
Tempat: Djakarta Theatre
Waktu: beberapa minggu yang lalu, mau nonton “Hostage”-nya Bruce Willis
Beberapa trailer film ditayangkan sebelum film mulai.
“Eh, ni film kayaknya seru juga…” kata gue mengomentari salah satu trailer.
“Iya. Itu ceweknya kayak Paris Hilton ya?” kata Ida.
Nggak lama kemudian trailer berakhir, dan muncullah judulnya “House of Wax” disertai beberapa nama pemainnya.
“Ooo… ternyata emang Paris Hilton toh…”, kata Ida, “Nanti kalo udah main, kita nonton ya…!”
Tempat: Hollywood KC
Waktu: Hari ini, mau nonton House of Wax
Film dimulai.
Adegan pertama: 2 orang cewek lagi ngobrol di restoran.
Ida berkomentar, “Liat deh yang, cewek yang itu kayak Paris Hilton, ya?”
Gue noleh ke arah Ida. Gue liat2, kok tampangnya serius… “Kamu serius?”
“Apanya?”
“Pertanyaannya barusan.”
“Kenapa emang? Liat deh, mirip ya?”
“Hiiih… kamu kan udah pernah ngomong gini waktu liat trailernya, dan udah tau bahwa itu emang Paris Hilton?”
“Masa sih? Ya kan aku lupaaa….” (sambil cemberut).
“Kamu kok suka kaya kaset rusak gitu sih…”
“Alaaa… orang baru lupa dikit aja dikata-katain…. “
Begitulah, diawali dengan sedikit perselisihan, film berjalan.
Buat yang tertarik nonton film ini, satu saran gue: nontonnya jangan pake logika. Bukan berarti film ini ‘jelek’, tapi emang banyak hal yang nggak masuk akal banget. Cuma gue maklumin lah, sebagian besar film horor emang nggak masuk akal kok. Dan absennya akal di sebuah film horor nggak lantas bikin penonton jadi males nonton. Sebagai contoh “The Ring”, kalo dipikir gimana ceritanya, setan kok bisa bikin video? Tapi penontonnya tetep aja berbondong-bondong.
Ok balik ke “House of Wax” (HoW). film ini bener2 film horor, dalam arti memiliki atribut-atribut khas yang hampir selalu ada di film horor, yaitu:
- Korbannya selalu sekumpulan anak muda yang kemping di tempat sepi. Belum pernah gue liat film horor yang korbannya sekumpulan penghuni panti werdha yang dikagetin dikit juga udah mati sendiri.
- Cewe2nya selalu punya rasa ingin tahu besar; namun kurang diimbangi dengan nyali yang sepadan. Misalnya; dengan sok taunya masuk2 ke ke sudut2 gelap yang diliat sepintas juga udah serem, buka pintu yang nggak seharusnya dibuka, abis itu jerit2 histeris waktu amprokan (EYD=berjumpa) sama setan/monsternya
- Cewe-cewenya selalu dikejar-kejar setan dalam keadaan berbusana minim, atau basah, atau minim terus nyebur ke dalam sesuatu sehingga basah.
- Senjata tajam selalu jadi pilihan favorit para pembunuh maniak: gergaji mesin, golok, kampak.
- Pintu-pintu yang berisi monster di baliknya selalu mudah dibuka, sementara pintu-pintu yang menuju keselamatan atau pihak2 berwajib selalu dalam keadaan terkunci atau macet.
- Pada saat2 genting, mobil selalu tidak bisa diandalkan: susah distarter, ban selip, kunci jatuh.
- Tokoh2 cewe selalu diminta untuk nunggu / berlindung di suatu tempat yang belakangan terbukti sama sekali nggak aman.
- Kalo seorang tokoh bilang “gue ke sono dulu bentar ye, abis itu balik lagi ke sini deh, janji.” pasti nggak lama kemudian akan ketangkep sama setan/monsternya dan mati mengenaskan.
- Yang berbuat mesum di tempat sepi pasti mati mengenaskan. Mungkin ini salah satu bentuk pesan mulia dari para produser film Hollywood untuk meningkatkan akhlak para penonton. atau visualisasi dari pesan “Bila berdua-duaan di tempat sepi, yang ke tiga adalah setan.”
- Bisa dijamin: selalu, selalu ada unsur lilin. Apalagi di film ini, unsur tersebut jadi tema utama.
- Telepon sama nggak bisa diandalkannya dengan mobil
- Tokoh penjahat matinya susah. Biar kata udah ditembak, digebuk, digiles, pasti bisa muncul lagi di detik2 terakhir.
- Sebaliknya, berkaitan dengan poin di atas, tokoh ‘orang baik2’, baru ketancep pipa besi satu biji aja udah langsung dut.
- Kalo tokoh madep ke kiri, monsternya muncul mendadak dari kanan, atau sebaliknya.
- Para monster selalu punya ibu yang aneh: gila, kejam, obsesif.
Secara umum, HoW sukses sebagai film horor dalam arti bikin Ida nemplok mulu dan gue juga berhasil kaget2an sampe akhir film tanpa ketiduran seperti waktu nonton film ini. Sayangnya, adegan sadisnya banyak yang disunatin. Padahal gue denger adegan2 tersebut dibuat secara sangat realistis. Musti nyari DVD-nya nih. Paris Hilton tampil manis sesuai perannya sebagai pemanis, dengan akting yang begitu-begitu aja baik di serial “Road Trip”, “the Hillz”, maupun video amatirnya yang bikin rame internet bbrp waktu yl. Sementara akting Elisha Cuthbert cukup lumayan lah.
Sebagai catatan kecil, sebelum berangkat nonton, gue baca2 dulu sinopsisnya di 21cineplex.com, yang berbunyi sbb:
Sebuah pertandingan bola kampus terbesar sepanjang tahun berubah menjadi mimpi buruk saat Carly, Paige dan teman-temannya memutuskan untuk keluar dari kamp pada malam sebelum pertandingan.
Setelah nonton, gue pikir2 “mana pertandingan bolanya, trus kamp apa sih yang dimaksud?” Ternyata, setelah gue buka official websitenya, bunyi sinopsis aslinya adalah sbb:
A road trip to the biggest college football championship of the year takes a turn for the worse for Carly, Paige and their friends when they decide to camp out for the night before heading to the game.
Ealaa.. terjemahannya kok harfiah benerrr…

Tinggalkan Balasan ke menhariq Batalkan balasan