Karma Tali Beha

Published by

on


Tadi siang di kantor orang2 lagi pada sharing soal bengkel, mobil keserempet, mobil rusak, mobil mogok di jalan, dsb. Tau-tau gue jadi keinget pengalaman 2 orang temen kuliah. Kejadiannya udah lama banget, tapi gue yakin pesan moralnya tak akan lekang oleh jaman dan mudah2an para pembaca bisa menarik hikmah. Kisah ini benar-benar terjadi, dan dialog-dialog di dalamnya ditulis ulang sesuai dengan ucapan aslinya.

Begini ceritanya;

Tersebutlah seorang temen kuliah, yang berhubung sekarang udah jadi boss, gue samarkan aja namanya sebagai si Jiung (karena rumahnya di daerah Jiung, Kemayoran-dan dia emang dipanggil dengan sebutan itu di kampus). Pada suatu hari, Jiung nebeng mobil temennya melintasi jalan Sudirman, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya tau-tau aja tu mobil mogok.

Baik Jiung maupun si pemilik mobil nggak ada yang ngerti soal mesin, jadi mereka cuma berdiri kebingungan di depan kap mesin menganga sementara di belakang mereka jalanan jadi macet dan orang2 spt biasa memberikan dukungan moral dalam bentuk tekanan pada klakson.

Di tengah kekacauan itu, muncul sebuah Mercy dari arah belakang. Setelah mendahului mobil si Jiung dan temannya, Mercy itu berhenti dan dari dalamnya keluarlah seorang cewek. Menurut Jiung cewek itu cantik jelita seperti bidadari, namun perlu dicatat bahwa saat itu si Jiung sedang dalam keadaan kepanasan dan panik di tengah kekacauan lalu lintas, sehingga mungkin dapat mempengaruhi obyektivitas penilaian visual.

Anyway, si cewek ini rupanya khusus berhenti untuk menawarkan jasa menarik mobil mereka ke tempat yang lebih aman dan tidak menghalangi lalu lintas.

Akhirnya sih tawaran tersebut tidak jadi dimanfaatkan oleh Jiung dan temannya, karena mereka masih bisa meminggirkan mobil ke atas trotoar. Tapi penawaran suka rela yang tidak disangka-sangka ini rupanya benar-benar membuat Jiung terkesan. Di tengah kota metropolitan yang serba individualis, masih ada orang yang peduli pada kesusahan orang lain. “Udah cantik, mobilnya mercy, baik hati pula, seperti bidadari,” demikian tutur Jiung beberapa hari kemudian kepada Goler, teman kuliahnya. Goler ini juga bukan nama asli, melainkan nama julukan yang didasarkan pada kebiasaan ybs untuk tidur secara eksesif (rekor sementara: beliau mampu tidur non-stop selama 24 jam). Selain itu si Goler ini juga punya kucing peliharaan yang diberi nama Goler karena si kucing juga sangat gemar tidur. Kalo kucingnya aja dinamain “Goler” karena gemar goler-goleran, kenapa majikannya enggak? Maka jadilah julukan tersebut melekat baik pada majikan maupun peliharaannya.

Mendengar cerita si Jiung, Goler berkomentar iseng setengah mesum, “Wah, mestinya jangan lo tolak tuh tawarannya. Mestinya lo bilang ‘mau deh ditarik, tapi nariknya pake tali beha kamu ya…’”

Jiung ngomel-ngomel mendengar bidadari pujaannya dikomentari secara miring oleh Goler, sementara Goler malah cengar-cengir geli sendiri atas joke tak berpendidikannya tersebut.

Kisah berlanjut, sekitar1 bulan kemudian, Goler kedatangan tamu dari luar kota. Berhubung si tamu ini jarang main ke Jakarta, Goler langsung ditunjuk menjadi guide merangkap supir. Biarpun di Jakarta banyak tempat wisata seperti Taman Mini atau Monas, rupanya si tamu kurang berminat mengunjunginya. Dia malah minta diantar ke Taman Lawang dengan alasan “di tempat gue kan nggak ada bencong.”

Maka pada suatu malam minggu, pergilah si Goler mengantar tamu ke Taman Lawang, muter-muter liat bencong. Saat itulah nasib angkat bicara. Mendadak terdengar suara aneh dari mobil Goler, dan nggak lama kemudian suhu mesin melonjak naik. Goler langsung meminggirkan mobil. Ternyata penyebabnya adalah tali kipas radiator putus. Beberapa ‘penduduk setempat’ nampak tertarik dan mulai mendekat. Sementara Goler senewen memikirkan reputasi yang terancam apabila ada temen lewat dan memergoki dia ada di tempat itu. Sang tamu sebagai pemilik ide awal tentunya tidak ingin menanggung resiko yang sama sehingga memilih untuk tetap duduk manis di dalam mobil.

Saat itulah dialog bersejarah di bawah ini terhjadi:

“Aii… kasian si mas, mogok ya mas…?”
“Iya nih…tali kipasnya putus”
“Aduu… repot dong ya… kalo mau, nih ganti aja pake tali beha gue.

……

Tanpa menunggu terlalu lama, dalam tempo 1 bulan saja, karma telah terbayar kontan.

Pesan moralnya:
“Jagalah komentar terutama mengenai orang-orang berhati mulia karena kita tidak akan tahu kapan komentar itu akan berbalik mengenai kita di tengah situasi yang lebih hina.”

Sekian, semoga bermanfaat.

Satu tanggapan untuk “Karma Tali Beha”

  1. Carpooling; alternatif solusi kemacetan Jakarta « (new) Mbot's HQ Avatar

    […] Nggak ada plan yang 100% bebas masalah. Bawa mobil sendiri pun bisa aja tau2 ban kempes atau tali kipas putus, […]

    Suka

Ada komentar?

Eksplorasi konten lain dari (new) Mbot's HQ

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca