Kalo gue jadi Jokowi…

jokowi_presiden

“Jokowi adalah oportunis yang ambisius, sekedar memanfaatkan popularitasnya untuk mengejar jabatan setinggi-tingginya, padahal masa pembuktian hasil kerjanya masih terlalu pendek.”

Kalo diringkas dalam 1 kalimat, kurang lebih begitulah isi serangan yang diarahkan ke Jokowi sejak dia dideklarasikan sebagai capres dari PDI-P. Itu juga reaksi pertama yang terlintas di benak gue saat denger berita pencapresan Jokowi, “Kenapa? Apakah sekedar karena disuruh Megawati? Kok mau aja sih? Atau jangan-jangan emang sejak pindah dari Solo udah berencana untuk lompat ke kursi presiden?” Awalnya, tiap kali ditanya wartawan, respon Jokowi cuma, “Yang saya lakukan tidak dilarang oleh undang-undang.” Yaelah Pak, ujug-ujug nanya nomer beha mbak-mbak yang lewat depan halte juga nggak dilarang undang-undang, tapi bukan berarti pantes. Baru belakangan Jokowi, didukung juga oleh Ahok, menjelaskan bahwa masalah-masalah utama di Jakarta seperti banjir dan macet hanya bisa diatasi dengan dukungan pemerintah pusat. Kalo Jokowi jadi presiden, dia punya wewenang lebih besar untuk ngebenahin Jakarta. Maksudnya, apakah pemerintah pusat selama ini kurang mendukung kebijakan Pemprov DKI? Bisa dibilang gitu. Lihat aja contoh-contohnya:
  • Pemprov DKI lagi siap-siap bikin seperangkat kebijakan untuk mengurangi kemacetan dengan cara mendorong orang untuk pindah ke kendaraan umum, eh pemerintah pusat malah bikin kebijakan Low Cost Green Car. Kalo harga mobil makin murah, makin banyak orang yang beli, ya jalanan makin macet. Presidennya bukannya bikin kebijakan yang bantuin Jokowi, malah ngritik.
  • Jakarta sering dapet banjir kiriman dari Depok. Salah satu penyebabnya adalah karena Pemkot Depok enteng banget ngasih izin pembangunan rumah di pinggir kali. Buat penghuni rumahnya sih asik, buka jendela bisa lihat kali, tapi akibatnya daya tampung kali berkurang dan bikin banjir. Pemprov DKI tahu diri nggak bisa ngatur kebijakan perizinan bikin rumah di Depok, maka solusinya Pemprov DKI mengajukan usul mau beli lahan tanah pinggir kali di Depok. Eh walikota Depoknya malah jawab dengan enteng, “Urus Jakarta saja, jangan urus daerah lain.” Denger jawaban kayak gini, Ahok langsung panas dan nyahut, “Kalau lu ngebuang air ke langit, gue enggak ada urusan.”
  • Pemprov DKI berusaha bikin jajaran lurah lebih profesional lewat lelang jabatan dan metode seleksi yang lebih terukur, eh Lurah Susan di Lenteng Agung didemo masyrakat hanya karena agamanya beda dengan mayoritas. Giliran Jokowi dan Ahok tetap mendukung Lurah Susan, Mendagri Gamawan Fauzi malah berpihak pada protes masyarakat yang sebenernya nggak berdasar.
  • Pemprov DKI mau mindahin Stadion Lebak Bulus karena mau dijadiin stasiun MRT, izin dari Menpora nggak keluar-keluar. Karena gemes, Ahok nyeletuk, “…karena nggak ada duitnya kali.” Tau sendiri kan siapa Menporanya?
  • Salah satu cara Pemprov DKI untuk mengurangi kemacetan adalah berusaha bikin Transjakarta bisa jalan lebih cepet. Kalo Transjakarta bisa lebih cepet, waktu tunggu penumpang lebih pendek, penumpang yang terangkut lebih banyak, sehingga akhirnya bisa memikat lebih banyak penumpang. Pemprov DKI lantas meminta agar para pelanggar jalur busway didenda maksimal. Praktiknya, hakim ternyata banyak yang nggak menetapkan denda maksimal dengan berbagai alasan. Akhirnya wacana sterilisasi jalur busway udah nggak kedengeran lagi sekarang. Siapa yang bisa ngatur hakim? Gubernur nggak bisa, tapi presiden bisa.
Kompas baru-baru ini memuat 5 program Pemprov DKI yang tersandera oleh kebijakan pusat:

proyektersanderapusat

Dalam salah satu video wawancara (yang barusan gue cari-cari linknya tapi belum ketemu) Ahok memaparkan beberapa contoh lain yang menggambarkan betapa Pemprov DKI punya banyak keterbatasan dalam menegakkan kebijakannya sendiri. Dia mencontohkan, petugas dishub pemprov berkepentingan mengatur lalu lintas, tapi nggak berwenang menilang. Jadi kalo pengguna jalannya kurang ajar, mereka nggak bisa apa-apa. Di acara Mata Najwa, Najwa mengomentari kendala-kendala yang disampaikan Jokowi dan Ahok dengan, “Tapi itu kan hal-hal yang seharusnya Anda sadari sebelum maju ke pemilihan Gubernur DKI?” (lihat mulai menit ke 24) Ahok menjawab, “Memang, bukannya kami bilang tidak akan bisa tanpa dukungan pusat… bisa, tapi lebih lama.” Intinya, mereka mau bilang, kalau dengan salah satu maju jadi presiden urusannya bisa lebih cepet beres, kenapa enggak? Toh ujung-ujungnya yang menikmati rakyat DKI juga, dengan bonus rakyat Indonesia di daerah lain. Akhirnya, gue sampe pada satu kesimpulan, situasi yang dihadapi Jokowi saat maju ke pilpres ini bisa dianalogikan sebagai berikut:
Bayangin lu adalah kepala sebuah bagian di rumah sakit, katakanlah Kepala Unit Perawatan Balita. Lu bekerja sepenuh hati untuk memastikan para pasien mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik. Kepala rumah sakitnya memang rada lamban, tapi masih OK-lah. Tiap kali lu mengajukan pengadaan peralatan baru, barangnya suka telat datengnya tapi lumayan daripada nggak dateng sama sekali. Setelah satu setengah tahun lu kerja di rumah sakit tersebut, lu melihat banyak unit lain yang diurus serampangan. Banyak pasien yang curhat ke elu, tapi elu nggak bisa berbuat apa-apa karena wewenang lu cuma terbatas di Unit Perawatan Balita doang. Suatu hari lu ditawarin untuk jadi salah satu kandidat pengganti Kepala Rumah Sakit. Lu tadinya nggak mau, karena mau konsentrasi ngurus Unit Perawatan Balita yang jadi tanggung jawab lu. Tapi kemudian lu ngelihat bahwa kandidat lainnya punya track record yang meragukan. Yang satu pasiennya banyak yang hilang misterius. Yang satunya lagi lepas tanggung jawab pas bangsal pasien kebanjiran lumpur. Kalo elu menolak untuk dicalonkan jadi Kepala Rumah Sakit, maka kepemimpinan akan jatuh ke salah satu dari 2 kandidat nggak jelas itu. Kalau mereka yang jadi pimpinan, kemungkinan besar seluruh penghuni rumah sakit, termasuk elu dan pasien-pasien di Unit Perawatan Balita akan lebih menderita. Kalo elu menerima dicalonkan, lu akan menghadapi risiko dicap kutu loncat, oportunis, dan ambisius, tapi punya peluang memperbaiki hidup orang banyak. Sebagai orang yang mengenal diri sendiri, lu yakin bahwa motivasi lu bukanlah kemaruk jabatan, tapi ingin membawa perubahan yang lebih baik. Masalahnya orang lain belum tentu bisa melihat ketulusan niat lu. Kalo elu dalam posisi seperti itu, pilihan apa yang akan lu ambil?

=$$$=

Setiap bulan Maret, saat ngisi Surat Pajak Tahunan, gue selalu ngomel-ngomel ngelihat nominal pajak yang gue bayar ke pemerintah ternyata lumayan gede (untuk ukuran gue, tentunya) padahal duit itu sebagian dipake buat foya-foya sama anggota dewan dan pengurus partai. Sebagai rakyat kroco gue cuma bisa ngomel doang. Tapi seorang Jokowi berhadapan dengan kesempatan langka untuk ngebenahin negeri ini. Meneruskan upaya-upaya perbaikan yang selama ini udah dia lakukan ke cakupan yang lebih luas lagi. Risikonya adalah diserang dan difitnah, tapi dia tau yang harus menanggungkannya hanya dirinya sendiri – sementara manfaatnya nanti akan dirasakan oleh rakyat banyak. Maka dia memutuskan untuk maju dan mengambil kesempatan itu, Kalo gue jadi Jokowi, gue akan mengambil keputusan yang sama.

118 comments

  1. Ping-balik: Mrs. Mom. Me.

  2. Reblogged this on curhat si emak and commented:
    Jokowi berhadapan dengan kesempatan langka untuk ngebenahin negeri ini. Meneruskan upaya-upaya perbaikan yang selama ini udah dia lakukan ke cakupan yang lebih luas lagi. Risikonya adalah diserang dan difitnah, tapi dia tau yang harus menanggungkannya hanya dirinya sendiri – sementara manfaatnya nanti akan dirasakan oleh rakyat banyak. Maka dia memutuskan untuk maju dan mengambil kesempatan itu,


  3. Kalau secara pribadi saya memilih :
    1. Yg jejak rekamnya tidak sekelabu peristiwa tragedi 12-13 Mei 98 & tidak terlibat dlm kekejaman thd mahasiswa peristiwa itu apapun alasannya, karena darah yg terlihat di mata dan air mata yg tercurah disaat itu tidak mampu menghapus kekejaman ingatan yg terus berulang didalam kepala saya,

    2. Saya memlih pemimpin yg bisa merapikan daerahnya cth waduk Pluit & Tanah abang, ketika iseng awal thn ini ingin memotret bisa sampai lebih cepat & turun di lobbynya bukan 500 m dr gedung bersimbah keringat,debu & senggolan badan saya dg badannya mobil2 spt dahulu.

    3. Saya memilih disaat debat di Metro TV kalimat calon Cawapres sepanjang siarannya adalah “kita” bukan “saya”

    4. Saya memilih pemimpin yg kesannya “bodoh” & “Boneka” spt ejekan orang2 tapi terbukti mendamaikan para preman, tawuran anak sekolah di daerah bulungan, menanamkan pengertian bahwa minortas maupun mayortas mempunyai kesetaraan hukum saling menghargai spt cth lurah Susan tsb, bukan spt salah satu cawapres yg mengatakan jelas di depan TV nasional bahwa minoritas harus menghargai mayoritas!?!! *waras ga si ini yg ngomong?! 🙁

    5. Saya memilih pemimpin yg mampu memajukan & menginspirasi anak bangsanya dr mulai yg berpendidikan bahkan sampai yg tidak berpendidikan cth membangun airport Makasar dg separuh biaya yg dianggarkan dg keseluruhan tenaga anak Indonesia.

    *Saya butuh bukti kerja nyata bukan retorika semata, stop pembodohan publik dan saya pribadi menolak lupa


    1. Emang kapan sih ada capres yang bilang kalo kepilih jadi presiden HANYA akan ngurus jakarta dan nggak ngurus wilayah lainnya?


  4. Alex Turner
    / 12 June 2014

    yang jadi masalah jika jokowi terpilih jadi presiden berarti membiarkan orang non muslim menjadi pemimpin Jakarta, dan itu sebenarnya yang dilarang agama (Islam)

    “sebenarnya yang dilarang agama (Islam)”
    Yang SEBENARNYA PALING dilarang Agama Islam itu Pemimpin MUSLIM yang MENDZALIMI ORANG-ORANG MUSLIM LAINNYA UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI DAN KELOMPOKNYA……

    Untuk Penulis MANTAP Bos!!!
    SAYA setuju (y)


  5. Saya memang sudah memihak no.2,dan ketika saya menemukan tulisan2 yg ‘pro’ Jokowi saya jadi merasa ditemani semilyar orang yg sepaham dan menguatkan keyakinan saya. Tapi kalo saya disuruh netral, paling tidak, menanggapi tulisan semacam ini saya tetap harus husnuzdon. Sekarang ini golongannya cuma tiga; pro Prabowo, pro Jokowi, dan masih galau.
    Yg masih galau ga mau ikutan komentar.Dan -itu bagus.lebih baik merenungi mana yg harus dipilih.boleh riset,caritau prestasi dan boroknya masing2 capresnya. Yg sudah memihak,kebanyakan cuma nyari kawan saja.Dan sedikit yg berani mengakui borok yg didukungnya.akhirnya,dia balik nyerang dgn mengumbar borok lawan.itu yg memalukan.


    1. udah baca jurnal aries yang menyoal Pendukung Fanatik Jokowi belom? goggling dah kalo belum. Gue sih udah nulis njawab jurnal tsb.


    2. yoi. tapi isi tulisannya lebih kaco. pendukung fanatik bikin pemilih jadi pindah. dan banyak yang ngaku melakukan itu pula. jadi pemilih emosional yang gampang diprovok kok bangga.


  6. tapi kan lawan yang satunya dari partai gerindra yang notabene masih satu partai sama ahok, jadi bisa dibilang justru akan lebih mudah bersinergi dengan pemerintah pusat makanya sebaiknya jokowi tetap jadi gubernur dan program2nya diselesaikan


    1. yang jadi masalah jika jokowi terpilih jadi presiden berarti membiarkan orang non muslim menjadi pemimpin Jakarta, dan itu sebenarnya yang dilarang agama (Islam)


    2. Alex Turner = Maap cuma ingin tau aja dan saya netral trentang pemilihan Capres dan CAWAPRES
      saya mau tanya atas dasar apa anda bisa bilang jokowi non-muslim?
      dan apa buktinya jika Jokowi Seorang non-Muslim?
      terus apakah salah bila yang memimpin negara adalah orang non-muslim tetapi cara memimpinnya benar dan bisa di pahami oleh orang banyak untuk sistem pemerintahannya dan apakah kalau orang muslim memimpin negara itu selalu benar toh realita saat ini banyak yg ngaku Muslim tetapi kelakuannya Tidak mencerminkan Muslim, Alqur’an dan Al Khadist?
      Apakah Nabi Muhammad SAW mengajarkan seperti itu untuk KAUMnya?
      ingat bung Rusaknya Agama Islam (Muslim) oleh kaum NASAROH (Orang Yang Memikirkan Dirinya Sendiri dan Juga Kelompoknya)
      Jadi Apakah Kaum Nasaroh itu g ada muslimnya? (Dipikir Sendiri Bung)
      Bung Karno juga pernah berpesan Rusaknya Suatu Negara itu Dari Warga Negaranya Sendiri…
      Ini Indonesia Bung Bukan Mesir/Arab
      Indonesia Negara yang DEMOKRASI
      Percuma Ada BHINNEKA TUNGGAL IKA kalo masih membedakan SUKU AGAMA dan RAS dalam Sebangsa dan Se-Tanah Air….!!!


  7. bagus untuk orang yg udah dukung no 2. Menurut saya artikel ini sangat memihak. Pembahasan lebih banyak tentang positive point dari 1 partai dan negative point (dan itu pun tidak jelas) dari partai lain. Komposisi pembahasannya tidak seimbang, analoginya juga sangat sempit dan tidak bisa mewakilkan kedaan sebenarnya.


  8. “Yang satu pasiennya banyak yang hilang misterius. Yang satunya lagi lepas tanggung jawab pas bangsal pasien kebanjiran lumpur.”

    Saya bukan penggemar Prabowo, tapi saya fikir kaimat ini terlalu vulgar, mungkin bisa jadi fitnah juga (Mungkin) ~ terutama tentang “Hilang” karena kebenarannya siapa yang tahu (?)

    Overall, saya senang membacanya 🙂


  9. umm, bukannya Jokowi-Ahok diusung PDIP-Gerindra? Otomatis kalau Prabowo yang, kalau saja masih berkoalisi, berhasil meraih duduk presiden itu maka Jokowi gak perlu susah-susah lagi buat izin yang mandeg di pemerintah itu? Kan udah ada pak Prabowo yang membawa jokowi-ahok sendiri ke jakarta, yang berarti harusnya kalau beliau presiden pasti menyokong anak yang ia bawa sendiri ke jakarta ini kan?
    Nah sekarang bukti jokowi nyalon presiden, melawan pendukungnya terdahulu yang padahal kalau berhasil di kursi presiden pastilah membantu izin-izin yang mandeg itu, apa berarti jokowi gila jabatan? entahlah hanya dia dan Allah yang tahu. 😀


  10. Agree, ketakutan terbesarnya adalah Jokowi cuma jadi antek Mega.
    Tapi saya juga memang berfikir mungkin Jokowi saat ini begitu karena dia punya misi yang lebih besar lagi.
    Well, manusia langka saja yang tidak berubah karena jabatan.
    Semoga Jokowi termasuk manusia dengan hati yang tulus.
    Karena menurut saya, sekarang cuma bisa percaya sama hatinya saja.
    Indonesia ini butuh cinta.


  11. itu yg KRITIK dan gak mau JOKOWI orang sebersih dan bener2 mau mengubah Indonesia yg lebih baik adalah orang yg takut gak bisa KORUPSI lagi… mereka maunya hidup seneng + dapet duit banyak hasil KORUPSI, makanya mereka berlomba2 untuk jadi presiden… lah JOKOWI? rakyat yg milih, sampe rakyat yg donasi ke rekening beliau… emang dari dulu JOKOWI kerjaannya udah blusukan dan mau tau tentang rakyat secara langsung, bukan kayak lawan2nya yg lain, HAUS KEKUASAAN, blusukan cuma pas kampanye doang… janji tinggal janji tapi actionnya? NOL besar… HIDUP JOKOWI ! yg dukung yg lain itu adalah calon2/bibit2 KORUPTOR!! harus di BASMI !!


  12. assalamu’alaikum kakaq izin share ya.. awalnya saya netral tapi ketika menonton debat capres dan cawapres kemarin, dan baca blognya kk saya jadi semakin mantap untuk memilih.. saya sependapat dengan tulisan ini 😀


  13. saya memang berharap banyak kepada orang lain untuk menyebarkan. belakangan ini beliau sering difitnah, apalagi ini yang menurut saya keterlaluan daripada berita kematiannya, urutan huruf penyusun namanya dijumlahkan kemudian hasilnya dicocokkan dengan ayat Al-Qur’an. hasilnya? ketemulah ayat yang membahas tentang “Orang curang”. inilah yang kemudian digunakan untuk kampanye hitam


  14. Kebanyakan orang cuman bisa mengkritik kalo dia ngga konsisten dan sebangsanya, padahal mereka ngga (atau belum) melihat dari sudut pandang yang beda. Orang Jakarta harus belajar menganalisis dulu sebelum menarik kesimpulan lebih cepat.


  15. SETUJU dengan pernyataan BAHWA beliau terpanggil oleh keinginan RAKYAT yg sudah bosan dengan retorika zaman OrBA yg selalu menina bobokan rakyatnya, sehingga semakin memperburuk keadaan. HUTANG yg 3000T dan eksplorasi besar2an kekayaan lam yg TIDAK dinikmati oleh rakyat. SALUT kepada beliau yg berani menerima tantangan zaman untuk bersatu padu membereskan hal2 yg belum berubah alias cuma mikirin kantong sendiri saja/ korupsi demi kekayaan pribadi atw segolongan orang saja.


  16. Hakim bisa diatur presiden? Setau saya, Indonesia menganut paham trias politica,dimana Yudikatif independen dari Eksekutif dan Legislatif. Mungkin menunjuk hakim agung bisa, tapi itu pun harus dengan persetujuan parlemen.


  17. Gw mah gak bisa nyoblos karena dapil gw masih Jawa Timur, bukan Banten. Pulang buat nyoblos sehari doang gak ada manfaatnya, dari segi waktu dan duit. Jujur ye…?? (what?? mas apa km ga tau kalau di luar kota pun bisa nyoblos wlauapun bukan dapilnya. Makanya banyak baca cari info. Jangan sekedar TONG KOSONG NYARING BUNYINYA. Nuntutnya ama negara banyak pengen ini pengen itu harus gini harus gitu Tapi Ga Ada Aksi!!.


  18. Penjelasan yang sangat cerdas, jauh lebih cerdas daripada tulisan yang ngaku2 jurnalis toko sebelah itu. Saya yakin jauh lebih banyak yang akan ngerti kok. Saya share ya, biar tambah banyak yang mau mengerti. Yang ngga mau ngerti, bodo amat…


  19. Kasihan ya, kalo orang yang masih mempermasalahkan janji. Dulu Jokowi ke Jakarta dari Solo malah didukung gegap gempita sama orang Solo deh, perasaan. Dia jadi kebanggaan. Ini orang Jakarta (DAN HERANNYA, non Jakarta) malah pada mempermasalahkan itu.
    Lagian, kalo Jokowi jadi RI1, Ahok juga nggak kalah (malah lebih) galak daripada Jokowi deh.
    Jokowi belum pengalaman? Yaiyalah.. dia kan belum pernah jadi presiden. Kalau mau yang pengalaman, ya pilihnya SBY (himself), Megawati, Habibie atau alm Soeharto dan gus Dur. Setidaknya mereka2 itu yang udah punya pengalaman (jadi presiden), kan?

    Imho, kalau mau mempermasalahkan Jokowi maju RI1, cari kekurangannya yang lain lah..


  20. Kalau melihat dari komentar-komentar orang, banyak yang kecewa dengan fakta bahwa beliau belum menyelesaikan tugasnya ya. Saya salah satunya, makanya sampai sekarang saya belum menentukan milih yang mana.

    Yang menarik buat saya, yang kecewa dengan Jokowi tak melihat dengan siapa Jakarta akan ditinggalkan dan apakah sang successor punya kapasitas. Jakarta akan ada di tangan yang baik kok.

    Pemilu ini menarik.


    1. sebagian nggak melihat siapa yang akan menggantikan jokowi di jakarta, sebagian lagi melihat tapi ke arah yang salah, yaitu bahwa Plt Gubernur Jakarta sekarang agamanya berbeda dengan mereka. Dan ini mereka persoalkan.


  21. Maaf, ini bukan black campaign, tapi negatif campaign, karena semuanya ditulis berdasarkan FAKTA. Dan negative campaign itu diperbolehkan.

    Dalam Islam pun, berghibah atau mengumumkan kejelekan tokoh itu diperbolehkan jika niatnya untuk mengingatkan umat, untuk keselamatan bersama. Dan insha Allah itulah niat saya. Terima kasih 🙂
    Borok Jokowi berdasarkan Fakta >> http://chirpstory.com/li/211692


    1. tentunya boleh, walau dari 10 “borok” itu sebenernya bukan borok juga sih.
      1. jadi nggak gampang karena dukungan pusat setengah hati
      2. coba baca ini: http://mbot.wordpress.com/2014/06/09/kalo-amanah-dijagah-membabih-butah/
      3. kumpulan judul berita yang selama ini kita sama2 tau emang sering dikemas heboh untuk menarik orang baca, bukan dasar acuan
      4. idem poin 3
      5. kalo memang dia saat itu nggak mikir, masa harus jawab mikir?
      6. tepat seperti yang dibahas di artikel ini.
      7. dibanding fitnah soal agama, ini mah nggak ada apa2nya.
      8. kalo wartawan nggak tertarik meliput mereka, apa ini salah jokowi?
      9. kalo wartawan tergila-gila untuk memberitakan apapun soal jokowi, apa ini salah jokowi? dia nggak pernah minta diliput lho.
      10. ya karena dasar negara kita memang pancasila. Apa iya kubu yang satunya mau mengubah hukum jadi syariah?


  22. Dalam kondisi ideal apa yang dikatakan Aullia Fa memang benar. Tapi pertanyaan realistismya: bagaimana Anda akan membenahi Unit Anda hingga tuntas jika Kepala RS-nya salah satu di atas itu? Yakin pasien Anda gak keburu hilang / Unit Anda terendam lumpur dan Anda yang kena getahnya? 🙂


    1. iya. Andai capres yang maju ada satu aja yang bisa diandalkan, gue yakin Jokowi nggak akan maju ke pilpres.


    2. gue ngga yakin. data pendukung utk bisa sampai ke kesimpulan itu ngga ada. keyakinan harusnya berbasis data pendukung.


    3. Itu bukan kata situ. Itu laws of logic mas bro.
      Kalau ada data pendukung monggo dishare aja supaya bisa sama-sama sampai ke keyakinan itu. *wink*


    4. lagi-lagi, kenapa harus ngikut laws of logic?
      nggak semua keyakinan ada data pendukungnya.
      misalnya saat main ke rumah orang dan ada anjingnya nongkrong di teras, terus kita yakin nggak bakal digigit.
      Padahal datanya nggak cukup untuk tau apakah anjing itu nggigit atau enggak.


    5. 1) kenafa harus mengikuti laws of logic? karena jurnal ini juga bermain dalam pola laws of logic. kalau mau yakin jokowi itu melakukan pilihan yang benar, jurnal ini ditulis untuk memberi argumentasi yang mendukung kita sampai pada keyakinan itu.

      2) datanya ngga cukup itu condong menunjukkan : data pendukungnya ada.

      mungkin data pendukungnya berupa data faktual kita lihat sikap anjingnya bersahabat, didukung data empirik pengalaman kita dengan jenis anjing tsb kita tahu ngga suka ngigit, atau data sekunder kita pernah nonton dog whisper dan merasa tahu bagaimana mengelola komunikasi dengan anjing, dst.

      pasti ngga digigit? belum tentu. tapi keyakinan ngga digigit itu logis. bisa diajukan secara bertanggungjawab.

      kasus “jokowi ngga maju kalau ada calon lebih baik” gue bilang ngga yakin karena gue belum tahu kalau data pendukungnya ada.

      kalau menurut elu ada, sharelah..


    6. balik2nya ini pan blog, bukan jurnal ilmiah. Tujuannya ngocehin apa pendapat gue. Kadang logis kadang enggak, ya bebas aja. Yang baca boleh yakin boleh enggak, silakan aja.


    7. betul. makanya gue kan mbantuin elu mengerucutkan pendapat sapa tau bisa tambah meyakinkan publik gitu lho. :-p


    8. jurnalnya bilang elu jadi jokowi. lalu sekarang ganti jadi ridho rhoma. coba tetapkan dulu pendirian.


  23. Hehehe apik tulisane mas. Tapi kalau saya masih menjabat di Unit Perawatan Balita, saya akan membenahi Unit saya sampai tuntas dan berhasil, maju, pokoke Unit saya juara wes. heheh Dan kalau memang saya di takdirkan mendapat jabatan lebih, tanpa saya menginginkannya pun pasti ada saja yg berusaha mencalonkan saya, karena mereka yg mendukung saya sudah tau kinerja saya, lah darimana taunya? Ya dari keberhasilan saya pas jadi pemimpin Unit Perawatan Balita tadi hehe


    1. pertanyaan sy darimana mengukur tingkat keberhasilan seseorang,,lalu brp lama waktu yg diperlukan untuk mengukurnya,, dan apa keberhasilan calon dr unit lain serta pertimbangannya? ^^


    2. Anda masih tetap menjabat di Unit perawatan balita, tapi pimpinan yang dipilih kemudian kesal dengan kinerja anda, dia akan berusaha agar anda mendapat kesalahan2 bahkan dibuat dgn menculik bayi di bawah unit anda atau membuat banjir lumpur di unit anda, sehingga anda dgn terpaksa harus bilang bahwa anda sdh tidak mampu menjadi kepala unit perawatan balita.

Tinggalkan Balasan