Entah udah berapa tahun lewat sejak gue ngakak sepuas ini gara-gara nonton film Indonesia.

“Comic 8” bercerita tentang 8 perampok bank yang ‘kebetulan’ merampok bank yang sama di hari yang sama. ‘Kebetulan’? Huh, kedengerannya kayak tipikal film Indonesia banget, ya?

Entar dulu.

Secara bertahap film ini akan ngasih penjelasan tentang kebetulan-kebetulan tersebut. Penjelasan di akhir film  melebihi ekspektasi gue dari sebuah film komedi gila-gilaan begini.  Poin positif film ini adalah fleksibilitasnya mencoba berbagai jurus komedi. Mulai dari penerapan logika absurd, plesetan kata, komedi situasi, impersonate bahkan slapstick pun ada.

Film ini dibintangi para komika jebolan ajang Stand Up Comedy Kompas TV dan para langganan pengisi acara Stand Up Comedy Metro TV: Mongol, Mudy Taylor, Ernest Prakasa, Kemal Palevi, Bintang Timur, Babe Cabita, Fico Fachriza, dan Arie Kriting. Jumlah pemain sebanyak ini sebenernya berisiko buat penulis naskah, biar masing-masing kebagian porsi layar secara wajar tanpa terkesan maksa. Untung runutan ceritanya cukup berhasil merangkai kehadiran mereka, walau tetap terlihat adanya ketimpangan kualitas komedi masing-masing pemain. Kalo gue disuruh jadi milih pemeran film ini, ada 3-4 komika lain yang menurut gue akan lebih seru.

Selain pemeran utamanya yang udah cukup banyak, film ini juga dimeriahkan sederet cameo. Favorit gue adalah kemunculan Kiki Fatmala yang ‘pas’ banget dengan perannya. Ence Bagus, langganan pemeran satpam, supir, pembantu, dan sejenisnya, di film ini sukses berat membawakan peran spesialisasinya tersebut. Keren banget.

Kemunculan Pandji, entah karena jatah skenarionya kurang mendukung atau ada faktor lain, di film ini nampak datar dan kurang berkontribusi terhadap frekuensi ngakak gue. Sementara Agung Hercules terasa agak mubazir, dan Nikita Mirzani rada bikin film ini nampak beberapa persen lebih murahan dari seharusnya.  Justru Candil yang di luar dugaan malah sukses beberapa kali menyentil saklar geli.

Secara umum film ini sangat kocak dan menghibur, jauh di atas rata-rata film komedi Indonesia lainnya. Walaupun begitu, masih ada beberapa bagian yang terasa ‘kendor’, misalnya:

• adegan pengepungan dan tembak-tembakan dengan polisi. Terasa agak kelamaan dan nggak realistis, karena polisinya nampak bego banget nembak para perampok di tempat terbuka gitu nggak ada yang kena.  Akan lebih seru kalo polisinya digambarkan lumayan cerdas menyusun strategi penyerangan sehingga penonton ikut tegang takut para perampok bloon itu ketangkep.
• adegan-adegan yang menampilkan Pandji, Agung Hercules, dan Nikita Mirzani. Tanggung banget lucunya.
• adegan kejar-kejaran mobil juga terasa molor banget.

Mudah-mudahan sequelnya (yang pasti akan segera dibuat) bisa lebih rapi dari film ini. Oh iya, jangan buru-buru keluar setelah film selesai, ada kejutan di credit titlenya!

Untuk baca review film gue yang terbaru, silakan mampir ke blog nontondeh.blogspot.com