Catatan:
Ini adalah 100% true story, tapi berhubung salah satu tokohnya melakukan tindakan yang sangat dodol, maka nama-nama tokohnya terpaksa diganti – daripada gue dibilang melakukan pencemaran nama baik…
Alkisah, hiduplah dua orang karyawati Bank Danamon (perhatikan baik-baik nama banknya ya… Bank Danamon) bernama Tuti dan Rini. Pada suatu siang, Tuti berjalan dari luar menuju ke mejanya. Rini yang kebetulan duduk di sebelahnya basa-basi bertanya, “Eh, dari mana lo, kok baru nongol sekarang?”
“Ini lho mbak, abis buka rekening tabungan di bawah…”
“Rekening tabungan buat siapa? Buat anak lo?”
“Bukan. Jadi kan gini ya… tadi tuh aku ditelepon sama bagian sales. Katanya, kita sebagai karyawan Danamon boleh ambil kredit dengan bunga lebih kecil. Tapi syaratnya, kita harus punya rekening tabungan yang bukan rekening payroll (pembayaran gaji – red)…”
“Iya betul, soalnya rekening payroll itu nggak bisa menerima transfer dari tempat lain, cuma bisa dari HRD aja. Trus?”
“Ya makanya tadi aku ke bawah, buka rekening tabungan baru, gitu loh!”
“…sebentar… kok lo buka rekening baru di bawah? Di gedung ini kan kita nggak punya kantor kas?!”
“Iya tau… makanya tadi aku buka rekening tabungan di BANK PERMATA… sama aja, kan? Sama-sama rekening tabungan, gitu. Ya kan, mbak? Loh, mbak, kok jedot-jedotin kepala ke meja, kenapa mbak? Mbak? Mbak…??”
Epilog:
Setelah mendapat penjelasan yang cukup ‘menyakitkan’ dari Rini, Tuti mencoba membela diri, “…lagian tadi salesnya nggak bilang kalo buka rekeningnya harus di Danamon juga, mana aku tau…”
Yang kemudian ditimpali oleh seseorang dengan, “Untung bukan rekening listrik yang lo buka tadi”.
image berasal dari sini

Tinggalkan Balasan ke ochayank Batalkan balasan