Nonton seminar bisnis dalam kemasan showbiz ala Oriflame.
Baca episode pertama rangkaian posting Oriflame Gold Cruise 2017 di sini
Masih Selasa, 26 September 2017
Sejak masih di Jakarta, tujuan yang diidam-idamkan Ida kalo udah nyampe ke Athena adalah Akropolis, situs sejarah kebudayaan Yunani. Dan seperti biasa, kami nggak ingin mencapai tempat itu dengan naik taksi. Kurang seru, karena pasti nyampe. Di kota yang baru kami kunjungi, kami suka nyoba-nyoba angkutan umum yang pake rute, karena dengan demikian bisa punya pengalaman lebih banyak dan lebih seru karena ada faktor ketidakpastiannya.

Andalan utama pemandu arah tentunya Google Maps. Buka Google Maps, dikasih tau trayek bis yang harus diambil untuk mencapai Akropolis adalah trayek B2. Tapi di mana nunggunya? Petunjuk-petunjuk arah semuanya pake aksara Yunani yang berhuruf keriting itu, bikin kami buta huruf mendadak.


Giliran yang ada bahasa Inggrisnya malah iklan burger… ck!
Sempet nanya sekumpulan polisi, tapi mereka ngaku nggak ngerti soal trayek-trayek bis. Akhirnya asal aja nyeberang jalan dan mendekat ke sebuah halte bis.
Ada petunjuk digital yang memuat jadwal bus-bus yang akan lewat, tapi nggak tercantum bus B2. Adanya malah B1.


Gue coba nanya ke dua orang nenek-nenek yang sama-sama lagi nunggu di halte, tapi mereka sama sekali nggak bisa bahasa Inggris walaupun dari gesturnya nampak ingin membantu. Untung gue teringat jurus andalan yang dulu pernah gue coba waktu ketemu turis-turis Jepang nyasar di Bali, Google Translate!
Caranya, gue ketik yang mau gue tanyain di Google Translate, pencet “Translate”, trus keluar deh terjemahannya dalam bahasa Yunani, dalam bentuk tulisan dan audio. Terjemahannya gue kasih liat ke kedua nenek itu, lalu mereka jawab secara lisan dalam bahasa Yunani, yang langsung muncul terjemahannya di Google Translate. Lumayan membantu!
Pertanyaan pertama gue, “Berapa harga tiket bus?”
Mereka jawab, “1,5 euro”
Gue tanya lagi, “Di mana bayarnya?”
Mereka jawab, “Di bis”
Sekitar setengah jam nunggu, datanglah bis B2. Bisnya bis gandeng seperti Transjakarta.

Mengandalkan keterangan dari kedua nenek tadi, gue berharap di bis akan ada seorang mas-mas Yunani kecrek-kecrekin koin minta ongkos. Ternyata nggak ada. Opsi kedua, gue cari sejenis kotak celengan untuk masukin ongkos, nggak ada juga.
Akhirnya gue tanya ke seorang mbak-mbak.
“Excuse me, where can I pay for this bus ride?”
“You can buy the tickets in Metro Station.”
“Do you mean I have to buy the ticket before I get on the bus?”
“Yes.”
Wah, kedua nenek tadi menyesatkan nih. Gue dan Ida jadi penumpang gelap deh, naik bus kagak bayar.

Kami turun di halte yang ditunjuk oleh Google Maps, trus nerusin jalan kaki. Udah sore, jadi cuacanya udah nggak terlalu panas. Kami ngelewatin kawasan pertokoan lama, mungkin kalo di Jakarta sejenis Glodok kali ya. Banyak banget toko yang tutup, atau kalaupun buka nampak sepi berdebu. Mungkin dampak pelambatan ekonomi Yunani kali ya.

Walaupun udah nggak terlalu panas, tapi tetep aja jalan segitu jauh bikin haus. Di sebuah toko mampir untuk beli minum, tapi malah nemu es krim Mars ini. Selama ini baru nyobain coklatnya, baru tau ternyata ada versi es krimnya juga.


Harganya 2 euro (Rp32 ribu). Semoga kalo kelak masuk Indonesia harganya gak segitu ya.
Di toko souvenir sempet nemu binatang ajaib ini:

Makin mendekat ke lokasi Acropolis, makin banyak burung merpati berkeliaran. Ida berhenti sebentar, berbagi roti jatah konsumsi Business Rally tadi.

Banyak abang-abang jualan jagung bakar juga, tapi jagungnya 2 euro satunya. Lain kali ya Bang, belum sengidam itu makan jagung bakar sampe rela bayar Rp32 ribu.
Setelah melewati jalan melingkar yang agak menanjak, akhirnya nemu petunjuk jalan yang membahagiakan banget:

Hore, berhasil sampe Akropolis!
Di posting berikutnya kita akan menjelajahi Akropolis.

Tinggalkan Balasan ke OGC 2017: Nonton CEO Keringetan di Business Rally, Athena (10) | (new) Mbot's HQ Batalkan balasan