FAQ tentang Psikolog dan Psikologi

Published by

on


 

Samsung

Sebenernya udah lama niat untuk bikin posting ini, tapi membaca sejumlah reply di posting berseri tentang psikotes, kayaknya inilah waktu yang tepat. Ini adalah jawaban yang biasanya gue berikan atas pertanyaan orang seputar psikolog dan psikologi.

Tentang Gelar dan Profesi

Apa sih bedanya psikolog dengan psikiater?

Psikolog adalah lulusan fakultas psikologi yang udah menyelesaikan pendidikan profesi psikolog. Sedangkan psikiater adalah dokter yang mengambil spesialisasi psikiatri. Jadi kalo ada dokter spesialis penyakit dalam (internis), dokter spesialis kebidanan (obs-gin), nah ada juga dokter yang spesialis menangani masalah kejiwaan, yaitu psikiater.

Lantas apa perbedaan masalah yang ditangani oleh psikolog dan psikiater?

Psikolog, menangani masalah yang berkaitan dengan aspek psikologis (kejiwaan), misalnya stress, rumah tagga yang kurang harmonis, masalah disiplin anak, dll. Psikiater, menangani masalah yang bersifat fisik / faali, misalnya gangguan jiwa akibat adanya kelainan pada otak / neurotransmitter, atau gangguan kejiwaan akibat penyalahgunaan obat. Sebagai dokter, psikiater juga berhak memberikan obat resep, sementara psikolog enggak.

Dokter gue panggil ‘dok’. Kalo ke psikolog gue musti panggil apa dong?

Ya tergantung siapa namanya.

Apa bedanya psikolog dengan sarjana psikologi?

Sarjana psikologi adalah orang yang berhasil menamatkan pendidikan di fakultas psikologi. Untuk menjadi ‘psikolog’, dia butuh minimal 2 tahun lagi untuk menyelesaikan pendidikan profesi plus tentunya beberapa puluh juta perak untuk ongkos kuliah. Orang yang udah menamatkan pendidikan profesi dianggap memenuhi kualifikasi untuk melakukan kegiatan psikodiagnostik (psikotes dan sejenisnya).

Artinya, kalo udah lulus jadi psikolog, langsung boleh buka praktek?

Nggak, harus dia punya SRIP (Surat Rekomendasi Ijin Praktek) dulu. Untuk bisa dapet SRIP, seorang psikolog harus lulus tes khusus dan punya NPWP.


Tentang Kuliah di Fakultas Psikologi

Gue / adik gue / saudara gue tertarik masuk fakultas psikologi. Kira-kira orang kaya dia cocok nggak ya kuliah di sana?

Yang jelas orang yang sangat tertarik mengetahui lebih lanjut tentang sisi kejiwaan orang lain. Selain itu kemampuan memahami konsep-konsep verbal, misalnya gemar utak-atik definisi, juga akan sangat membantu.

Gue / adik gue / saudara gue paling anti sama segala hal yang berbau hitung-hitungan / angka, makanya dia mau masuk fakultas psikologi aja.

Oh jangan salah, bobot hitung-hitungan di psikologi juga lumayan lho! Di jaman gue kuliah dulu aja, Statistik kebagian porsi sampai 7 SKS. Belum lagi mata kuliah lain yang yang berkaitan dengan metodologi skala dan kuesioner – itu juga main itung-itungan banget. Kalo orangnya bener-bener anti sama hitung-hitungan, fakultas Psikologi bukan tempat pelarian yang tepat.

Kalo kuliah di psikologi, diajarin seks ya? => Thanks to beberapa majalah bergambar cewek seksi yang memajang nama ‘majalah psikologi populer’ serta beberapa film beradegan telanjang yang menyebut diri ‘psychological thriller’, pertanyaan semacam ini sempet naik daun di era 90-an. Biasanya diajukan sambil cengar-cengir mupeng.

Ya, sebagian (kecil) mata kuliah di psikologi membahas tentang perilaku seksual, tapi secara umum kami lebih banyak membahas masalah seksual sambil cengengesan di kantin, seperti umumnya mahasiswa fakultas-fakultas lain.


Tentang Baca Membaca Karakter

Elo kan psikolog, bisa ‘baca’ gue dong.

Bisa, kalo elonya memang bersedia untuk ‘dibaca’.

Loh, artinya kalo seseorang nggak bersedia untuk ‘dibaca’, maka psikolog juga nggak mampu untuk ‘membaca’nya?

Ya. Apalagi kalo orangnya lebih pinter dari psikolognya.

Kita udah ngobrol-ngobrol gini, pastinya elo udah bisa ngebaca ya, gue orangnya kaya apa…

Wah, enggak tuh.

Loh, kenapa?

Elo juga bisa baca abjad, kan? Apakah artinya elo akan baca semua tulisan yang lewat di depan mata lo?

Ya enggak juga sih. Pastinya gue cuma baca yang penting / menarik aja.

Ya, sama. Gue juga gitu: kalo nggak ada perlunya, ngapain gue baca-bacain elu? FYI, para psikolog nggak berkeliaran kesana – kemari dan keisengan ‘ngebacain’ semua orang. Kami juga punya beberapa pilihan kegiatan lain yang lebih menarik kok.

Gue / temen gue / saudara gue punya kebiasaan yang aneh deh, masa dia suka begini nih: [mendeskripsikan sebuah perilaku yang dinilai aneh]. Nah, orang kaya gitu tuh istilah psikologinya apa sih? Udah termasuk ‘gila’ belum?

Memberikan pernyataan ‘istilah psikologi’ untuk sebuah perilaku manusia itu namanya labelling. Yang namanya labelling itu harus dilakukan dengan cermat melalui tes, observasi dan wawancara langsung – dan hanya untuk tujuan yang jelas. Istilah ‘gila’ nggak pernah digunakan dalam konteks psikologi sebagai bidang ilmu, karena itu bukanlah terminologi ilmiah. Yang ada hanyalah klasifikasi dan istilah yang spesifik, misalnya ‘Gangguan Paranoid’.


Tentang Psikolog sebagai Individu

Psikolog kan katanya bisa membantu menyelesaikan masalah orang. Tapi kenapa giliran dirinya sendiri punya masalah, dia tetep butuh bantuan orang lain?

Analoginya seperti sikat. Gunanya kan untuk membersihkan kotoran. Tapi kalo sikat itu kotor, dia nggak bisa membersihkan dirinya sendiri. Sama dengan psikolog. Psikolog bekerja menggunakan pikirannya untuk menganalisa masalah yang ada di diri orang lain. Kalo pikirannya lagi terganggu, ya dia nggak akan bisa menggunakannya untuk membantu siapapun termasuk dirinya sendiri.

Psikolog katanya belajar untuk memahami orang lain. Tapi kenapa ada psikolog yang sok tau / sok pinter sendiri / galak / sinting?

Karena psikolog juga manusia dan sifat dasar manusia nggak otomatis berubah dengan pengetahuan yang dipelajari.


Tentang Psikotes

Besok gue mau ikutan psikotes nih. Ada tips nggak?

Tidur yang cukup, sebelum berangkat jangan lupa sarapan, dan jangan telat. Jangan lupa bawa alat tulis yang lengkap dan berdoa yang khusyuk sebelum mulai. Dengerin perintah dari petugasnya baik-baik, kalo ada pertanyaan tanyakan sebelum tes dimulai karena biasanya waktu tesnya mepet banget.

Ehm, maksud gue… minta bocoran kunci jawabannya, dodol.

Nggak bisa.

Pelit.

Ntar dulu, ada alasannya:

  1. Soal psikotes itu ada banyak banget macamnya. Gue kan nggak akan tau, besok yang mau keluar soal yang mana. Sedangkan kalo gue kasih kunci untuk semua tesnya, artinya lo harus bawa setumpuk buku yang masing-masing setebel bantal. Belum sempet nyontek juga waktunya udah keburu abis.
  2. Ada beberapa tes yang memang nggak ada kunci jawabannya, karena hasil tesnya sangat tergantung pada cara pengerjaan lo di kelas.
  3. Untuk tes kepribadian, nggak ada jawaban yang benar atau salah. Yang ada hanyalah jawaban yang sesuai atau nggak sesuai dengan tipe kepribadian di jabatan yang mau elu lamar. Gue nggak tau orang dengan kepribadian seperti apa yang dicari oleh perusahaan yang lo lamar, jadi gimana gue mau ngasih bocoran?
  4. Untuk menyusun sebuah alat tes butuh waktu dan tenaga yang nggak sedikit. Rancangan tes itu harus diuji coba berulang kali ke banyak responden, kadang sampe ribuan orang. Gue menghargai usaha yang nggak gampang itu dengan nggak membocorkan kunci jawabannya.
  5. Gue terikat kode etik psikologi untuk nggak membocorkan jawaban tes.
  6. Gue udah menghabiskan 7 tahun mondar – mandir dari rumah ke Depok, sempit-sempitan di KRL, kepanasan, kehausan, di kelas kengantukan denger dosen ngoceh, begadang sampe thypus untuk bikin makalah dan laporan, itupun hanya untuk dicela-cela sama dosen… jadi gimana ya, rada kurang rela aja gitu kalo sekarang harus ngasih gitu aja ilmu gue ke elu. Ya, untuk poin yang terakhir ini gue rela dikatain pelit. Tapi seandainya lo ngerasain jadi mahasiswa psikologi, lo akan mengerti kenapa.

Biarin ajalah kalo lo nggak mau ngasih. Toh gue liat di toko buku banyak dijual buku latihan psikotes.

Terserah kalo di luar sana ada psikolog yang gemar bocor-bocorin kunci psikotes, yang penting gue enggak. FYI, nggak semua buku yang dijual di toko memuat jawaban psikotes yang akurat. Sebagian hanya sekedar memirip-miripkan dengan jawaban psikotes yang asli. Artinya, kalo elo ikutin jawaban di buku itu mentah-mentah, malah akan rugi. Udahlah, PD aja dengan kemampuan sendiri kenapa sih?

Gue denger kalo ikutan psikotes kita akan disuruh nggambar. Gue sumpah nggak bisa nggambar sama sekali, gimana dong? Pasti nggak lulus ya?

Tes gambar di psikologi nggak dinilai dari keindahannya, jadi nggak ada hubungannya dengan keahlian ber-seni rupa. Buat aja gambar terbagus yang elo bisa.

Rata-rata psikolog kan udah tau kunci jawaban psikotes. Trus gimana caranya menyeleksi para psikolog untuk sebuah lowongan kerja?

Bisa dengan pake alat psikotes yang bener-bener baru dan belum dipakai secara luas. Tapi cara yang terbaik adalah lewat wawancara mendalam, misalnya Competence Based Interview.

Foto: gue, di depan kampus psikologi

67 tanggapan untuk “FAQ tentang Psikolog dan Psikologi”

  1. shmilyj Avatar

    ok mas. thanks ya… 🙂

    Suka

  2. mbot Avatar

    shmilyj said: salam kenal mas, aku juga mahasiswa psi. mau minta ijinnya untuk masukin tulisan mas di atas ke facebook n blog-ku. sekalian membantu teman2ku yang lain pas ditanya2 untuk ‘ngebaca’ teman-teman di luar psi. thanks mas.NB: aku tunggu balesannya mas dulu baru bakal kumasukin, jadi tolong dibales secepatnya ya mas. 🙂

    boleh, silakan…:-) tolong sertakan link ke tulisan aslinya ya, yaitu http://mbot.multiply.com/journal/item/352

    Suka

  3. shmilyj Avatar

    salam kenal mas, aku juga mahasiswa psi. mau minta ijinnya untuk masukin tulisan mas di atas ke facebook n blog-ku. sekalian membantu teman2ku yang lain pas ditanya2 untuk ‘ngebaca’ teman-teman di luar psi. thanks mas.NB: aku tunggu balesannya mas dulu baru bakal kumasukin, jadi tolong dibales secepatnya ya mas. 🙂

    Suka

  4. 8319745 Avatar

    klo jadi psikolog prospek kedepannya bagus gak ?gmna cara jadi psikolog ?psikolog kan di bagi jadi berbagai bidang kaya sosial , pendidikan ,anak dll bagusnya yang mana yy ?thanks .

    Suka

  5. 8319745 Avatar

    enak gak jadi spikolog ?gue punya guru yang lulusan s2 di bidang psilologi trus klo gue ngomong ma dya gue suka di bego-begoin , di puter-puter pertanyaan gue tapi dya sayang ma gue hhe .

    Suka

  6. mamajos Avatar

    mas agung, terimakasih untuk tulisannya ini…..lain kali kalo ada orang yang nanya2 pertanyaan diatas, aku kasih link ke sini aja….daripada aku kudu berbusa2 ngejelasin ke orang2…hehehehe

    Suka

  7. theqiqie Avatar

    wah sama saya juga lagi nyari kasus tentang pelanggaran kotik tuh!!!bagi2 ya klo ada yg tau!!!!

    Suka

  8. g1rlz Avatar

    Helpp yaa yg tau ttg kasus ini…Urgent ni, ud ngubek2 blm dapet2..hikzzz..dimana yaa ad kasus pelanggaran kotik..??

    Suka

  9. g1rlz Avatar

    Haii.. gw mahasiswa psikologi. lg dsuruh cari kasus tentang pelanggaran kode etik psikologi. pny kasus pelanggaran kotik ga..??Thxx…

    Suka

  10. hidayat77 Avatar

    yaaaaaaaaaaa

    Suka

  11. widyaasriana Avatar

    saya juga dari psiko ui.. bagus mas postingannya! :Dhahahhaha… kepikiran juga ya buat kaya gini..saya yang baru semester 5 baru nyampe tahap “cape” aja mas kalo ditanya2 pertanyaan FAQ begini.. haha! tapi belum segitu capenya sampe bikin postingan segala. untung udah ada yang buat. jadi kalo ada yang nanya2 trus saya lagi males jawab, izin buat ngasih linknya ya mas! tengkyuuuu 🙂

    Suka

  12. phatcore Avatar

    Ahahaha..jadi malu komen gue bertubi2 gini..

    Suka

  13. phatcore Avatar

    mbot said: hahaha… selamat! gue dulu juga ketipu, kirain kuliah psikologi nggak pake ngitung. taunya… buset deh.

    Ha3..bahkan ada pelajaran yg mirip2 biologinya juga..faal masud gue..he3..alhamdulillaaahh kaga ada yg mirip2 fisika..

    Suka

  14. phatcore Avatar

    embundinda said: question list yang sering diajukan karena berprofesi sebagai psikolog ;))

    Jgn salah, ga hanya eksklusif buat yg beneran psikolog..anak yg msh kuliah s1 psikologi pun tak ayal mjd sasaran petanyaan2 smcm itu loh..

    Suka

  15. phatcore Avatar

    soromano said: Mas Agung, bener banget ni FAQnya 🙂 kalo ada pertanyaan seperti ini lg, gw akan bilang silahkan kunjungi Mbot HQ hahahaha

    Sama! gw jg berpikiran spt itu..wuah makin rame deh nih blognya nanti..ck4..

    Suka

  16. phatcore Avatar

    mbot said: sering banget sampe bosen.

    jangankan author blog ini yg udah beneran psikolog..anak yg masi kuliah psikologi aja, begitu kl bilang kuliah di jurusan psikologi, org2 otomatis lgsung mengeluarkan kata2 sakti itu! “Wah, berati bisa baca saya dong..”

    Suka

  17. phatcore Avatar

    biar gue aja yang handle bos, ehem2, jadi gini..kalo psikotest itu, tes psikologi, nah kalo psikopat itu singkatan dari psikologi dua ribu empat..begitu..

    Suka

  18. phatcore Avatar

    kl menurut gue, tergantung anda ‘tipe orang yg spt apa’, kl ‘tipe org spt sy’ mah malah jd lebi kurus sejak masuk kuliah..hahaha..

    Suka

  19. phatcore Avatar

    kl kuliah periseks angkatan gue, konon kabarnya ada teman2 yg berjilbab resign ikut kuliah tsb setelah bbrp kl ikut kuliah..ha3,entah iya entah nggak.. *tsk4..

    Suka

  20. phatcore Avatar

    ngahahahaha..ngelitikin kibor!!

    Suka

Ada komentar?

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca