Iron Man

Akhirnya… setelah trilogi Spiderman, muncul lagi sebuah film berbasis komik yang sukses mengangkat sisi manusiawi karakter pahlawan super.

Alkisah hiduplah Tony Stark (Robert Downey Jr.) seorang pengusaha yang kaya raya dari perdagangan senjata. Digambarkan tokoh Tony Stark ini sebagai sosok flamboyan yang doyan pesta-pesta, main cewek, pokoknya hidup sesuka hati deh. Tapi semuanya berubah waktu dia disandera sama sekelompok teroris. Di situ dia ngeliat langsung betapa berbahayanya senjata-senjata yang dia jual selama ini kalo sampe jatuh ke tangan orang yang salah.

Berkat keahliannya merakit senjata dari peralatan sekedarnya, Tony berhasil meloloskan diri dan insyaf nggak mau jualan senjata lagi. Sebagai gantinya dia memilih jadi pahlawan super bernama Iron Man.

Plotnya utamanya memang sederhana, tapi film ini jadi tontonan yang enak diliat berkat kejelian para penulis skripnya menambahkan elemen-elemen lain ke dalam cerita: ada unsur politik bisnis, bumbu cinta-cintaan dikit, dan nggak lupa sisipan humor dalam porsi yang pas.

Robert Downey Jr. membuktikan bahwa sekalipun terkenal tukang bikin onar di Hollywood sampe bolak-balik keluar masuk penjara, dia juga seorang aktor berbakat. Pernah jadi nominator Oscar di film “Chaplin” dan pernah menang Emmy Award waktu bantuin film “Ally MacBeal”, Bobby bikin karakter Tony Stark jadi lebih bernyawa. Dari Tony yang playboy cunihin di awal film bermetamorfosa jadi Tony yang lebih peduli sesama – walaupun tetap narsis. Gwyneth Paltrow berperan sebagai personal assistant-nya Tony, Pepper Potts. Walaupun gue nggak ngefans sama Gwyneth, tapi di film ini dia berhasil membuat penonton (baca: gue dan seseorang yang duduk di sebelah kanan gue, yang sering ngintil kemanapun gue pergi) jatuh hati pada karakter Pepper – mbak-mbak karyawan yang giat bekerja dan nggak banyak cingcong. Jeff Bridges… ya ampun, gue sampe nggak ngenalin dengan kepala botak dan jenggot papa smurfnya itu. Dia juga bermain bagus sebagai seseorang yang jeli memainkan kartu truf di kancah peperangan bisnis.

Tapi satu yang menurut gue paling pantes dapet acungan jempol banyak dari film ini adalah desain produksinya. Kostum Iron Man yang serba canggih itu keliatannya meyakinkan banget sehingga gue nggak ragu sedikitpun bahwa benda itu betulan bisa terbang. Proses perancangan, mekanisme gerakan, sampe desain H.U.D. (head up display – monitor yang muncul di depan muka si pemakai kostum) ditampilkan detil banget… keren! Nggak heran karena urusan special effect dipegang sama tim ILM – miliknya juragan George Lucas pencipta Star Wars.

Walaupun secara keseluruhan film ini bagus, tetep sih ada beberapa pertanyaan bawel dari gue yaitu:

***AWAS SPOILER***

  1. Waktu disandera, Tony luka parah karena ada beberapa pecahan bom nancep di dadanya. Untuk mencegah pecahan bom itu terbawa aliran darah sampe ke jantung, seorang tawanan lain mengobati Tony dengan memasang sebuah elektro-magnet di dadanya. Pertanyaan gue; emang bisa ya, ngebolongin dada orang untuk masang benda sebesar itu tanpa motong tulang rusuk? Trus kok nggak infeksi, padahal peralatan medisnya serba sederhana?
  2. Elektro-magnetnya kan untuk mencegah biar potongan bom nggak kebawa ke jantung. Trus, kenapa setelah Tony kembali ke peradaban nggak buru-buru minta dikeluarin lewat operasi? Kenapa betah amat make alat itu terus?
  3. Kalo fungsi alat itu sekedar untuk mencegah potongan bom masuk ke jantung, kenapa setiap kali dilepas tony langsung loyo seperti Superman ketemu Kryptonite? Padahal sesuai penjelasan Yinsen, orang yang mengoperasi Tony, prosesnya butuh waktu relatif lama, yaitu beberapa hari.

Kesimpulan akhir, terlepas dari beberapa pertanyaan mengganggu tentang peran si elektro-magnet di dada Tony, ini film yang bagus dalam arti bukan sekedar ngasih tontonan kecanggihan special effect tapi juga punya jalan cerita yang bagus. Walaupun begitu, buat para orang tua gue sarankan jangan ngajak anak-anak yang terlalu kecil karena adegan kekerasannya cukup intens.

Foto gue pinjem dari halaman tentang Iron Man di IMDB

17 comments


  1. bagus sih, cuma kalau nonton dari baris nomor dua dari depan, nomor 3 dari kiri, lumayan pegel dan pusing menentukan ni tokoh ngeliatin siapa sih??? Hehehe… tapi… bagooosss…. – humor-nya Robert Downey Jr yang bikin mantap –


  2. mbot said: Walaupun gue nggak ngefans sama Gwyneth, tapi di film ini dia berhasil membuat penonton (baca: gue dan seseorang yang duduk di sebelah kanan gue, yang sering ngintil kemanapun gue pergi) jatuh hati pada karakter Pepper

    Sama. Aku juga ga terlalu suka sama Gwyneth karena sering maen jadi perempuan yang menurutku rada lemes. Tapi disitu kok yaa manis banget karakternya. Lembut tapi berkarakter kuat :).


  3. myshant said: tuh kan …untung diingetin om agungpadahal Iyog pengen nonton Iron Mantapi keknya emang gak cucok buat anak2 yaapalagi waktu kemaren2 liat trailernya ada adegan ahem2nya 😀

    adegan huhuy nya sih cuma satu scene shant, tapi on overall baik jalan cerita maupun penggarapan lebih condong buat pasar dewasa deh…


  4. kostumnya emang keren banget, jadi pengen :psuamiku seneng banget ama ni pilm, langsung nonton di hari pertama, di megaria mayan cuma 10rbtapi terlalu banyak kekerasan, jadi sering memalingkan muka hi hi

Tinggalkan Balasan