Masih berkaitan dengan rame-rame urusan eksodus di kantor, seorang temen nampak dilanda kebimbangan, bingung memutuskan apakah mau bertahan di kantor sekarang atau menerima tawaran dari perusahaan lain.
“Masalahnya, dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,” kata temen yang tadi itu. Ya pastinya lah… jarang ada pilihan yang alternatifnya 100% bagus vs 100% jelek, kan?
Untuk membantu dia, gue menyarankan pake sebuah teknik pengambilan keputusan yang pernah gue pelajari di kantor yang lama. Alat sederhana ini ada namanya, tapi gue lupa… jadi kita namain aja Matriks Pengambilan Keputusan, ya. Biar nggak pegel ngetik selanjutnya gue singkat jadi MPK.
Dengan bantuan MPK, kita bisa mengambil keputusan secara lebih obyektif, dan relatif lebih gampang. Karena gue pikir MPK ini cukup bermanfaat buat banyak orang, maka gue posting aja sekalian di sini. Supaya lebih jelas, gue sarankan download dulu file attachment-nya, yaitu sebuah file excel yang udah gue isi dengan tabel MPK.
Berikut ini langkah-langkah menggunakan MPK:
- Sebagai ilustrasi, anggap aja kita sekarang lagi berperan sebagai si temen gue yang bingung tadi, yaitu mau memutuskan apakah akan tetap di kantor lama (alternatif 1) atau pindah ke kantor lain (alternatif 2). Langkah pertama yang harus dia lakukan adalah: lupakan semua alternatif yang ada, sebagai gantinya pikir baik2 aspek apa aja yang menurutnya penting. Dalam konteks memilih pekerjaan, misalnya aspek besaran gaji, fasilitas, kesempatan pengembangan karir, dsb dsb. Tulis semua aspek yang menurut kita penting.
- Setelah semua faktor diidentifikasi, kasih bobot dalam skala 1 – 5 untuk menilai seberapa penting aspek tersebut. Skala 1 buat aspek yang menurut kita paling nggak penting, skala 5 untuk aspek yang paling penting.
- Coret / abaikan semua aspek yang skalanya di bawah 3, karena artinya aspek-aspek tersebut nggak terlalu penting untuk diperhitungkan.
- Pindahkan aspek-aspek yang berskala 3 ke atas ke dalam file excel MPK, di tabel “Manfaat” kolom “Aspek”. Masukkan juga skala kepentingannya di kolom “Importance”.
- Berikutnya, baru kasih skor (juga dalam skala 1-5) untuk masing-masing alternatif, di setiap aspek. Skor ini menunjukkan seberapa baik / besar keberadaan aspek itu di setiap alternatif. Misalnya, untuk aspek “pengembangan karir”, alternatif 1 mendapat skor 5 karena organisasinya sedang berkembang pesat, sementara alternatif 2 cuma dapet skor 3 karena organisasinya cenderung statis. Lanjutkan proses penilaian ini sampai semua aspek kebagian skor.
- Kalikan angka di kolom importance dengan skor untuk setiap alternatif. Misalnya, untuk aspek pengembangan karir yang importance-nya 5, temen gue memberikan nilai 5, maka hasil perkaliannya 5 x 5 = 25. Sedangkan untuk alternatif 2 yang skornya cuma 3, hasil perkaliannya 5 x 3= 15. Lanjutkan proses penilaian ini sampai semua aspek kebagian skor. Di file attachment, untuk mengalikannya udah berlangsung otomatis dengan rumus.
- Jumlahkan hasil perkalian skor untuk masing-masing aspek, maka kita akan mendapatkan skor total Manfaat per Alternatif. Selesai? Belum. Kita perlu pikirin juga resiko dari setiap pilihan, kan?
- Sama seperti tadi, lupakan dulu kedua alternatif yang ada dan pikirkan hal-hal buruk yang mungkin bisa menimpa kita berkaitan dengan urusan kerjaan. Misalnya aja soal resiko kena PHK, boss yang culas, suasana kerja gerah, dsb dsb.
- Kasih skor dalam skala 1 – 5 untuk menilai seberapa parah kerugian / damage yang mungkin kita derita bila resiko itu betulan terjadi. Misalnya, aspek ‘resiko PHK’ kita kasih skala 5 karena bila terjadi akan sangat menyulitkan dari segi karir. Teruskan beri penilaian untuk aspek-aspek lainnya.
- Sama seperti tadi, buang semua aspek yang skalanya di bawah 3, terus pindahkan sisanya (skala 3 atau lebih) ke file excel MPK tabel “Resiko”, di kolom “Aspek” dan “Damage”.
- Beri penilaian masing-masing alternatif untuk setiap aspek, dalam hal probabilita / peluang seberapa besar aspek resiko terjadi. Misalnya, untuk aspek ‘resiko PHK’, alternatif 1 mendapat skor 1 yang artinya nyaris nggak mungkin terjadi, sedangkan alternatif 2 mendapat skor 3 karena sempet ada gosip perusahaan yang dimaksud lagi kesulitan keuangan.
- Kalikan angka di kolom ‘Damage’ dengan angka di kolom ‘Probabilita’ untuk setiap alternatif di setiap aspek.
- Jumlahkan hasil perkalian skor untuk masing-masing aspek, maka kita akan menemukan skor total Resiko per Alternatif.
- Kurangkan skor total Manfaat dengan skor total Resiko, maka kita akan punya skor akhir untuk setiap alternatif. Alternatif dengan skor akhir terbesar adalah alternatif terbaik untuk dipilih. Kalo skor akhirnya sama / seri, pilih alternatif yang resikonya terkecil, atau periksa lagi pemberian skornya.
Gue sendiri udah sering pake MPK untuk memutuskan berbagai hal, mulai dari milih tempat kerja sampe milih ponsel. Dari semua teknik pengambilan keputusan, MPK ini termasuk yang paling gampang dan paling fleksibel untuk diterapkan di berbagai bidang. Tapi perlu diinget bahwa MPK juga punya kelemahan, antara lain:
- Besaran informasi yang kita punya harus seimbang. MPK nggak bisa berfungsi kalo kita hanya tau sedikit hal tentang alternatif-alternatif yang ada.
- Penggunaan angka untuk menilai sesuatu yang abstrak kadang bisa menyesatkan. Contohnya, kalo kita kasih skor 5 untuk pengembangan karir di alternatif 1 dan skor 3 untuk alternatif 2, apa bener kesempatan pengembangan karir di alternatif 1 67% lebih besar daripada alternatif 2?
- MPK hanya bisa membantu saat kita menghadapi situasi dilematis, artinya udah tau alternatif-alternatifnya, tapi bingung mau pilih yang mana. Sedangkan saat kita bingung total, nggak tau harus ngapain, nggak punya alternatif sama sekali, MPK nggak bisa diterapkan.
Tapi biar gimanapun, MPK ternyata juga cukup membantu temen gue yang lagi bingung tadi. Mudah-mudahan bermanfaat juga buat kalian.
**kalo mau belajar teknik pengambilan keputusan model lainnya, silakan klik link ini.
minta ijin sedot ya gan.. matur nuwun.. 🙂
mas, saya ikutan ngunduh file mpk nya boleh ya? tks….
hehe.. ngomong2 berapa persen yah bobot untuk intuisi yang kadang gak bisa kita jelasin??
hahahaaa.. kelamaaan bikin tabel-nya.. 😀
hehe.. jadi inget waktu d HRD dulu..karyawan mah kalo mo resign, jarang yang mo mikir sampe kek Mbot gini.. mereka tahunya cuma beda di gaji aja 🙂
wow, mbot… tengkyu banget nih buat mpk-nya…donlot ahh..
Jadi misalnya saat Kayla bertanya, “Bun, aku boleh nginep di rumah si X weekend nanti?” sementara aku udah merencanakan acara piknik bersama dengannya.Dan lalu aku sibuk menyusun tabel untuk mengambil keputusan yang tepat. Setelah tabel selesai disusun dan nilainya keliatan, ternyata Kayla udah on the way ke rumah temennya …
bermanfaat banget nih mas..thanks ya..
hihihi …jadi inget, aspek penting memilih bertahan di kantor lama- gampang minta ijin kalau anak sakit- gampang kabur ke ambasador kalo’ bos miting di luar kantor- punya kubikal pojok yg asoy geboy buat ngenet- satu lantai hanya ada 5 perempuan, yg artinya toilet perempuannya bersih, kering dan selalu ada tisuejadi meskipun gajinya gak gede, males aja mau pindah kantor :))
Wow, postinganya yg sangat NIAT :-pTFS yak Mas, aku bacanya nyicil, keburu mumet liat tabel2, hehehehe :-p
yg sabar ya, riq…
jangan lupa resiko, “dia nyata ga sih?” :p
bisa banget. untuk Manfaat, aspek2nya antara lain:jarak rumahkapasitas / nafsu makankegemaran mengunjungi tempat hiburan mahaluntuk Resiko, aspek2nya antara lain:jumlah kompetitor (antisipasi disamber orang)sikap calon mertua thd perjodohan (antisipasi tiba2 dipaksa kawin sama pilihan orang tua)kecenderungan berubah pikiran
baikla ndro…. makasehh…
ini yang dicari-cari, saat posisi sedang dilema.urusan asmara bisa engga ?:-))
ketik reg spasi ramal kirim ke mbot…
keren!!!!
wahh… telaakkk…! :))))
ini baru postingan bermanfaat..*gag seperti postingan eriq* wakakakakak
tigaaa….ini buat sendiri ya?*bentar lagi pasti rame nih jurnal*
wah, berguna banget nih!TFS Mas 🙂
hebat