
Bertahun-tahun gue ngecap di blog ini tentang film, ngomentarin suatu film kurang ini atau kurang itu, harusnya begini dan kenapa kok begitu, padahal pengetahuan tentang film masih nol. Itulah alasan kenapa gue tertarik banget dengan program @america yang satu ini: Filmmaking Workshop bersama Monty Tiwa.
Buat yang belum tahu, @america yang berlokasi di Pacific Place lantai 3 ini adalah sebuah pusat kebudayaan yang (kayaknya) didanai oleh pemerintah Amerika. Secara rutin mereka bikin aneka acara yang bagus-bagus. Ada hiburan, ada juga yang berbagi pengetahuan. Dulu gue pernah ngajak Rafi waktu acaranya shooting serial ‘Jalan Sesama’ (versi lokal Sesame Street). Setau gue semua programnya gratis. Kalo mau tau lebih banyak, bisa cek di situs resminya.
Monty Tiwa adalah orang serba bisa yang pernah jadi penulis naskah, editor, sutradara, produser, bahkan penulis soundtrack. Karya terbarunya sebagai sutradara adalah Test Pack. Dalam workshop ini, dia akan menceritakan secara ringkas proses pembuatan film dari awal sampai akhir, dibagi dalam 4 pertemuan.
Sesuai dengan motto gue dalam ngeblog yaitu: “berbagi segala hal yang menarik dan / atau berguna” – maka berikut ini hasil rangkuman sesi pertama. Mudah-mudahan menarik dan bermanfaat buat kalian para penggemar film.
Naskah: Jantung Sebuah Film
Monty membuka workshop dengan menjelaskan bahwa dari 4 kali pertemuan yang akan dilakukan, 2 di antaranya akan khusus membahas tentang penulisan naskah. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran sebuah naskah dalam film. Pengibaratan yang dibuat oleh Monty:
“Naskah itu jantung sebuah film. Bikin film tanpa naskah yang bagus, ibarat seorang koki Masterchef disuruh masak dengan bahan baku nasi pera. Hasilnya nggak akan enak.”
Dalam sesi tanya jawab, gue dapet kesempatan nanya, “Kalau seorang sutradara dapet naskah jelek, seberapa jauh kewenangan dia untuk mengubah naskah tersebut? Boleh nggak sutradara merombak total naskah?”
Monty menjawab, “Kalau pertanyaannya ‘boleh’ atau ‘nggak boleh’, jawabannya ‘boleh-boleh aja’. Sutradara sering dijuluki ‘The Little God’ – Tuhan kecil. Dia berkuasa penuh menentukan hasil akhir sebuah film. Tapi namanya manusia, kalo disuruh jadi Tuhan pasti yang bermain kemudian adalah ego. Buat apa ada penulis naskah kalau naskahnya lantas diacak-acak oleh sutradara? Kalau memang dari awal sutradara nggak sreg dengan naskahnya, ya jangan mau kerjain proyek film itu, daripada nanti di tengah jalan pekong (pecah kongsi).
Lagipula, penulis naskah dan sutradara berpikir dari arah yang berbeda. Penulis naskah fokus pada aspek verbal, sutradara pada aspek visual. Akan lebih baik kalau kedua aspek ini dikerjakan oleh 2 orang yang berbeda, agar saling melengkapi.”
Ternyata naskah film punya struktur baku. Klik angka 2 berikut kalo mau tau!

Tinggalkan Balasan ke vinarevi Batalkan balasan