Film adaptasi yang baik dan benar menurut versi gue adalah, mampu untuk cukup setia pada versi aslinya, tapi juga mampu menyuguhkan sesuatu yang baru buat penonton. Maka yang gue harapkan dari versi bioskop serial favorit gue ini adalah penjelmaan ulang dari Hannibal, Face, Murdock dan BA yang lebih seru dan bombastis tanpa melepaskan diri dari ciri khas asli mereka. Ekspektasi yang lumayan tinggi mengingat sebagai serial TV tahun 80-an yang masih serba terbatas dari segi budget dan teknologi aja keempat karakter ini mampu menyuguhkan adegan-adegan seru secara mingguan. Sekarang, dalam format layar lebar yang didukung dana besar dan teknologi canggih, harusnya mereka mampu jadi tontonan yang jauh lebih keren dari versi TV-nya.
Film dibuka dengan menceritakan awal terbentuknya The A Team, sekaligus memberikan gambaran tentang masing-masing karakter. Hannibal (Liam Neeson: Taken, Star Wars Episode I, Batman Begins) si ahli strategi, BA Baracus (Quinton ‘Rampage’ Jackson: juara UFC) si mekanik handal yang temperamental tapi takut naik pesawat terbang, Face (Bradley Cooper: The Hangover) si playboy dan Murdock (Sharlto Copley: District 9) si pilot gila.
Bagian awal film ini nampaknya memang segaja dibuat sebagai ‘penyambung’ antara versi TV dan bioskopnya, dengan dimunculkannya berbagai ikon khas The A Team seperti van hitam bergaris merah dan senjata laras panjang tipe Ruger AC556K (yang di versi TV biasanya muncul berlapis chrome mengkilat). Tapi sesudahnya, The A Team mengembangkan alur ceritanya ke arah yang berbeda.
Kalo di versi TV cuma disebuktan bahwa mereka jadi buronan karena ‘crime the didn’t commit’, di sini diceritakan bahwa mereka dituduh melakukan operasi militer tidak resmi yang berakibat sejumlah plat pencetak uang kertas dollar Amerika jatuh ke tangan penjahat. Ceritanya lantas terpusat pada upaya mereka membersihkan nama baik dengan menangkap pelaku yang sebenarnya.
Harapan gue akan suguhan adegan-adegan aksi yang bombastis lumayan terpenuhi. Ada adegan tank melawan pesawat tak berawak sambil jatuh dari kepingan pesawat, ada kapal raksasa yang memuntahkan ribuan container karena ditembak roket, ada adegan penculikan di gedung pencakar langit, dllsb. Bombastis, meledak-ledak dan seru, tapi sebagai film aksi, The A Team masih kekurangan satu faktor yang cukup penting yaitu: setting situasi pendukung.
Gue membandingkan dengan 2 film aksi terbaik menurut gue, yaitu Speed dan Die Hard. Di Speed, penonton hampir nggak dikasih kesempatan bernafas karena tantangan demi tantangan terus bermunculan dan tokohnya selalu dalam situasi yang sulit untuk meloloskan diri. Setelah bisnya berhasil dilarikan ke jalan bebas hambatan supaya bisa lari konstan di kecepatan minimal 50 mil per jam, eh tau-tau jembatannya belum jadi. Udah enak-enak bisa jalan tenang di bandara, tau-tau tangki bensinnya bocor.
Di film Die Hard, jagoannya cuma bawa pistol satu biji. Sepatu aja nggak punya. Sedangkan musuhnya bersenjata lengkap. Penonton juga dibuat harap-harap cemas jangan sampe para teroris tau identitas istri si jagoan.
Nah, situasi seperti yang gue contohkan di 2 film tadi nggak terasa di film The A Team. Walaupun berstatus buronan, entah gimana rasanya mereka berempat tetep lebih superior ketimbang para pengejarnya, sehingga terasa kurang seru. Malah di beberapa titik terasa alur ceritanya dibiarkan agak mengendor.
Untungnya celetukan-celetukan iseng antara Murdock vs BA cukup berhasil menyegarkan suasana, dan secara umum keempat pemainnya cukup pas membawakan karakter-karakter yang udah punya jutaan fans di seluruh dunia.
Kesimpulan akhirnya: film yang lebih dari lumayan, tapi juga belum layak disebut film yang bagus-bagus amat.
Referensi:

Tinggalkan Balasan ke jalasutra Batalkan balasan