Apa sih artinya seorang anak?
Di novel ke dua ini, Ninit mencoba membawa pembacanya melihat dari sudut pandang Tata dan Rahmat, pasangan 30-something yang udah tujuh tahun menikah dan belum juga punya anak. Sebagaimana umunya reaksi orang kalo baca novel ke sekian dari seorang pengarang, maka gue otomatis membandingkan TP dengan “Kok Putusin Gue” (KPG) and here’s my verdict:
- Dari segi teknik penuturan, TP merupakan lompatan jauh ke depan. Cerita mengalir dengan cepat dan efisien, penyisipan humor lebih murah hati dan cerdas. Bab ke bab diceritakan dari sudut pandang suami dan istri secara bergantian, bikin pembaca ingin cepet2 membalik halaman.
- Fluktuasi emosi lebih tajam. Di bagian2 tertentu pembaca diajak terharu-biru menyelami perasaan seorang istri yang mengidam-idamkan kehadiran anak, di bagian lain ketawa-ketawa sendiri baca nama2 ajaib para tokoh yang mengingatkan pada nama2 tokoh komik Asterix, atau kehadiran tokoh berkepribadian konyol dan basi sebagai penyegar – trademarknya novel2 Ninit dan Adit.
- Penokohan karakternya lebih fokus dan kuat. Setelah tutup buku, gue yakin para pembaca akan mampu menjawab pertanyaan “Si Tata / Akang tuh orangnya gimana sih?” .
- Buat yang sering baca blognya Adit dan Ninit akan menemukan buku ini lebih personal dari KPG. Ada beberapa adegan yang mengingatkan pembaca pada pengalaman mereka yang pernah ditulis di sana.
- Aspek KPG yang kembali muncul di buku ini: pengemasan situasi sedemikian rupa sehingga pembaca berpikir ‘gue juga suka gitu tuh’ atau ‘gue kenal tuh orang yang kaya gitu’.
Secara umum, buku ini merupakan improvement bagi Ninit. Gue nggak akan heran kalo setelah baca buku ini, pasangan2 yang lagi ingin, nggak ingin punya, udah punya, atau pernah punya anak akan merenungkan kembali makna seorang anak.
Dan buat yang mempertanyakan obyektivitas gue dalam menulis review ini; memang gue akui kalo bukan Ninit yang nulis nggak akan gue tertarik beli novel dengan judul alat tes kehamilan. Tapi insya Allah, rasanya sih, penilaian2 yang gue tulis setelah baca bukunya adalah obyektif. This book’s worthed to read. And buy, of course. Sekalipun dengan penuh perjuangan.
okay..thx yaa..mending cari di gramed matraman aja kli yee..tp jgn sore2..macet abis *inget cerita nya ida* hehehe ;D
kalo gitu pasti elo akan suka dengan novel ini:-)
trus gimana, ok kan?
kudu! 🙂 tapi nyarinya jgn di ambas ya, di sana belum ada.
sama2 nit 🙂
agung & ida… thanks banget yaaa atas reviewnya… apalagi beli buku itu penuh perjuangan 🙂 thanks a looooooooooooooot
wah..kudu beli ney… ;)pastinya lutu abis seperti novel sblmnya..thx for info.. 😉
Cukup 3 hari, novel ini kelar dibaca ya.. mpe ketiduran sambil meluk test pack.. hwehwe
bagian yg paling gue suka dr sebuah novell tuh, ngebayangin para tokohnya di dunia nyata, dan ngerasa dah kenal aja … :))