Slumdog Millionaire

slumdog millionaire posterSetelah “As Good As It Gets”, baru kali ini gue nemu film drama yang layak dikasih bintang 5 dengan keyakinan penuh. Maksudnya, kadang saat ngasih bintang 5 gue sadar bahwa akan ada banyak orang lain yang belum tentu rela ngasih penilaian yang sama. Untuk film ini, gue yakin sebagian besar penontonnya akan sependapat dengan gue.

Mulai dari tema ceritanya aja udah nggak biasa. SM bercerita tentang Jamal Malik, seorang pemuda yang nggak berpendidikan, datang dari kawasan kumuh di Mumbai, India, yang berhasil menjawab hampir semua pertanyaan dalam kuis “Who Wants To Be a Millionaire”. Pada episode pertama kuis itu, Jamal tinggal menyisakan 1 pertanyaan lagi, pertanyaan utama senilai 20 juta rupee, ketika waktu tayang habis. Shooting di-break untuk dilanjutkan keesokan harinya, sementara Jamal diciduk polisi karena dicurigai berbuat curang dalam kuis.

Saat diinterogasi polisi, tergambar lewat adegan-adegan kilas balik serentetan peristiwa menyedihkan dalam hidup Jamal, yang secara kebetulan membuat dia mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar.

Sebelumnya gue mau minta maaf dulu dengan pengakuan bahwa gue bukan penggemar film, ataupun aneka hal lain yang datang dari India. Rasanya sekumuh-kumuhnya Jakarta, masih lebih kumuh kota-kota besar di India. Setiap kali nonton berita tentang India, yang terbayang di benak gue adalah sebuah tempat yang panas, macet, sampah berceceran, dan aroma-aroma aneh berseliweran di udara.

Gawatnya, film ini justru sangat mengedepankan potret India, khususnya Mumbai, dari sudut pandang yang paling kumuh dan jorok. dari segi kenyamanan, film ini memang nggak sepenuhnya ‘nyaman’ untuk ditonton. Baru mulai aja penonton udash disuguhi adegan-adegan memualkan seperti misalnya si Jamal yang disiksa pake setruman listrik sampe berceceran ilernya. Disambung dengan adegan-adegan kilas balik tentang kehidupan si Jamal kecil yang hidup berdesak-desakan di sebuah perkampungan kumuh yang nampak sangat bau dan sumpek. Adegan paling ‘menohok’ bagi gue adalah cara yang ditempuh Jamal untuk ketemu langsung dengan bintang idolanya, Amitabh Bachan. Buat yang abis makan kenyang sebelum nonton film ini, silakan tahan napas saat film mulai menayangkan adegan helikopter Amitabh mendarat…

Secara keseluruhan, SM adalah cerita tanpa basa-basi tentang anak-anak jalanan yang mencoba bertahan hidup tanpa orang tua. Yang menarik adalah bagaimana film ini menampilkan adegan demi adegan yang pada dasarnya sangat ‘ngenes’, tapi pada saat yang bersamaan juga nggak nampak berusaha untuk membuat penonton terharu-biru dan merogoh tisu. Yah, hidup memang keras dan tidak adil, tapi bukan berarti harus diratapi – begitulah pesan yang gue tangkap. Jamal adalah orang dengan ‘one track mind’ – dia seperti nggak peduli dengan segala ketidakadilan dan penderitaan karena fokus pada satu hal yang jauh lebih penting untuk dikejar.

Sebagai sebuah karya visual, SM habis-habisan mengolah berbagai jurus pengambilan gambar sehingga hasilnya bener-bener edan. Yang paling berkesan buat gue adalah pengambilan adegan kejar-kejaran antara Jamal kecil dengan para petugas keamanan yang di-zoom-out secara vertikal, makin lama kameranya makin jauh meninggi ke langit, sambil terus menyorot para tokoh yang berubah jadi titik-titik kecil berlarian di tengah labirin perumahan kumuh. Sinting!

Para pemain bocah pemeran tokoh Jamal kecil dan kumpulannya perlu dikasih bintang tersendiri. Bagian casting-nya sangat berhasil menemukan masing-masing 3 orang pemain yang sangat mirip untuk tiga tokoh utama yang beranjak dewasa – sehingga penonton ngggak merasa kehilangan koneksi waktu pemeran tokohnya berganti-ganti.

Setelah film selesai, gue menjadi sangat maklum kenapa film ini berhasil memborong penghargaan di berbagai ajang perfilman internasional. Bener-bener sebuah film dengan pesan yang sangat kuat – dan bikin para penonton melangkah keluar bioskop dengan satu pertanyaan mengganjal: “Apa yang udah gue lakukan untuk membuat hidup lebih adil buat para Jamal-Jamal lain di sekitar gue?”

Posting terkait film lainnya bisa diklik di blog Nonton Deh ya!

34 comments


  1. rikigede said: gue jadi gak mau makan opor ayam setelah nonton adegan si jamal nyebur kolam t**k. (sori spoiler)

    *ngakak*eh, tapi si pemeran Jamal Cilik mah ga keberatan tuh…Malah seneng lagi!karena “itu”-nya dari peanut butter dan coklat lho!


  2. hehe…udah nonton setelah sebelumnya ada yg ngereview inifilm dan bilang klo ceritanya sinetron indonesia bgt. tapi ternyata enggak. alurnya gak secemen sinetron indonesia. setuju sama mbah agung yg bilang klo pengambilan gambarnya mantap,emang mantaps beneran!!!tapi bintang dari saya cuma empat, soalnya ini film angsty-nya lumayan kuat, keknya dunia tuh kejamnya naudzubillah bgt…dan saya termasuk org yg gak taerlalu suka nonton film sejenis ini, after effectnya gak enak…hehehe…


  3. mbot said: dan bikin para penonton melangkah keluar bioskop dengan satu pertanyaan mengganjal: “apa yang udah gue lakukan untuk membuat hidup lebih adil buat para Jamal-Jamal lain di sekitar gue?”

    eduuun… kayaknya baru di film ini deh sampe tercetus ajakan introspeksi seperti ini… segitu sangarnya ya gung?


  4. mbot said: Yang paling berkesan buat gue adalah pengambilan adegan kejar-kejaran antara Jamal kecil dengan para petugas keamanan yang dizoom-out secara vertikal, makin lama kameranya makin jauh meninggi ke langit, sambil terus menyorot para tokoh yang berubah jadi titik-titik kecil berlarian di tengah labirin perumahan kumuh. Sinting!

    iya bener! pas adegan ini gue sampe heboh tereak2 sendiri.. hehehe pantes dapet oscar sik film ini!!!


  5. kalau di indonesia bikin aja film “lumpur lapindo” milioner …dengan aktor nirwan bakrie dan aburizal bakrie …setelah meledakkan pipa dan menghasilkan gunung lumpur,dikejar2 pertanggungjawaban sama orang sidorajo yang rumahnya kerendam lumpureh, masih bisa jadi milioner karena hasil penjualan saham BUMIkayaknya cukup mengharukan deh(ceritanya di-stop sampai sini aja,soalnya kalau diterusin tar dikejar2 sama pemilik saham BUMI yang harga sahamnya jadi jatuh)