Posting sebelumnya: Dalam rangka persiapan menjelang jalan-jalan Oriflame Gold Cruise, gue berkesempatan duduk semeja dengan komisaris Oriflame Indonesia dan mengajukan sebuah pertanyaan penting.Kamis, 21 September 2017 Hari libur 1 Muharram. Gue dan Ida masih berkutat dengan 2 koper gede yang akan kami bawa. Sebenernya gue punya rumus andalan untuk menentukan jumlah baju yang harus dibawa menjelang pergi ke luar kota, yaitu:
(Jumlah hari : 2) + 1 , pembulatan ke bawah.
Jadi kalo gue mau pergi seminggu, maka cukup bawa 4 baju. Nanti kekurangannya diatasi dengan 2 cara:- Nyuci sendiri di wastafel
- Beli
Berdasarkan informasi dari panitia sih harusnya boarding pesawat jam setengah 12an, tapi jam 7 malem Ida udah ngajak berangkat. Sekitar jam 9 udah sampe bandara, disambut panitia Oriflame yang lagi sibuk bagi-bagi… nasi goreng GM!
Ini satu lagi bukti, betapa detailnya Oriflame kalo nyiapin acara. Yang ikut Oriflame Gold Cruise ini penghasilan bulanannya udah di atas 10 juta semua, pastinya bisa beli nasi goreng sendiri. Tapi tetep aja mereka merasa perlu nyiapin. Luar biasa! Ternyata keputusan untuk datang lebih awal itu tepat karena antriannya cukup banyak. Pertama antri untuk naro bagasi di loket Qatar Airways. Abis itu antri lagi di imigrasi, cek paspor. Trus antri lagi menjelang masuk ke ruang tunggu. O iya, buat yang mau terbang naik Qatar, ada larangan bawa mainan berbaterai lithium, baik di bagasi maupun kabin. Jadi, hoverboardnya ditinggal aja di rumah, ya!

Jumat 22 September 2017 Pesawatnya Boeing 787 Dreamliner yang ujung sayapnya ngetril kayak kelingking kalo megang gelas basah. Gede, jauh lebih gede dari pesawat-pesawat yang biasa gue tumpangin kalo bepergian di dalam negeri (ya iyalah). Udah gitu tiap penumpang dikasih paket berisi toiletries, ada odol dan sikat gigi, tisu basah, dll. Plus ada selimut dan bantal. Bantalnya agak ganggu sih terus terang, karena buat ganjel leher kekecilan dan ganjel punggung kegedean. Ngerepotin. Maap kalo norak, tapi ini bener-bener kali pertama gue pergi ke luar wilayah Indonesia. Paspor gue masih semulus pantat bayi dan selama ini gue suka nggak dipercaya sama temen-temen gue. “Masa sih lu belum pernah ke luar negeri?” “Iya. Tapi gue udah pernah ke Sidareja. Elu pasti belum, kan.” Rencana penerbangan malam ini adalah 9 jam dari Jakarta ke Doha, Qatar, trus transit sekitar 3 jam di sana baru lanjut 6 jam lagi dari Doha ke Roma, Italia. Dan pengalaman terlama gue naik pesawat cuma ke Manado, 3 jam. Huft. Terus terang gue agak senewen harus terbang segitu lamanya. Bukan, gue bukan takut mabok udara atau parno pesawatnya jatuh. Gue cuma bingung, selama itu gue harus NGAPAIN. Sebagai langkah antisipasi, gue bawa buku sampe 4 biji. Ini dua di antaranya:


Jam biologis gue bener-bener kacau ini pasti. Berangkat jam 12 malem, terbang 9 jam, eh, sampe di Doha, baru jam 5 pagi. Mungkin kalo organ-organ tubuh gue bisa ngobrol, akan terjadi dialog kayak gini: “Bro, bangun bro, udah mau subuh ini.” “Subuh? Lha jam segini bukannya biasanya kita lagi ngetik di kantor?” Berhubung letaknya di tanah gersang, jam 5 pagi di Doha suhunya 30 derajat C, kayak jam 9 pagi di Jakarta.
Bandaranya bagus, mirip mall dengan toko-toko yang buka 24 jam. Di tengahnya ada boneka teddy bear raksasa yang jadi ikon bandara Hamad ini.
Patung perunggu setinggi 7 meter ini dibuat oleh seniman bernama Urs Fischer antara tahun 2005-2006. Sebelum ada di Doha, patung ini ada di New York, entah gimana cara mindahinnya (sumber). Waktu transit di Doha diisi dengan sholat subuh, liat2 toko, dan… antri lagi. Masuk pesawat lagi, kali ini ‘hanya’ 6 jam dari Doha ke Roma dan…
…sampe! Yang menarik dari bandara ini adalah, gue nemu meja lipet buat ganti popok bayi di toilet pria.
Rupanya di sana banyak bapak-bapak yang bepergian cuma sama balitanya, sehingga pengelola bandara merasa perlu untuk nyediain fasilitas ini di toilet pria. Antrian imigrasinya luar biasa panjangnya, mungkin karena di saat bersamaan mendarat beberapa pesawat. Tapi yang bikin gue prihatin adalah; di deket antrian imigrasi itu terpampang bendera-bendera negara yang bebas visa, dan nggak ada bendera Indonesia. Yang lebih nyebelin, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, bahkan Timor Timur yang baru kemarin sore merdeka malah ada! Paspor Indonesia, bareng dengan Filipina dan UGANDA (ya, negara yang pemimpinnya konon pernah makan orang itu) ada di peringkat 65 dari 92 negara menurut situs Passport Index. Sebaliknya, Indonesia adalah negara paling “ramah” ke-16 di dunia, karena membebaskan visa untuk 169 negara (sumber). Dari lokasi turun pesawat di bandara Leonardo Davinci Roma menuju ke pintu keluarnya, penumpang naik skytrain tak berawak. Tapi gue nggak minder ngelihatnya karena tau di bandara Soetta juga udah ada kan. Di pintu keluar bandara lagi-lagi tim Oriflame udah siap menyambut dan mengarahkan peserta naik ke bis. Masih ada 45 menit perjalanan lagi yang harus ditempuh sebelum sampai ke pelabuhan dan naik ke kapal Celebrity Reflection menuju Yunani dan Turki. [Bersambung]
Detil mas tulisannya, serasa ikut jalan jalan 😀
Terima kasih 😊
Selama baca aku 2 kali googling. Pertama hoverboard, kedua Sidareja. Oke Oce.
Sebetulnya kalau penerbangan lama itu dan ngerasa bosen udah paling bener dangdutan mas. Yang lain terhibur (dengan risiko ditimpukin boneka teddy bear yang SEREM itu oleh beberapa orang).
Ditunggu kelanjutannya ya mas Agung.
Siaaap. Bener2 makin lama makin susah csri waktu buat nulis
Ngakak pas di bagian hujan rintik rintik rasa asem.
Itu pertanyaan serius Gung? Atau becandaan?
Aku kerja di airlines, jadi tahu jawabannya. Tapi ogah ngejawab kalau ternyata bercanda, kan aku jadi cegek. Isin rek.
udah, jawab aja… siapa tau pembaca lain ada yang bertanya-tanya juga tapi takut nanya kan
O iya ya.
Kalau di bis, rasa rasanya gak ada tangki pembuangan ya, jadi pas pipis, air pipisnya ngocor ke bawah bis. Gimana kalau buang air besar? Jijay mbayanginnya.
Nah kalau kereta api, dulu kayak gitu, ngocor di bawah kereta dan jatuh di rel kereta api. Itu makanya ada larangan dilarang buang air waktu kereta lagi brenti, ntar stasiunnya bau pesing. Entah sekarang gimana.
Kalau pesawat beda lagi. Ada tangki air bersih (buat minum) dan tangki air kotor (toilet). Khusus buat di bowl toilet, dikasih blue juice (bahan kimia). Saat penumpang selesai menggunakan toilet (kalau di pesawat istilahnya lavatory), entah buang air kecil atau air besar, kotorannya disedot, abis itu blue juicenya keluar buat ngebersihin bowlnya, dan siap digunakan untuk selanjutnya.
Kapan ngosongin tangkinya? Nanti pada saat pesawat di darat. Apa bisa tangkinya dikosongkan pada saat peswat masih terbang? Ndak bisa, karena pintu tangki dan katup pipanya berada di luar badan pesawat, dan dioperasikan oleh para ground crews.
Jadi gak ada ceritanya hujan rasa asem, kecuali kalau pipa tangki pembuangannya bocor. Kalau bocor, pesawatnya gak boleh terbang. Kudu dibenerin dulu, baru boleh terbang.
Begono kurang lebihnya.
Aih keren penjelasannya. Terima kasiiih.