Do You Remember Your Pager?
Tadi siang iseng-iseng nyamber twitnya salah satu situs berita tentang mahluk-mahluk yang punah secara masal ketika salah satu temen gue nyamber balik dengan:
Pager. Kgn mas/ mbak yg nanya “pesannya apa…?” RT @mbot: Sepatu doc mart jg “@tempodotco: Dinosaurus Bukan Satu-satunya yg Punah Massal
— dewi umaya rachman (@dewiumaya) September 12, 2012
Langsung deh terkenang-kenang dengan ikon era 90-an ini.
Apa, nggak tahu apa itu pager?
Baiklah, Oom akan ceritakan.
Lebih dari 20 tahun yang lalu, saat orang-orang bepergian cukup dengan bawa dompet, saat nggak nemu colokan listrik bukanlah kiamat, dan saat orang kalo mau motret harus beli film dulu, tersebutlah sebuah alat komunikasi bernama pager. Dibacanya pejer, ya. Bukan, ini bukan yang dipasang di halaman. Kurang lebih begini bentuknya:

Cara kerjanya sebagai berikut:
- Setiap pager dijual dengan nomor ID tertentu. ID pager Skytel gue dulu adalah 8024973. Nomor ini melekat dengan alatnya, hanya bisa diganti oleh teknisi operator atas permintaan khusus.
- Kalo lu mau menghubungi pemilik pager, pertama-tama lu telepon operator pagernya, sebutkan ID yang lu tuju, sebutkan pesannya, dan terakhir sebutkan siapa pengirimnya.
Dengan proses pengiriman pesan yang kayak gitu, berkomunikasi lewat pager jadi punya sisi-sisi yang kadang seru, kadang lucu, kadang ngeselin juga. Ini beberapa di antaranya;
Penyalahgunaan Pager: Pesan Masa Depan
Nggak semua pesan yang kita sampein ke operator langsung dikirimkan. Kita bisa minta operator untuk mengirimkannya di jam yang kita tentukan. Fitur ini mungkin dimaksudkan untuk pengingat, tapi praktiknya malah sering diselewengkan.
Masalahnya gini:
Tahun segitu, pager adalah simbol status. Pager dengan layar 4 baris, misalnya, akan jauh lebih eksis daripada yang 1 baris. Tapi percuma punya pager kalo nggak pernah bunyi. Artinya punya pager aja nggak cukup. Lu harus punya pager DAN pagernya sering bunyi, itu baru namanya gaul.
Cara mengakalinya:
- Sekitar 1-2 jam sebelum nongkrong sama temen-temen lu, kirimkan pesan sebanyak-banyaknya ke pager lu sendiri tapi dengan perintah pengiriman tunda 1 jam ke depan.
- Nongkong bareng temen-temen lu
- Pura-pura kaget saat pager bunyi. Boleh tambahkan sedikit ekspresi kesal karena merasa terganggu dengan pager yang TERLALU SERING bunyi.
Penyalahgunaan Pager: Sebagai Papan Pengumuman
Selain ID, para pemilik pager juga punya password. Gunanya untuk mengecek pesan yang masuk ke ID kita dengan bantuan operator. Jadi kita tinggal telepon ke operator, sebutkan ID, sebutkan password, terus minta dibacain 10 pesan terakhir yang masuk.
Suatu hari, seorang koordinator mata kuliah ngomong di depan kelas,
“Temen-temen, tadi bu dosen titip pesan, besok nggak bisa ngajar. Tapi, akan ada tugas yang harus dikumpulin besok. Gue belum tau detil tugasnya gimana, katanya dia akan ngabarin lagi sore ini. Biar kalian nggak ketinggalan berita, kalian cek aja pager gue. Nusapage ID 12345, passwordnya ABCD.”
Tentu aja mulai sore itu puluhan orang yang ikutan mata kuliah itu pada rame-rame nelepon nomer pager sang koordinator. Akibatnya sang operator harus bacain 10 pesan yang sama berpuluh-puluh kali. Memang operatornya ada banyak, tapi peserta mata kuliahnya lebih banyak lagi! Akhirnya operatornya ngamuk-ngamuk, “Ini apa-apaan sih, dari tadi kok banyak banget yang nelepon minta bacain pesan? Saya kerjanya ngirim pesan Mas, bukan bacain!”
Penyalahgunaan Pager: Sebagai Sarana Secret Admirer
Karena identitas pengirim pager cuma tergantung pada pengakuan si penelepon doang, maka pager bisa banget jadi sarana secret admirer. Yang lu butuhin cuma ID pager target lu, dan lu bebas ngirim pesan-pesan rahasia dengan nama pengirim samaran, misalnya:
[SELAMAT PAGI, KAMU. HAVE A NICE DAY YA – AKU YG SELALU MENYAYANGIMU]
[UDAH WAKTUNYA MAKAN SIANG LHO! MAEM DULU GIH SANA – CINTAMU]
[KAMU JADI ORANG KOK GANTENG BANGET SIH! – JONI BREWOK]
Tapi dari semuanya, nggak ada yang ngalahin sensasi berurusan dengan mahluk-mahluk tengil bernama operator!
Operator Rese
Kerjaan operator pager itu pastilah ngebosenin banget. Nerima telepon, dengerin orang ngediktein pesan, ngetik, kirim. Mungkin karena bete, kadang mereka suka iseng, bahkan nyebelin. Beberapa bentuk keisengan operator pager antara lain:
Kepo
Tipe ini kayaknya mendambakan temen ngobrol, apa daya yang dia dapat setiap hari cuma komunikasi satu arah. Kalo nemu pelanggan yang setipe, bisa terjadi dialog seperti ini nih:
Operator: “Selamat malam dengan Nusapage, untuk nomor ID berapa?”
Penelepon: “12345”
Operator: “OK silakan pesannya.”
Penelepon: “Pesannya: gue baru nyampe rumah, makasih ya buat traktirannya. Dari Nina.”
Operator: “Emang abis ditraktir di mana sih Nin?”
Penelepon: “Di mall dong!”
Operator: “Ih asiknya. Trus sekarang mau pergi lagi atau di rumah aja nih?”
…dst.
Mr. Google
Operator tipe ini mungkin maksudnya baik: memberikan pelayanan lebih. Masalahnya, kita nggak nanya sama dia!
Operator: “Selamat malam dengan Starko, untuk nomor ID berapa?”
Penelepon: “12345”
Operator: “OK silakan pesannya.”
Penelepon: “Pesannya: baru mau pulang sekarang. Pasar Minggu Raya macet nggak?”
Operator: “Macet, mas.”
Penelepon; “Sori?”
Operator: “Pasar Minggu Raya macet. Saya barusan abis lewat situ. Baru ganti shift ini.”
Penelepon: “Saya nggak nanya sama situ Mas. Udah kirim aja.”
Operator: “Tapi beneran lho ini Mas. Macet.”
Komentator
Ini tipe operator pager yang semangat partisipasinya gede banget. Dia nggak ingin cuma jadi pengetik pesan, dia ingin jadi BAGIAN dari pesan tersebut.
Operator: “Selamat malam dengan Nusapage, untuk nomor ID berapa?”
Penelepon: “12345”
Operator: “OK silakan pesannya.”
Penelepon: “Pesannya: aku tahu aku salah. Tapi tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan.”
Operator: “Cie, abis marahan ni ye.”
Peringkas
Operator tipe ini kayaknya emang bawaannya males ngetik. Entah kesambet apa dia sehingga memutuskan untuk kerja di posisi yang 99% tugasnya adalah ngetik.
Operator: “Selamat malam dengan Skytel, untuk nomor ID berapa?”
Penelepon: “12345”
Operator: “OK silakan pesannya.”
Penelepon: “Sori gue masih ada bimbingan di kampus. Kalo udah mau jalan, duluan aja. Nanti kalo bisa, gue langsung nyusul ke bioskop.”
Pesan yang terkirim: [SORI GUE NGGAK JADI IKUT]
Sebagai penutup, mari kita kenang eksistensi pager lewat video klip berikut:
Jadi, apa pengalaman berkesan lu dengan pager?

Tinggalkan Balasan ke Riza Firli Batalkan balasan