Pengalaman langka ditraktir paket jalan-jalan senilai 65 juta bisa dirasakan siapa aja… dan ternyata caranya sederhana banget!
Masih Jumat 22 September 2017
Proses masuk ke dalam kapal mirip proses di imigrasi:
- Dilarang pake topi dan kaca mata gelap
- Bawaan masuk mesin x ray. Segala bawaan berupa makanan basah/buah-buahan dalam jumlah banyak ada kemungkinan dikarantina.
- Dilarang motret
- Kartu Xpass discan seperti belanjaan di supermarket
Dengan cara ini, seluruh penumpang tercatat keberadaannya. Berapa yang udah masuk kapal, berapa yang masih di luar, lengkap dengan identitasnya.
Dari pintu masuk langsung ketemu lift. Iya lho, ada lift, di dalam kapal. Ajaib!
Lagi-lagi, harap maklum kalo norak. Pengalaman satu-satunya yang gue miliki soal naik kapal rute panjang (maksudnya bukan kapal ferry) adalah naik kapal Kambuna, tahun 1999.

Waktu itu tahun 1999. Gue masih kerja di sebuah konsultan SDM yang dapet proyek bikin psikotes di kota Sibolga, Tapanuli Selatan. Waktu itu belum ada penerbangan ke Sibolga (mudah-mudahan sekarang udah ada), jadi kami diberangkatin naik kapal. Perjalanannya memakan waktu selama 48 jam, jadi kalo berangkat hari Senin jam 2, nanti sampenya hari Rabu jam 2.
Jelas nggak ada liftnya, dan sebelum berangkat gue diwanti-wanti beberapa orang untuk bawa kapur anti semut karena di kabin akan banyak semut.
Ternyata belakangan terbukti itu hoax.
Nggak ada semut di kabin.
Adanya kecoa.
Untuk mengisi waktu selama perjalanan yang 48 jam itu, penumpang bisa menghibur diri dengan nonton “bioskop”. Yang disebut “bioskop” adalah sebuah ruangan berisi beberapa kursi plastik, sebuah VCD player, dan sebuah proyektor yang nembaknya ke layar gulung.
Menjelang pemutaran film, akan ada woro-woro dari sound system kapal. “Saksikanlah, saksikanlah, segera main di bioskop dek sekian!” begitu kurang lebih bunyinya.
Hanya ada dua jenis film yang diputer di “bioskop”. Kalo diworo-woro sebagai “seru menegangkan” artinya film action, dan kalo “romantis menghanyutkan” artinya film esek-esek Hong Kong. Tentunya untuk nonton “bioskop” nggak gratis, tapi gue udah lupa berapa harga tiketnya.
Dapet makan tiga kali sehari di ruang makan, dan entah kenapa seawal apapun gue dateng ke ruang makan, pasti cuma kebagian kuah. Jangan-jangan sebagai tribute terhadap dunia maritim dan perairan, standar lauknya memang cuma cairan.
Sayang, kalian sekarang nggak bisa merasakan keseruan naik kapal Kambuna karena tahun 2004 kapal itu dihibahkan ke TNI AL dan berganti nama jadi KRI Tanjung Nusanive (sumber). Sebuah fakta yang cukup mengherankan buat gue, mengingat di tahun 1999 aja kondisinya udah jelek banget. Mungkin oleh TNI dipake buat latihan masang bom kalo mau nenggelamin kapal maling ikan orderan Bu Susi.
***
Kabin kami ada di dek 11, agak di ujung depan deket anjungan, padahal pintu masuknya deket buritan. Mengingat panjang kapalnya 300 meter lebih, ini sama aja kayak jalan kaki dari Plaza Indonesia ke Thamrin City.
Pas sampe di depan kamar…
…kedua koper udah rapi berjejer tanpa nyasar.
Pake kartu Xpass gue buka pintu kabin dan horeee… akhirnya bisa merdeka dari segala macem ransel dan tas yang menggayuti selama sekitar 20 jam terakhir. Home sweet home… eh, ship sweet ship!
Kami menemukan 2 paket goody bag khas Oriflame terhampar di atas tempat tidur, masing-masing berisi:
Seperti gue bilang di posting-posting sebelumnya, segala sesuatu udah dipikirin oleh tim Oriflame termasuk detail kecil seperti menyelipkan jas hujan dalam goody bag!
Nggak lama kemudian kedengeran pintu kabin diketuk. Ternyata petugas room service yang akan mangkal di section kami hingga akhir cruise. Dia memperkenalkan diri, namanya Peter, dari Filipina, dan kalo perlu sesuatu silakan hubungi dia.
Dia juga ngingetin bahwa dalam beberapa menit lagi akan berlangsung muster drill, alias latihan evakuasi dalam situasi darurat.
“Please come down to deck 5 as soon as the emergency signal goes off, Sir,” kata Peter.
“OK Peter. Istri, ayo kita siap-siap latihan.”
“Istri mau mandi dulu ah,” kata Ida.
Dan bener aja, beberapa menit kemudian terdengar suara alarm tanda bahaya, 7 nada pendek diikuti 1 nada panjang.
Peter ketok-ketok lagi.
“Sir, please come down to deck 5 through stairs”
“My wife is still in the shower.”
Lima menit kemudian Ida baru selesai mandi.
“Ayo sekarang kamu mandi juga biar segar,” katanya.
“Lha ini kita ditungguin latihan evakuasi.”
“Nggak papa deh, mandi aja dulu sebentar.”
Gue mandi secepet-cepetnya, dan pas keluar kamar kedengeran pengumuman dari pengeras suara, “…the muster drill is over. Thank you for your cooperation, you can come back to your stateroom or join us on deck 14 and 15 for sail off party!”
“Nah, pas kan suami, pas selesai mandi, pas pestanya mulai,” kata Ida yang secara kurang bertanggung jawab mengabaikan muster drill. Pas keluar kamar ketemu Peter lagi, yang dengan tampang menyesal bilang, “…you missed the muster drill…” seolah-olah gue baru aja melewatkan pertunjukan kembang api 4th of July.
Nampaknya pihak pengelola kapal udah mengantisipasi adanya orang-orang yang males ikutan muster drill seperti Ida sehingga menyiapkan video panduan keselamatan yang serius banget, ditqyqmgin di TV kamqr selama muster drill berlangsung. Dikemas ala cerita spionase, keren banget!
Kami segera menuju dek 14, lagi-lagi jalan menempuh jarak Plaza Indonesia – Thamrin City, untuk ikutan sail off party.
Ternyata pestanya… ah, diceritain di posting berikutnya aja kali ya!
Film safetynya seru!!
Kalau di maskapai dimana aku kerja, safety briefingnya diganti secara reguler, entah sebulan sekali atau dua kali atau seberapa, aku gak memantau, soalnya setiap beberapa kali terbang, filmnya udah beda. Tetapi meskipun ganti, si CEO selalu tampil di awal film.
Gak mbosenin ngliatnya.
Iya, niat banget bikinnya