Malam ini ada kelas kegemaran gue di gym, jam 19.10. Berhubung berniat ikut kelas itu, jam 18.00 teng gue udah nongkrong di halte busway Indorama. Pikir gue, alokasi waktu 1 jam 10 menit pastinya cukup dong untuk menempuh jarak dari Kuningan ke Cikini. Gue menyiapkan 2 rencana perjalanan:
Plan A: naik Transjakarta sampe halte Halimun, transfer ke koridor IV sampe halte Pasar Rumput, sambung naik Metro Mini P-17 sampe Cikini. Atau kalo ternyata halte Halimun terlalu rame maka…
Plan B: naik Transjakarta sampe halte Halimun, sambung naik Kopaja 66 sampe deket markas PM, sambung lagi naik Metro Mini P-17 sampe Cikini.
Gue beruntung karena hanya 5 menit nunggu bisnya udah dateng. Rada tersendat di jembatan Kuningan seperti biasa, tapi jam 18.25 udah mendekati perempatan Latuharhari menjelang halte Halimun. Eh… nggak taunya…. gue nancep di situ sampe nyaris 20 menit! Penyebabnya? Lihat gambar:
Permasalahannya adalah; dalam perjalanan menuju halte Halimun, bus Transjakarta harus melewati 2 jalur kereta api – yang ternyata di sore hari yang indah tersebut alangkah ramai dilewati kereta api. Kurang dari 5 menit sekali, ada kereta lewat! Udah gitu nutup palang perlintasannya dong… luamaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget!! Mungkin saat keretanya baru sampe stasiun Cilebut palangnya udah ditutup. Belum lagi arus kendaraan pribadi plus Kopaja yang saling silang berebut jalan. Kendaraan dari arah Sunda Kelapa mau belok ke arah Duku Atas VS kendaraan dari arah Pasar Rumput mau ngarah ke Menteng VS kendaraan dari Duku Atas mau lanjut ke Manggarai VS kereta api dari dan ke Manggarai. Runyam.
Ngeliat kejadian ini, gue jadi rada pesimis juga membayangkan hari depan Transjakarta. Sekarang kan ‘konon’ problem utama ketidaknyamanan penumpang Transjakarta adalah waktu tunggu yang lama karena armada masih sedikit. Tapi kalo kondisinya kaya gini, percuma aja nambah armada, wong lawannya kereta api. Bisa-bisa armada tambahan malah numpuk percuma di perempatan sinting itu.
Saran gue untuk pengelola Transjakarta (atau siapapun yang berwenang ngurusin kemacetan lalu lintas):
1. Rel kereta apinya dibikin layang (fly over); atau
2. Bus2 Transjakarta koridor VI dibikin amfibi biar bisa nyeberang Kali Ciliwung.
Btw, akhirnya setelah dengan susah payah turun di halte Halimun (situasi di sana udah CHAOS akibat tabrakan arus penumpang mau turun VS penumpang mau naik) gue memutuskan untuk melanjutkan perjalanan naik… taksi. Itupun masih telat 5 menit di kelas favorit gue. Ck.


Tinggalkan Balasan ke ghaya Batalkan balasan