Sejak beberapa minggu yang lalu, entah kenapa gue sering nggak enak badan. Gue yang biasanya betah duduk di depan komputer semalem suntuk, tiba-tiba aja nggak kuat ngeliatin monitor lebih dari 2 jam. Kepala rasanya pusing seperti masuk angin, tapi dibilang masuk angin kok ya enggak juga. Pokoknya badan terasa nggak fit deh.
Tadinya gue nggak kepikiran menghubungkan kondisi tersebut dengan urusan gigi, sampe akhirnya beberapa hari yang lalu gusi gue terasa aneh. Rada susah mendeskripsikannya, tapi rasanya setiap kali makan, makanannya menyundul langit2 mulut dan sakit. Dengan kata lain, gue curiga gusi gue membengkak.
Pada suatu siang di kantor, gue senggol-senggol gusi gue pake ujung lidah, “loh, kok terasa asin, ya?’ Gue ambil tisu dan gue tempelin di langit-langit mulut… wah… ternyata ada darahnya! Memang kadang-kadang gusi gue suka berdarah kalo lagi sikat gigi, tapi belum pernah sekonyong-konyong berdarah kaya gini.
Akhirnya untuk ke sekian kalinya gue memanfaatkan koneksi per-MP-an dan menghubungi siapa lagi kalo bukan Alya sang nice lovely dentist. (Inilah senangnya ikutan MP punya relasi dengan berbagai background!).
Berhubung cuma denger keluhan gue per telepon, tentunya Alya nggak berani mendiagnosa terlalu jauh. Tapi dugaan sementaranya, gusi gue mengalami radang. Alya menyarankan gue langsung berkunjung ke dokter gigi.
Jum’at pagi gue ke sana, ketemu dengan dokter giginya. Dia nanya,
“Tau klinik ini dari rekomendasinya siapa?”
“Dari dokter Alya”
“Ooo.. dokter Alya… kamu siapanya, KEPONAKANNYA?” >> huahahaha.. kalo Alya denger pertanyaan ini pasti ngomel-ngomel, masa dia dianggap cukup pantes untuk menjadi tante gue sih…
“Bukan.. temen..”
“Temen di mana?” Nah, pertanyaan yang satu ini pasti sulit dijawab kalo urusannya dengan temen-temen yang gue kenal di MP.
“Di internet”
“Ooo.. temen chatting ya?”
“Mmm… bukan chatting… eh… gimana ya… kenalnya di blog, gitu… weblog… tau?”
“Enggak.”
Repot… repot… kira-kira kapan ya, Multiply cukup dikenal di kalangan masyarakat luas?
Sesudah basa-basi perkenalan, gigi gue diintip-intip.
“Ini gusinya bengkak karena ada pocket di sekitar gigi. Pocket ini jadi tempat bersarang sisa makanan, sehingga akhirnya terjadi inflamasi… ck… apa ya istilah lainnya inflamasi itu…?” demikian diagnosa dokter.
“Radang?” kata gue.
“Yak betull… kamu kok pinter banget sih?” Wah kayaknya bener nih dokter nyangkain gue masih seumuran keponakannya Alya.
Sebagai langkah awal, gigi gue harus dibersihin dulu dari karang gigi. Yang menangani bukan dokter yang tadi, tapi seseorang yang bernama Mbak Wati (CMIIW). Gue pernah dibersihin karang giginya beberapa bulan yang lalu, tapi kali ini rupanya si Mbak Wati ini jauh lebih teliti dari dokter gue yang dulu. Bersihinnya lamaaa… sekali.
Dua puluh menit pertama gue masih bisa mengikuti proses dengan anteng, apalagi gue diserahi sebuah remote tivi yang bebas gue ganti-ganti channelnya. Tapi mendekati menit ke 30 kan rahang gue pegel juga disuruh nganga mulu dari tadi.
“Buka mulutnya yang lebar sedikit… bibirnya jangan kaku, nanti alatnya makin terdorong masuk lho… rileks aja…” kata Mbak Wati.
“Hhwa hawhae han hehel haha hawwi hawngi…” kata gue, yang mana terjemahan bebasnya adalah ‘iya tapi kan pegel nganga dari tadi’ Lagian, mana ada sih orang bisa nganga selama lebih dari 30 menit secara rileks?
Setelah lebih dari 45 menit, akhirnya acara pembersihan karang gigi usailah sudah. Habis itu Mbak Wati memberikan nasehat, “Ini karang giginya banyak sekali, pasti gosok giginya nggak bener deh caranya. Ini, begini caranya menggosok gigi yang benar,” katanya sambil membuka sebuah sikat gigi baru yang bergambar…Mickey Mouse.
“Lihat nih, kalo gosok gigi, mulai dari gusi, dorong ke arah ujung gigi seperti ini. Jadi kotoran yang terperangkap di pocket bisa ikut terdorong keluar,” kata Mbak Wati.
“Mmm… sikat giginya harus gambar Mickey Mouse ya?”
“Ya ini saya contohkan memang pakai sikat gigi anak-anak karena ujung sikatnya kecil sehingga bisa menjangkau sela gigi,” kata Mbak Wati tetap dengan nada serius.
Iya iya mbak… aduuh… serius amat sih jawabnya… hihihihi..
Habis dibersihin karang gigi, gue difoto panoramix. Itu lho, foto x-ray yang bisa menangkap susunan gigi secara menyeluruh. FYI, orang yang difoto panoramix sebelum gue adalah calon mantan gubernur Sutiyoso (apakah informasi ini penting bagi pembaca?)
Habis difoto, gue kembali ke kursi periksa. Nggak lama kemudian datanglah dokternya.
“Sekarang saya mau diapain lagi, dokter?”
“Gusinya mau dikasih obat.”
Five minutes later i realize that ‘dikasih obat’ is a MAJOR UNDERSTATEMENT.
Kirain yang namanya ‘dikasih obat’ tuh ya diolesin atau ditempelin sesuatu, gitu. Ternyata…. dengan alat-alat tajamnya yang mengerikan itu, gusi gue yang bengkak-bengkak itu dikorek-korek dan obatnya diselipin di celah sempit antara gusi dan gigi. Rasanya? Hmmm… sedaaap! Setiap kali gue meludah, yang keluar adalah cairan kental berwarna merah menyala.
“Ini memang agak perih sedikit… tahan ya… rileks aja..”
Menurut gue orang yang mampu rileks saat disayat-sayat gusinya hanya para master yoga. Dan jelas gue bukan termasuk di dalamnya.
“Hwahid hwau hohwer!” kata gue, yang kalo diterjemahkan bebas berarti, “SAKIT tauk, dokter…!”
Untunglah proses ‘pemberian obat’ ini lebih singkat dari proses pembersihan karang gigi, sehingga nggak lama kemudian gue udah bisa bernafas lega.
“Minggu depan balik lagi ya! Tadi udah diajarin kan cara sikat gigi yang bener? Nah, nanti di rumah dipraktekin ya! Saya mau liat minggu depan kamu udah pinter belum sikat giginya.” kata dokter, yang nampaknya masih yakin gue sebaya dengan keponakan dr. Alya. “Itu di mulutnya masih ada obat, jadi jangan dikumur atau dipake makan dulu selama 1 jam ya.”
Keluar dari tempat praktek, mulut gue terasa nggak karuan – seperti campuran antara rasa jamu dengan rasa obat pemutih cucian. Tadi katanya nggak boleh makan atau kumur, kan? Berarti kalo ngerokok boleh dong… maka gue pun menyulut sebatang gudang garam…
Sekilas tentang penyakit gusi (Periodontal Disease)
Penyakit gusi bisa terjadi akibat plak yang tertinggal di gigi. Dalam jangka panjang, plak bisa menjadi karang gigi dan menyebabkan gusi menjadi bengkak. Ciri-ciri yang paling mudah dikenali adalah gusi berdarah waktu menyikat gigi.
Kebiasaan-kebiasaan yang bisa memicu timbulnya penyakit gusi antara lain: cara menyikat gigi yang salah, kebiasaan menggunakan tusuk gigi, minum minuman beralkhohol, dan merokok.
Buat kalian yang kalo lagi nyikat gigi suka berdarah gusinya, buruan deh ke dokter gigi – daripada keburu bengkak dan dikorek-korek pake benda tajam kaya gue!
Buat yang gusinya berdarah, giginya bengkok, giginya kropos, giginya mrongos, napasnya bau naga, atau problematika mulut, gigi, dan gusi lainnya, bisa mampir ke klinik dokter Alya: The Smile Center di Royal Palace Complex B8, Jln. Prof. Dr. Soepomo No 178A, Tebet, Tebet, Jakarta Selatan 12810. Bisa bikin janji dulu di sini. Ini lokasinya di Google Maps.

Tinggalkan Balasan ke orinkeren Batalkan balasan