Di suatu hari Minggu di mana perut lagi mules akibat kelamaan angin2an di airport, Ida colek-colek gue yang lagi meringkel di tempat tidur.
“Yang, liat deh, ini acara niru Fear Factor”
Gue ngeliat ke tivi dan akhirnya nonton deh. Setelah gue amati dengan seksama, ternyata iya lho. Persiiiisss, =plek= sama seperti Fear Factor, KECUALI:
- Hadiahnya lebih sedikit
- Para pesertanya lebih kurus-kurus, dan bajunya lebih rapet.
- Stuntsnya lebih garing
- Bendera-bendera yang harus direbut lebih keliatan keplek-keplek kaya dibuat dari karton bekas map folio isi lamaran
- Kameranya lebih statis
- Hostnya lebih garing
- Lampunya lebih terang benderang, gambarnya jadi kaya sinetron buatan Punjabi
- Secara keseluruhan: lebih menyedihkan
Tau nggak, menurut gue acara2 kayak gini sedikit-banyak muncul akibat kebiasaan kita sendiri yang suka ngasih label “…..-nya Indonesia”. Contoh:
Gatotkaca => Superman-nya Indonesia (sambil belaga lupa bahwa tu wayang datengnya dari India)
Koes Plus => Beatles-nya Indonesia
Bing Slamet => Jerry Lewis-nya Indonesia
Jadi kayaknya ada mindset sbb:
- Kalo luar negeri punya sesuatu, kita juga harus punya yang kaya gitu
- Segala sesuatu yang impor pasti lebih bagus dari yang lokal punya.
Sampe kapan mindset kaya gini mau dipertahankan sih?

Ada komentar?