendaftarkan diri untuk ikut bertanding sebagai wakil masyarakat. Tentunya dia berhasil lolos seleksi.

Sementara itu, dalam Tekken corporation sendiri sedang terjadi kegelisahan di tingkat top management. Kazuya Mishima, anak tunggal pimpinan perusahaan Heihachi Mishima, udah gemes ingin segera merebut tampuk pimpinan dari tangan bapaknya. Diem-diem dia rupanya merencanakan sebuah kudeta.

Dua plot paralel ini kemudian bertemu di ajang Iron Fist Tournament, untuk kemudian jadi ambyar nggak keruan sejak pertarungan Jin versus Yoshimitsu. Pertandingan yang tadinya nampak seperti sistem gugur tiba-tiba bisa mencapai final padahal ada peserta yang belum bertanding. Adegan tembak-tembakan dengan alasan yang dipaksakan. Peserta yang udah kalah masih berkeliaran di lokasi. Pembunuh bayaran yang konon mematikan tapi yang muncul di film lebih banyak adegan ranjangnya.Kehadiran tokoh cewek yang nggak berkontribusi terlalu banyak kepada cerita kecuali sebagai alasan terjadinya adegan seks di bagian awal film – selebihnya dia cuma digambarkan ternganga-nganga nonton tivi. Dan semua itu ditutup dengan adegan puncak yang anti klimaks.

Sebagai game yang udah punya banyak seri (Tekken-nya sendiri sekarang udah sampe 6, belum lagi game2 sempalannya), tokoh di serial Tekken memang buanyak. Tapi dari sekian banyak tokoh, yang dimunculin di film ini justru bukan tokoh-tokoh penting, menurut gue. Tokoh-tokoh yang jadi ‘dedengkot’ karena muncul sejak Tekken pertama dan fansnya banyak seperti Ling Xiaoyu, Lei Wulong, Paul Phoenix dan King nggak muncul. Hwoarang namanya tercantum dalam daftar tokoh di IMDB.com tapi kok gue nggak merasa liat dia di filmnya, ya? Malah tokoh Miguel Rojo dan Dragunov yang boleh dibilang masih belum terlalu familiar bagi para fan Tekken dimunculin di film ini.

Kalo pertimbangan memilih tokohnya adalah dari segi keragaman gaya bertarung biar penonton nggak bosen, lantas kenapa ada Eddie Gordo dan Christie Monteiro yang sama-sama beraliran capoeira?

Dari segi kemiripan wajah pemeran dengan tokoh, yang rada mending menurut gue hanya Jin. Christie seharusnya berkulit sawo matang karena asli Brasil, di film ini pemerannya bule. Marshall Law seharusnya berperawakan ramping dan bergerak gesit ala Bruce Lee, di sini nampak terlalu berotot.

Dari segi penampilan jurus-jurusnya, gue curiga pembuat film ini rada ogah-ogahan memvisualisasikan gerakan yang susah-susah. Windmill kick yang jadi jurus andalan Jin nggak keluar samsek, demikian juga dengan tendangan 360 derajatnya Marshall Law.

Akhirnya kalo direkap, film ini kedodoran di cerita, pemerannya kurang pas, pilihan tokohnya kurang mantap, jurusnya kurang mirip… lantas yang mau dia jual apanya, dong?

17 comments


  1. punyaeli said: ngga pernah tau gamenya, langsung nonton filmnya. komentarnya cuma : ceritanya ngga “nggenah”. tiap ketemu bak-buk-bak-buk. selesai.

    kadang abis bakbukbakbuk nggak selesai juga urusannya tuh… spt adegan menjelang kazuya keluar bawa dua kampak itu :-p


  2. arddhe said: sayang Hwoarang, jagoan saya ga muncul…dan Tekken disini emg banyak diambil dari game yang King Of Iron Fist, yang buat PS2

    itulah anehnya. di daftar character IMDB ada nama hwoarang. apa mungkin muncul sekilas di bagian2 awal kali ya.


  3. vjaroz said: alhasil dari sebuah adaptasi yang tokohnya banyak. bingung gimana masukinnya.

    itu juga salah satu faktor yang bikin penulis naskahnya kayak hilang akal, nampaknya 🙂


  4. jalasutra said: kutukan adaptasi movie dari game belom terpatahkan rupanya.. -___-

    iya nih, belum nemu yang bener2 keren. Paling mending adalah silent hill, walaupun belum masuk kategori keren sekali.