Sore tadi, tiba-tiba ada telepon dari satpam di depan kantor.”Ada kiriman, Pak,” katanya.
“Dari siapa?”
“Ibu Ida.”
“Siapa yang ngantar?”
“Ibu Ida sendiri, kelihatannya.”
“Sekarang masih ada di depan?”
“Sudah pergi, pak.”
Gue langsung keluar dan mendapati 2 buah paket di meja satpam. Yang satu adalah lasagna dalam wadah kaca tahan panas, satunya lagi kelihatannya toples berisi potongan-potongan kertas. Benda-benda itu gue bawa masuk dan mudah diduga, si lasagna langsung tamat riwayatnya dalam tempo beberapa menit saja berkat kesigapan temen-temen gue. Sementara itu gue lebih tertarik dengan toplesnya.
Potongan-potongan kertas di dalamnya ternyata adalah origami berbentuk burung dalam jumlah buanyaaak…. banget. Loh, burung? Kenapa burung?

Penjelasannya ternyata ada di surat yang terikat pada toples itu.
Ternyata ide kado burung-burungan ini didapat Ida dari salah satu cerita yang beredar luas di Internet, tentang seorang pemuda yang membuat 1001 burung kertas sebagai tanda cinta buat pacarnya. Ida betulan bikin 1001 burung, yang ternyata dia buat sejak bulan Januari 2006! Rupanya itu juga sebabnya kenapa dia suka tiba-tiba mengurung diri dalam kamar – yang antara lain memicu keisengan gue bermain dengan boneka dino di jendela. Huhuhu… maafin suami ya istri, istrinya lagi sibuk bikin kado buat suami eh malah digangguin..! Parahnya lagi, hari ini suami sama sekali nggak punya kado buat istri.
Ya, tanggal 3 Juli 2006 ini genap 1 tahun usia pernikahan kami. Sebuah pernikahan yang mungkin nggak bisa dikategorikan sebagai “normal” – mulai dari saling memanggil “suami” dan “istri” sementara orang lain sibuk mencari panggilan yang paling manis dan romantis buat pasangannya, atau tradisi untuk saling menciptakan keisengan-keisengan baru, atau kebiasaan untuk saling mempersonifikasi diri dalam tokoh-tokoh kartun saat berkomunikasi lewat tulisan, atau acara “honeymoon” yang lebih banyak diisi dengan acara perburuan warnet supaya bisa posting laporan harian online secara tepat waktu … nggak heran ulah salah seorang blogger di luar sana menjuluki kami sebagai “suami-istri yang aneh“…
Well… I believe that all of us have the right to define “Love”.
Gue percaya bahwa kami memang ditakdirkan untuk bersatu. Mulai dari sederetan kebetulan yang mempertemukan kami secara ajaib, juga serangkaian “kebetulan” yang mengiringi hari H pernikahan kami, seolah merupakan pertanda bahwa dia adalah jodoh gue. Gue nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan hidup gue kalo istri gue bukanlah Ida.
Ngeliat toples berisi burung kiriman Ida, dan setelah mendapat sedikit penjelasan tentang makna di baliknya, salah seorang temen gue berkomentar,
“Toplesnya disimpen di kantor aja gung, supaya selalu inget istri – jadi lebih kuat menghadapi godaan.”
Gue cuma nyengir. Ida has no rival. No one even close to be considered as one.
Toples itu gue bawa pulang.
Happy first anniversary, istri. With you in my life, miracles are still happening – every single day.
Cerita tentang 1001 burung kertas antara lain bisa dibaca di sini.
Background dan ilustrasi: 1001 burung kertas buatan Ida.

Tinggalkan Balasan ke prajuritkecil Batalkan balasan