journey to the center of the earth

yang menjengkelkan dari film ini bukan karena upayanya untuk bikin penonton percaya bahwa perjalanan ke pusat bumi bisa ditempuh sambil jalan santai tanpa peralatan berat, dan pulangnya bisa nebeng tengkorak T-Rex. Juga bukan karena penggambaran ada tanaman berdaun hijau di tempat yang nggak pernah kena matahari. Atau ada lautan yang berombak di perut bumi yang seharusnya nggak ada angin. Dan bukan cuma angin, tapi ada hujan badai segala. Bukan, bukan karena itu. Toh itu udah jadi bagian dari cerita klasik Jules Verne yang ditulis di abad 19, yang memang cuma berdasarkan fantasi penulis tanpa basis ilmiah yang memadai.

Yang bikin gue terganggu adalah betapa jeleknya kualitas special effect film ini, sehingga adegan naik kereta tambangnya aja ketahuan banget kalo diambil di depan layar hijau dengan ujung-ujung rambut para tokoh nampak terpotong secara sangat nggak rapi. Juga T-Rexnya yang nampak bloon, dan Brendan Frasernya yang tampak lebih bloon lagi.

Kalo dari segi cerita udah nggak masuk logika, aktingnya culun, dan special effectnya asal-asalan, trus apa yang bisa ditonton dari film ini?

17 comments


  1. iya nonton versi 3D nya keren banget…..jauh beda. en btw, kalo udah baca buku classic (yg agak2 tebel dan sedikit membosankan hahahaha…, btw ini pengarang buku yg sama ama travel around the world in 80 days) nya itu bakal beda banget waktu nonton filmnya, bener2 kayanya…dengan pandangan yg berbeda


  2. mbot said: Kalo dari segi cerita udah nggak masuk logika, aktingnya culun, dan special effectnya asal-asalan, trus apa yang bisa ditonton dari film ini?

    ya ga ada, jangan2 ketularan bloon hi hi hi


  3. emang film ini pastinya kelihatan sekali roto antara objek dan bluescreen, emang disengaja ada pemisahan objek, fore & background, karena sebetulnya berformat 3D khusus untuk di theater 3D atau IMAX. film anak-anak 3D memang mengutamakan objek yang bisa terlihat 3D-nya, bukan kehalusan roto ataupun tekstur animasi. contohnya, Spykids 3D.