The Dark Knight Rises

Published by

on


Film yang mengambil setting 8 tahun sejak The Dark Knight ini menceritakan Batman yang udah mengundurkan diri dari urusan persuperheroan. Bukan cuma Batman-nya, tapi Bruce Wayne-nya juga menutup diri dari pergaulan. Gotham City damai tenteram sampe Komisaris Gordon bilang, “kalo keadaannya begini terus, lama-lama tugas polisi adalah nagihin buku yang telat dikembaliin dari perpustakaan.”

Tapi kemudian muncullah Bane (Tom Hardy), penjahat super sadis yang kesadisannya dimunculin sejak awal film. Bane punya rencana besar untuk menghancurleburkan kota Gotham. Dan, menurut gue, di sinilah masalah buat gue, sebagai penonton, dimulai.

Maksud gue gini:

Setiap superhero punya musuh yang lebih kuat dari dia, itu udah jadi rumus baku. Misalnya, di film The Amazing Spider-Man: digambarkan kekuatan The Lizard lebih besar dari Spiderman. Badannya lebih gede, cakarnya maut, dan kalo tangannya putus bisa numbuh lagi. Pas Spider-Man berantem lawan The Lizard, penonton harap-harap cemas ingin tau gimana caranya Spiderman ngalahin musuhnya, karena di atas kertas The Lizard lebih unggul dari Spider-Man. Bayangin kalo The Lizard ini kurus kering, kena tonjok sekali pingsan, atau kalo kaget latah, penonton nggak akan tertarik nonton berlama-lama. Tapi sebaliknya, kalo The Lizard digambarkan segede Godzilla, tingginya 60 meter, kebal peluru dan bisa nyemburin api dari mulutnya, juga nggak akan seru. Selisih kekuatannya kejauhan, dan nggak banyak yang bisa dilakukan Spider-Man untuk ngelawan musuh sedahsyat itu. Kalopun menang, pasti berkat campur tangan pihak-pihak lain yang ngebantuin Spider-Man.

Dan itu adalah yang pertama kali terlintas di benak gue saat ngeliat skala kerusakan yang ditimbulkan oleh Bane.

Bane bikin kerusuhan yang melibatkan ribuan napi, banyak bom, teror, dan pada saat yang bersamaan juga memerangkap pasukan polisi sehingga nggak bisa bergerak. Kekacauan sebesar itu rasanya nggak mungkin diberesin sendirian oleh si Batman yang nggak punya kekuatan super – terlalu jomplang. Batman butuh banyak bantuan untuk mengatasinya. Artinya, peran Batman dalam menyelesaikan problem ini nggak akan terlalu besar. Terus, ngapain juga harus ada dia?

Andaikan ini bukan film Batman, melainkan film action biasa, mungkin gue nggak akan serewel ini. Ceritanya dibangun kuat, plotnya berlapis, dan menyediakan banyak kejutan. Tapi masalahnya ini film Batman, dan udah film ke tigas di tangan sutradara yang sama. Konsekuensinya

  1. Penggemar Batman ingin tokoh ini tampil heroik, kelihatan jagonya, sementara di film ini yang menonjol malah gotong royongnya. Nggak ketemu.
  2. Penggemar Batman yang apal dengan silsilah tokoh-tokoh di sekitar Batman akan dengan mudah menebak siapa identitas orang-orang baru yang bermunculan di film ini. Kejutannya akan mudah ketebak.
  3. Kalopun nggak terlalu kenal dengan tokoh-tokoh pendamping Batman, penonton film Batman versi Nolan sejak awal pasti apal dengan kebiasaannya menyajikan tokoh-tokoh penuh pengkhianatan. Tokoh yang kelihatan terlalu baik di awal film, pasti belakangan akan ketahuan belangnya. Eh di film ini pola yang sama juga diulang lagi. Ini juga merusak kejutan yang coba dibangun oleh film ini.

Tiga konsekuensi tadi, bagi gue, bikin film selama nyaris 3 jam ini ngebosenin banget. Maksud gue: woy, gue ingin nonton Batman si superhero, kenapa yang nongol aki-aki pasien radang sendi gini? Nggak asik banget. Dan si Bane: rasanya nggak cukup kuat penjelasan mengapa dia harus pake topeng aneh itu. Mana topeng itu bikin suaranya jadi nggak jelas kayak orang ngomong sambil ngemut pel. Kayaknya Nolan mencoba mengemas Bane sebagai sosok penjahat yang jauh lebih serem dan berbahaya daripada The Joker, tapi nggak terlalu berhasil deh. Masih lebih ajaib The Joker, yang ngomong biasa aja bikin penonton mikir ‘ni orang freak mampus’. Catwomannya lumayan. Anne Hathaway dengan image gadis lugunya ternyata cukup berhasil berubah jadi cewek sexy yang berbahaya. Keren, lah.

Tapi tetep aja sih: pas keluar bioskop gue masih terkenang-kenang betapa serunya film The Amazing Spider-Man…

 

12 tanggapan untuk “The Dark Knight Rises”

  1. duabadai Avatar

    oke, review yg berbeda, but believe me, I trust you in this, hehe 🙂

    Suka

  2. intan0812 Avatar

    jadi penasaran nonton dua2nya

    Suka

  3. wishknew Avatar

    Keknya definisi superhero buat Nolan adalah sehumanis-humanisnya. Semakin kayak manusia biasa semakin dia suka. Karena ada sisi superhero dari setiap kita. Beda ama Avengers yg makin hebad makin seru. Like this a lot.

    Suka

  4. sepunten Avatar

    kacak ending reportasinya :))film berbiaya 2,4T ini rupanya belum memuaskanbanyak orang y

    Suka

  5. vjaroz Avatar

    et dah tiga jam? tapi ngga ada joget2 di pohon kan?

    Suka

  6. wikan Avatar

    ada kaitannya gak dengan penembakan beneran di colorado ya mbot?

    Suka

  7. remangsenja Avatar

    Oooo ini toh yg pd no mention.. *ngikik..Baiklah liat spiderman dulu deh..

    Suka

  8. dianmardi Avatar

    Setuju, The Amazing Spiderman emang kuereeennnn…tapi, abis baca review ini saya jadi makin penasaran sama TDKR ini, soalnya banyak review juga yang bilang kalo TDKR ini amazing juga…anyway, terimakasih reviewnya yaaa

    Suka

  9. myshant Avatar

    hampir 3 jam ?cocoknya ditonton siang2 pas puasa, gak bakal kepotong adegan keluar studio pengen pipis 😀

    Suka

  10. nanabiroe Avatar

    Jadi pengen nonton The Amazing Spiderman.

    Suka

  11. blogsikathabis Avatar

    kl yg dulu pmeran jokernya sampe oit bnran lbh bgs dr ini ya?

    Suka

  12. masfathin Avatar

    Sepanjang nonton juga aku masih kebayang kegilaan Joker di film dahulu. Lebih nendang. Film ini endingnya ngagetin tp gak yg oke2 bgt, ending soal batman mirip2 film terakhir Sherlock. Trus, dari 12 juta penduduk Gotham (cmiiw) di ending yg kudu diselamatin sekumpulan anak-anak doang. Urusan balas dendam kok jadinya ribet bener *wah komennya udah kayak review sendiri. Yaah… Walau begitu film ini lumayanlah :p

    Suka

Tinggalkan Balasan ke wikan Batalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca