
Di acara Mata Najwa 12 Februari 2014 lalu, ada satu rangkaian dialog yang bikin gue penasaran. Kurang lebihnya, Najwa menanyakan ke tamunya, Tri Rismaharani, Walikota Surabaya, apakah benar sempat terbersit pikiran untuk mundur dari jabatan walikota. Bu Risma mengiyakan. Dari obrolan selanjutnya, Bu Risma menyiratkan dia nggak sreg sama wakilnya yang baru ini karena ada sesuatu yang “salah”. Bahkan dia sampe beberapa kali meneteskan air mata saat menjawab pertanyaan dari Najwa.
Pertanyaannya, apaan yang salah? Kenapa Bu Risma yang selama ini punya citra sebagai pejabat yang nggak mau pusing soal jabatan karena fokusnya pada pelayanan publik, kok mendadak ribut soal prosedur pemilihan walikota?
Untuk menjawab rasa penasaran itu, maka sejak hari Rabu kemarin mulailah gue meng-google dan mencoba merangkai potongan-potongan berita tentang Bu Risma. Berikut ini ringkasan hasil googling gue. Link-link sumber informasinya bisa kalian temukan di bagian akhir tulisan.
Wakil walikota Surabaya yang baru dilantik ini namanya Wisnu Sakti Buana. Dia ini adalah ketua DPC PDI-P Surabaya. Sebelum dilantik jadi wakil walikota, jabatannya adalah wakil ketua DPRD Surabaya.
Kenapa wakil walikotanya diganti sebelum masa jabatan berakhir? Karena wakil walikota yang lama, Bambang Dwi Hartono, mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur Jatim 2013-2018. FYI, Bambang DH ini adalah wakil walikota Surabaya tahun 2000-2002, terus jadi walikota Surabaya 2002-2010 (2 periode), abis itu jadi wakil walikota lagi sejak tahun 2010 mendampingi Bu Risma.
Sekarang kembali ke Bu Risma. Bu Risma mulai menjabat jadi walikota Surabaya tahun 2010. Setahun sesudahnya, Bu Risma menerbitkan Perwali Nomor 56 dan 57 Tahun 2011 tentang Kenaikan Pajak Reklame. Intinya, menetapkan kenaikan pajak reklame menjadi 25%. Tujuannya biar para pemasang iklan nggak jor-joran pasang reklame yang bikin semrawut.
Perwali ini lantas jadi urusan karena menurut DPRD menyalahi prosedur. Seharusnya dalam proses penyusunan perwali, walikota melibatkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Karena perwalinya melanggar prosedur, maka DPRD menuntut agar Bu Risma dimakzulkan (dipecat) dari jabatan walikota. Inisiatif pemakzulan datang dari Ketua DPRD yang waktu itu bernama Whisnu Wardhana, ketua DPC Partai Demokrat Surabaya. Dari 7 fraksi yang ada di DPRD, 6 fraksi mendukung ide pemakzulan Bu Risma termasuk fraksi PDI-P yang dulu mengusungnya jadi walikota. Lebih serunya lagi, tokoh lain yang mendukung inisiatif pemakzulan Bu Risma adalah wakil ketua DPRD Surabaya dari fraksi PDI-P yaitu… Wisnu Sakti Buana yang sekarang baru dilantik jadi wakil walikota Surabaya!
Entah berhubungan atau enggak, beberapa bulan sebelum muncul upaya pemakzulan, Bu Risma baru mengeluarkan pernyataan tegas menolak pembangunan jalan tol tengah kota Surabaya. Proyek jalan tol tengah kota ini adalah proyek Departemen PU yang sudah disetujui Gubernur Jatim Soekarwo, tapi malah ditolak oleh Bu Risma. Alasan Bu Risma, proyek jalan tol yang sudah direncanakan sejak era orde baru ini nggak akan menyelesaikan kemacetan di Surabaya. Bu Risma memilih membangun jalan tol lingkar luar Barat dan Timur untuk angkutan berat. Konon, selain Kementrian PU dan Gubernur, DPRD Jatim juga terganggu oleh penolakan Bu Risma ini sehingga mengeluarkan jurus pemakzulan segala. Ribu-ribut pemakzulan akhirnya ditengahi Mendagri Gamawan Fauzi yang kurang lebihnya bilang bahwa kalau walikota melakukan kesalahan prosedur, wajarnya dievaluasi oleh gubernur, bukan dimakzulkan.
Dari sini udah mulai kebayang kenapa Bu Risma segitu sewotnya sama wakilnya yang baru. Apalagi, Bu Risma juga dapat laporan bahwa ketua panitia pemilihan (panlih) Eddie Budi Prabowo tidak merasa menandatangani kelengkapan berkas Wisnu Sakti waktu dicalonkan jadi wakil walikota. Tapi soal ini dibantah oleh anggota Fraksi PDIP DPRD Surabaya Adi Sutarwijono yang bilang bahwa sebenernya anggota panlih lainnya udah tanda tangan tapi Eddie sendiri yang kelewat belum tanda tangan dan itu adalah salah Eddie.
Wisnu Sakti sendiri konon punya kedekatan khusus dengan mafia proyek di Surabaya yang biasa menangani proyek-proyek besar. Apakah termasuk proyek jalan tol dalam kota, entahlah.
Begitulah hasil riset gue beberapa hari terakhir. Kesimpulannya cuma satu: gue nggak lagi heran kenapa Bu Risma nangis di TV nasional. Dalam hati Bu Risma mungkin mau bilang, “Maunya kalian apa sih, dulu gue disuruh jadi walikota, sekarang gue mau baik-baik kerja jadi walikota, kenapa digangguin mulu!?”
Bu Risma, yang tabah ya. Semoga kuat menjalankan amanah sampe 2015… itu juga kalo nggak keburu dipilih jadi presiden RI!
Referensi:
- Lima Hari Dilantik Sebagai Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Belum Berhasil Temui Risma
- Tjahjo: PDI Perjuangan Mendukung Penuh Bu Risma sebagai Wali Kota Surabaya
- Hak Angket DPRD Surabaya Tak Sah
- DPP PDIP Panggil Wali Kota Surabaya
- Mendagri: Tak Ada Alasan Copot Wali Kota Surabaya
- PDIP Surabaya bingung dengan sikap Risma
- Risma Ganjal Wisnu jadi Wawali Surabaya
- Wisnu Sakti Dilaporkan ke BK DPRD Surabaya
- Raperda Disandera Risma Tetap Tolak Tol Tengah Kota
- Risma persoalkan pengangkatan Wisnu jadi wawali Surabaya
- Risma Nangis di Metro TV Akibat Tersandera Mafia Proyek
- Profil Tri Rismaharini
- Mendagri: Wali Kota Surabaya Tidak Mengundurkan Diri
- Wali Kota Surabaya Dituding Politisasi Polemik Tol Tengah Kota

Tinggalkan Balasan ke ambeienlur Batalkan balasan