Dalam kurun waktu seminggu terakhir, 2 kejadian melintas di sekitar gue.
Kejadian pertama berskala nasional, tentang dua anak muda yang konon putus hubungan secara nggak baik, dan bikin kata ‘ghosting‘ jadi trending topic di Twitter. Kenapa pake konon, karena kita belum (dan mungkin nggak perlu, karena bukan urusan kita) denger cerita lengkap dari kedua belah pihak, jadi apakah beneran terjadi ghosting atau enggak biarin aja hanya mereka yang tau.
Kejadian kedua terjadi dalam lingkup lebih kecil, tentang seorang kenalan yang lagi mencoba memperkarakan perusahaan tempat kerjanya karena, menurut dia, udah merampas hak kerjanya secara tidak sah.
Kedua kejadian ini mengingatkan gue pada sebuah cerita pendek yang judul aslinya “The Monkey’s Paw”, karya W.W. Jacobs yang terbit tahun 1902. Gue baca terjemahannya dalam bentuk sisipan majalah Femina dengan judul “Cakar Monyet”, lupa tahun berapa, yang jelas berhasil bikin gue susah tidur beberapa hari sesudahnya.
Begini ceritanya:
Ringkasan Cerita “Cakar Monyet”
Alkisah hiduplah sepasang suami istri bernama Mr. dan Mrs. White serta anak mereka Herbert. Suatu malam, mereka kedatangan tamu bernama Sersan Mayor Morris, yang baru pulang bertugas dari India (di literatur era itu, pokoknya segala hal yang aneh-aneh selalu dibawa oleh seorang Sersan Mayor atau Mayor dari India. Cek karya-karya Agatha Christie kalo nggak percaya). Sehabis makan malam, Morris menunjukkan sebuah jimat berupa cakar monyet yang udah dikeringkan, yang dia dapat dari seorang fakir. Morris bilang, bahwa jimat cakar monyet ini mampu mengabulkan 3 permintaan, namun masing-masing disertai dengan konsekuensi yang mengerikan. Karena udah kapok merasakan konsekuensi itu, Morris bermaksud memusnahkan jimat cakar monyet dengan cara melemparkannya ke perapian.
Karena penasaran, Mr. White menyelamatkan jimat cakar monyet dari api, dan malah iseng-iseng ingin nyoba khasiatnya, apa bener bisa mengabulkan 3 permintaan. Atas usul Herbert, Mr. White mengajukan permintaan pertamanya, yaitu duit sebesar £200. Jumlah ini cukup untuk melunasi cicilan terakhir rumah mereka.
Setelah permintaan diucapkan, nggak terjadi apa-apa, dan Mr. White berpikir khasiat jimat cakar monyet cuma hoaks.
Besoknya, Herbert si anak semata wayang Mr. White berangkat kerja di sebuah pabrik. Kalau kata media online +62 , “nggak ada firasat apa-apa”, tapi sorenya Mr.White dapet kabar dari tempat kerja anaknya: Herbert mengalami kecelakaan dan tewas dalam keadaan termutilasi. Sebagai tanda simpati, perusahaan mengirimkan uang duka sebesar… £200. Terbukti sudah tuah jimat cakar monyet, permintaan £200 dipenuhi, tapi ditukar dengan nyawa Herbert.
Mrs. White menyalahkan suaminya atas kejadian ini. Seminggu setelah kematian Herbert, Mrs. White akhirnya mendesak suaminya untuk mengajukan permintaan kedua kepada jimat cakar monyet: mengembalikan Herbert. Mr. White sebenernya agak segen mengabulkan permintaan istrinya ini karena 2 faktor yaitu:
- Herbert tewas dalam keadaan termutilasi
- Herbert udah seminggu dikubur
Maksud Mr. White, yah… anak sih anak, tapi kalo dalam keadaan termutilasi, dan udah seminggu dikubur, mungkin kondisinya bikin agak males-males gimanaaa gitu. Tapi tahu sendiri istri kalo udah rewel kayak apa, dan akhirnya Mr. White menyerah: mengajukan permintaan kedua untuk mengembalikan Herbert ke tengah-tengah mereka.
Kira-kira sejam kemudian terdengar ketukan di pintu. Mrs. White bergegas ingin membukakan, tapi Mr. White mencegah. Mereka bersitegang, sementara ketukan terus terdengar. Mrs. White akhirnya berhasil meloloskan diri dari hadangan suaminya, dan segera berlari menuju pintu, tapi saat itu Mr. White berhasil mengajukan permintaan ketiga kepada jimat cakar monyet: mengembalikan Herbert ke tempat yang seharusnya.
Saat Mrs. White berhasil mencapai pintu, nggak ada siapa-siapa di luar…
Yang Gue Kagumi dari Cerita Ini
Cerita ini super jenius menurut gue karena tanpa memunculkan monster yang aneh-aneh udah berhasil menciptakan suasana merinding buat pembacanya. Kalo penasaran dengan cerita aslinya, bisa klik di sini, tapi kali ini gue bukan lagi mau nge-review cerita.
Dua kejadian yang gue tulis di awal posting ini, mengingatkan gue pada Mrs. White saat mengajukan permintaan kedua.
Saat kehilangan sesuatu, kadang kita suka berpikir terlalu sederhana: memaknai kehilangan seseorang secara fisik, lantas mengambil solusi untuk mengembalikan fisiknya.
Pasangan pergi karena udah memilih orang lain, dikejar. Diseret pulang. Dimonitor ketat, biar nggak pergi lagi. Iya, fisiknya pulang, tapi di mana hati dan jiwanya, apakah iktu pulang bersama fisiknya? Belum tentu.
Kehilangan pekerjaan karena atasan udah nggak menaruh kepercayaan/penghargaan kepada kita, lalu kita menuntut lewat segala jalur agar pekerjaan itu dikembalikan. Mungkin dengan suatu trik tertentu, pekerjaan itu bisa kembali. Tapi apakah disertai dengan kepercayaan/penghargaan dari lingkungan kerja kita? Belum tentu.
Anak main sama orang-orang yang nggak kita sukai, lantas kita gerebek tongkrongannya, kita seret pulang, kita kurung di kamar. Fisiknya ada di kamar, tapi rasa betahnya di rumah, rasa hormatnya kepada kita, belum tentu ikutan ada di sana.
Seperti permintaan kedua kepada jimat cakar monyet, kadang kita mencoba mengembalikan sesuatu yang sebenernya nggak akan mungkin bisa kembali. Memaksakan agar sesuatu itu tetap ada hanya menyiksa semua pihak yang terlibat.
Sampai akhirnya kita sadar bahwa jalan terbaik adalah mengajukan permintaan ketiga: ikhlas dan mengembalikan segala sesuatu di tempatnya yang baru. Sekalipun mungkin tempat itu nggak sesuai dengan keinginan kita.
Lalu melempar jimat cakar monyet ke dalam api.
Ceritanya sungguh menarik, kisah klasik, ya.. jadi pengen baca deh, mas. Kebetulan saya suka sekali novel-novel Agatha Christie… Suami saya punya koleksinya lengkap. Jadi selama ini saya cukup dimanjakan dengan novel-novel Agatha Christie yang belum habis saya lalap semuanya.
Saya setuju itu dalam memahami hikmah dari cerita novel tersebut, saat menginginkan sesuatu tapi kita tidak bisa mengontrolnya. Mungkin kita bisa mendapatkan secara fisiknya tapi tidak jiwanya atau esensinya percuma.
Nah bener kan, selalu digambarkan tokoh2 Mayor dr India bawa hal2/cerita2 misterius 😀