Begitulah salah satu komentar yang sering gue denger tentang Ida dan bisnis kuenya. Kurang lebih seperti yang pernah gue tulis di jurnal yang ini, bahwa sebagian orang lebih suka berpikir bahwa diri mereka nggak punya satu ‘faktor ajaib’ yang bisa membuat mereka berhasil melakukan sesuatu. Dan karena mereka nggak punya ‘faktor ajaib’ itu, maka mereka merasa bahwa seumur hidup mereka nggak akan mungkin berhasil.

Gue kasih tau sesuatu: 2 tahun yang lalu, kemampuan ida membuat kue sama aja kaya kemampuan gue menari ballet klasik. Nggak percaya?

Ini buktinya:

Kue coklat ini dibuat Ida tanggal 25 Agustus 2007, atau kurang lebih hanya 4 bulan sebelum Ida meluncurkan website http://www.kotakkue.com. Setelah berjam-jam berkutat dengan mixer dan oven tangkring, hasilnya adalah seonggok kue aneh yang gosong luarnya, mentah dalemnya, bantat, dan lengket sama cetakannya sehingga ancur-ancuran saat dilepas.

Dia bisa jadi tukang kue seperti sekarang bukan karena ‘faktor ajaib’ berupa bakat, ngelmu tibanan, atau pesugihan dari makam keramat, tapi karena belajar (dari level 0 besuaar) dan nggak putus asa kalau gagal. Dia rela mengeluarkan biaya untuk kursus kue dari tingkat paling dasar, rela mengeluarkan duit untuk beli bahan-bahan kue walau hasil akhirnya belum tentu ada yang sudi memakan, dan yang paling penting punya satu cita-cita yang ingin dia realisasikan, yaitu: ingin jualan kue.

Saat kue ajaib tadi keluar dari cetakan, baik gue maupun Ida nggak ada yang berani berkhayal bahwa dalam tempo dua tahun ke depan bisnis kuenya akan memutar duit senilai puluhan juta rupiah per bulan. Satu ‘faktor ajaib’ yang membuatnya jadi kenyataan hanyalah bahwa Ida nggak berhenti mencoba – dan bukan karena sesuatu yang ‘dari sononya’.

Posting ini gue dedikasikan buat semua orang di luar sana yang lagi mikir bahwa keberhasilan hanya milik orang lain yang ‘dari sononya’ udah jago.