
Tadinya gue nggak berharap terlalu banyak dari film ini, karena seri ke 2-nya menurut gue nggak selucu yang pertama. Biasanya film sequel gitu tuh, kalo yang ke dua lebih jelek dari yang pertama, yang ke tiga biasanya lebih jelek dari yang ke dua (dengan pengecualian untuk serial Die Hard). Tapi ternyata, Ice Age 3 ini cukup berhasil bikin gue ngakak.
Hiburan, Bukan Pelajaran Sejarah
Nggak usah peduliin ceritanya, karena akan sangat ngaco banget. Berdasarkan fakta sejarah nggak ada ceritanya Mammoth ketemu sama T-Rex, karena keduanya terpisah jutaan tahun. Penjelasannya cuma ada sebuah gua raksasa di bawah tanah yang memungkinkan sisa-sisa dinosaurus tetap hidup di era 10 ribu tahun sebelum masehi. Yang jelas, joke-jokenya lumayan segar, apalagi porsi Scrat si tupai diperbanyak dan dikasih temen tupai perempuan bernama Scratte. Selain itu juga ada tokoh Buck, penguasa dunia bawah tanah yang mengingatkan pada tokoh Crocodile Dundee (sama-sama dari ‘down under’, bersenjatakan belati, dan bergulat dengan ‘buaya’). Pengisi suaranya adalah Simon Pegg, yang beberapa waktu lalu sukses memerankan tokoh polisi super di film Hot Fuzz dan baru-baru ini berperan sebagai Scotty di film Star Trek.
Sid si kukang masih memegang peran utama sebagai biang kekacauan, kali ini gara-gara dia mengadopsi 3 ekor bayi T-Rex karena iri liat Manny si Mammoth yang mulai hidup mapan berumah tangga dengan Ellie. Tentu aja Sid terpaksa berurusan dengan ibu T-Rex yang asli, dan teman-temannya berusaha menyelamatkan Sid.
Parodi Bertebaran
Yang gue suka dari humor film ini adalah banyaknya parodi yang menuntut kejelian penonton. Mulai dari dilema ‘red wire vs blue wire’ yang biasa muncul di adegan-adegan penjinakan bom di film action, atau sosok Buck yang menyentil Crocodile Dundee, atau perselisihan tentang pola asuh anak yang terjadi secara absurd antara Sid dan si induk T-Rex. Celetukan-celetukan cerdas juga bertebaran di film ini, antara lain saat Ellie bersikap tidak peduli terhadap peringatan Manny dan bilang “Talk to the trunk!” yang diplesetkan dari ungkapan “Talk to the hand”. Yang jelas, gue yakin film ini bisa jadi tontonan menarik baik buat anak-anak ataupun orang dewasa. Sayangnya entah kenapa di Rottentomatoes.com skornya kurang bagus (44%), walaupun di IMDB.com dapet skor lumayan (7.4/10)
O iya, film ini juga memuat banyak adegan yang diambil dari sudut pandang orang pertama, jadi pasti akan seru banget kalo ditonton dalam versi 3D. Sayang gue kemarin nggak nonton di bioskop 3D.

Tinggalkan Balasan ke arddhe Batalkan balasan