
Hari ini gue makan siang ke Ambas, sekalian ada yang mau dibeli menyambut workshop kantor minggu depan.
Duit abis, jadi gue langsung menuju ke ATM. Di depan ATM, berdiri seorang mbak-mbak pegawai bank ybs yang dari kertas-kertas yang dipegangnya gue tau lagi mengadakan sejenis survey. Bener aja, mbak2 itu menghampiri gue.
Penawaran Fasilitas Bank
“Permisi mas, boleh tanya, mas udah daftar fasilitas mobilebanking kami belum?”
“Kayaknya belum mbak.”
“Daftar aja mas, gratis kok, dan sangat mudah bila mas mau transfer, blablabla…(dia menjelaskan sederet manfaat mobilebanking)… mas tinggal daftar di mesin ATM ini.”
“Ok deh mbak.” kata gue, terus masuk ke ruang ATM.
Setelah urusan di ATM beres, gue keluar lagi dan si mbak kembali menyambut.
“Gimana mas, udah jadi daftar phone banking belum?”
“Jadi, mbak. Ini struk-nya” kata gue sambil menyodorkan secarik kertas bukti transaksi pendaftaran mobilebanking.
Akibat Konsentrasi Hanya ke Satu Sisi
Berhubung gue anaknya penuh totalitas, kalo ngerjain sesuatu nggak pernah setengah-setengah, maka fokus perhatian gue tertumpah 100% pada si struk sehingga nggak liat2 jalan. Gue nggak ngeh bahwa di depan mesin ATM itu ada undak2an kecil, cuma 1 step, setinggi kurang lebih 20 cm. Kaki kanan gue slip saat menginjak undak-undakan itu. Untuuuung…. nggak jatuh, tapi rupanya gerakan gue yang terlalu mendadak telah mengejutkan si mbak yang rupanya punya penyakit…. latah.
“KUONT***LLLLLLL…!!!”
demikian seru si mbak dengan tegas dan lantang. Jumlah L yang cukup banyak mewakili betapa jelas dan fasihnya pelafalan yang dilakukan si mbak. Nyaring dan tegas seperti orang lagi berikrar.
Di mall Ambas.
Di siang hari bolong.
Kejadiannya terlalu mendadak, bahkan bagi seorang psikolog berijazah seperti gue. Sempet beberapa detik gue kehilangan kata-kata dan si mbak juga nampak tengsin abis. Beberapa orang lewat dan para nasabah yang sama2 ngantri ATM mulai pada senyum2. Untuk menetralisir suasana, buru2 gue acungkan struk ATM gue dan belaga nanya-nanya, “Jadi saya akan nerima sms konfirmasi dari nomor ini ya mbak?”
“Oh…oh iya mas, nanti smsnya direply ya, dengan nomor TIN yang tadi mas masukkan, nanti blablabla…(si mbak menjelaskan prosedur)”
Habis itu gue buru2 pergi dan nggak noleh2 lagi, takut nggak kuat nahan ketawa.
Ya Tuhan, ampunilah hamba yang secara tidak langsung dan tidak sengaja telah mempermalukan seorang mbak2 di siang hari ini…

Ada komentar?