Di kantor gue yang dulu, lantai gue dijaga seorang Satpam bernama Pak Tarmin.
Mengingat divisi gue nggak terlalu banyak berhubungan dengan pihak luar, sebenernya beliau nggak terlalu berfungsi sebagai “pengaman”.Tamu yang datang biasanya sesama karyawan dari divisi lain, atau paling banter salesman kartu kredit. Tugas harian beliau lebih mirip resepsionis ketimbang petugas keamanan.
Tapi toh, beliau tetep berhasil membuat dirinya menjadi istimewa di mata semua orang hanya dengan sebuah kebiasaan yang sederhana banget.
Setiap kali dilihatnya ada karyawan yang keluar dari ruangan menuju lift, beliau akan mendahului menunggu di depan lift, dan setelah menanyakan tujuan (naik atau turun?) beliau memencetkan tombol lift — lantas menemani ngobrol sampai liftnya datang.
Kebiasaan ini dilakukannya kepada semua orang tanpa pandang bulu. Mulai dari kepala divisi sampai yang kroco-kroco kaya gue ini mendapat ‘pelayanan’ yang sama. Dan beliau berhasil bikin semua orang terkesan.
Waktu ada rencana rotasi Satpam ke lantai2 lain, kepala divisi gue ngotot setengah mati minta
Pak Tarmin dipertahankan. Dan menjelang kantor gue bubar, beliau termasuk yang duluan ‘terselamatkan’ berhasil dapat pekerjaan baru – ditarik oleh salah seorang mantan karyawan yang udah pindah ke sebuah perusahaan properti.
By doing a simple favor like pushing the lift-button, he has opened the door to people’s heart.

Ada komentar?