Tumben-tumbenan gue nge-review musik. Kalo nggak salah ini baru review musik gue yang ke dua setelah review lagu “Because of You”-nya elly Clarkson, 2 tahun yang lalu. Tapi berhubung kali ini adalah albumnya para ‘dewa’ trashmetal, dan ternyata isinya cukup melegakan hati, maka dengan penuh semangat gue menulis review ini.
Kalo diurut-urut, sejak keberhasilan album “Metallica” alias “The Black Album” di tahun 1991 yang sukses secara komersial dan memuaskan para penggemar, Metallica sempet vakum rada lama sampe akhirnya ngeluarin album ‘Load’. Denger-denger sih dalam rangka menarik simpati para pendengar muda yang lagi doyan dengerin tren modern rock, maka di album ‘Load’ Metallica ganti gaya. Katanya sih biar rada ‘modern’, tapi menurut gue kaya lagi masuk angin. Yang fatal adalah karena tren modern rock ‘mengharamkan’ solo guitar – permainan gitar yang panjang dan berbelit-belit di tengah lagu yang jadi ciri khas aliran trash metal. Kasihan gitaris Kirk Hammet, makan gaji buta selama pembuatan album ‘Load’. Padahal produser album ini adalah Bob Rock, yang juga menangani ‘The Black Album’.
Tren ‘modernisasi’ Metallica berlanjut ke album ‘Re-Load’ dan ‘St Anger’, sampe rasanya putus asa akan bisa denger Metallica dengan gayanya yang seperti dulu lagi. Untunglah di tahun 2004 mereka mulai insyaf dan kembali menggarap album yang kembali ke jatidiri trashmetal – hasilnya adalah album ini: ‘Death Magnetic’.
Diluncurkan pada tanggal 12 September 2008, ‘Death Magnetic’ memuat 10 lagu, 1 di antaranya instrumental, dan SEMUANYA ADA SOLO GUITARNYA!! Yippiee…!!! 🙂 Yes, that long-pointless-high pitch-guitar tricks are back! Selain itu ciri khas lagu2 Metallica yang berganti-ganti tempo di tengah lagu juga hadir. Sip!
Lagu andalan album ini adalah “The Day That Never Comes”, yang kata kritikus banyak mengingatkan pada lagu “One”. Tapi kalo menurut gue ada banyak miripnya juga dengan “Whenever I May Roam” dari “The Black Album”. Tapi yang jelas permainan gitar Kirk Hammett di lagu ini sinting banget, belum pernah terjadi di lagu lainnya deh. Seru banget. Bassist Robert Trujillo juga bukan cuma berhasil menggantikan Jason Newstead, bahkan menambahkan gaya baru yang lebih asik.
Secara keseluruhan memang belum ada lagu di album ini yang segampang “Enter Sandman” untuk nyantol di kuping, tapi sebagai obat kangen kehadirannya bener-bener lumayan banget. Gue bahkan mulai pikir-pikir untuk beli CD originalnya, hehehe…
Satu hal yang rada mengganggu dari album ini adalah kehadiran lagu berjudul “The Unforgiven III” karena (a) kesannya kaya nggak ada bahan lain aja gitu, satu lagu sampe dibuat sequel 2 kali, dan (b) mengingatkan gue pada Ebiet G Ade yang bikin album Camelia jilid I sampe IV di era 80-an…

…anyway, welcome back, boys!!

Ada komentar?